cara merawat sapi

Manajemen Pemeliharaan Dan Pakan Pembesaran Sapi Perah

Aflah Indonesia – Perawatan pada periode pertumbuhan sangat penting dalam manajemen sapi perah karena dengan perawatan sedini mungkin mulai pada periode pertumbuhan, maka produksi susu yang baik dan optimal akan tercapai saat periode sapi laktasi. Produksi yang baik dan optimal akan tercapai bilamana sapi tersebut memiliki kondisi tubuh yang sehat, kaki kuat, perkembangan ambing yang baik dan kemampuan makan sapi yang baik juga. Kondisi prima yang diharapkan ini akan tercapai bilamana sapi mempunyai alat pencernaan yang besar dan kuat, dari fakta-fakta tersebut diatas kita perlu membuat program bagaimana caranya agar memiliki kaki yang kuat, ambing yang baik dan alat pencernaan yang berkembang sesuai dengan pertumbuhannya dengan cara memelihara sapi perah sejak lahir secra terprogram.

Pedet yang baik, memiliki bobot lahir 31,5 sampai 51,5 kg, dengan bulu yang mengkilat, dan kondisinya sehat. Selain kelahiran yang baik, manajemen penanganan setelah lahir juga sangat penting, diantaranya :

  • Memeriksa alat pernafasannya sesegera mungkin
  • Memotong tali pusar dengan menyisakan 2 cm dari pangkal pusar dan diberikan desinfektan tali pusar dengan menggunakan yodium tintur 10% untuk mencegah peradangan.
  • Segera memberikan kolostrum secepat mungkin dalam 1 jam setelah melahirkan
  • Pisahkan pedet dari induknya dan tempatkan di kandang khusus untuk pedet.

Kolostrum adalah susu yang keluar setelah melahirkan, adapun kewajiban memeberkan kolstrum sesegera mungkin pada pedet karena kolostrum menyediakan zat antibodi bagi pedet, sehingga melindungi pedet yang baru lahir terhadap infeksi, zat antibodi pada kolostrum ini sangat mudah diserap oleh tubuh pedet yang baru lahir.  Jumlah pemberian kolostrum adalah sebanyak 10% bobot lahir dan minimum 2 liter, walaupun kolostrummemiliki nilai gizi yang tinggi dan manfaat untuk kekebalan bila diberikan pada waktu yang salah(misalnya diberikan kepada pedet setelah 24 jam dari lahir) maka tidak akan banyak memberikan manfaat bagi pedet tersebut. Cara pemberian kolostrum pertama kali kepada pedet adalah diajari menggunakan ember yang bersih dengan bantuan jari tangan kita sebagai pengganti puting susu. Bila sulit, dapat dibantu dengan menggunakan dot susu. Pemberian kolostrum sebaiknya 3 kali dalam sehari dengan interval waktu yang sama sampai pedet berumur 5 hari.

Perkembangan rumen pada sapi perah merupakan hal penting dalam manejemen pemberian pakan pada masa pembesaran. Cara yang efektif adalah dengan sedapat mungkin secepatnya memberikan pakan padat pada pedet, Abomasum pedet yang baru lahur berukuran lebih besar yaitu sekitar 70% dari total alat pencernaan, pada saat ini pakan yang dikonsumsi beruapa cairan yang akan masuk ke esophagus dan selajutnya masuk ke abomasum dan diserap disitu. Dengan perlakuan pemberian pakan padatan dalam hal ini formula calf starter yang lebih cepat maka perkembangan daya ruminasi akan lebih cepat pula, karena pakan padat terlebih dahulu akan masuk ke rumen dan merangsang perkembangan rumen. Setelah umur 2-3,5 bulan, volume rumen diharapkan 70% dari total volume alt pencernaan pedet tersebut, Pada sapi dewasa volume rumen mencapain 80% dan abomasum hanya7%.

Pengetahuan tentang perkembangan rumen pada ternak sapi perah sangat penting agar manajemen pemeliharaan terutama manajemen pakan didalamnya bisa lebih optimal. Adapun perkembangan rumen pada sapi perah sebagai berikut:

  • Mulai lahir sampai dengan umur 3 minggu : rumen tetap, tidak berkembang (fungsi perut sama dengan hewan monogastrik)
  • Umur 4 minggu sampai dengan 5 minggu : Fungsi rumen berkembang dengan makan-makanan padat
  • Umur 5 minggu sampai dengan 6 minggu : Kemampuan rumen dalam mencerna makanan telah seimbang
  • Umur 6 minggu sampai dengan 6 bulan : kapasitas rumen berkembang
  • Umur lebih dari 6 bulan : kapasitas rumen telah seimbang.

            Untuk lebih merangsang perkembangan rumen, maka pedet perlu segera diberikan makanan padatan yaitu, Calf Starter (pakan pemula pedet) serta rumput kering (hay). Pakan yang berkulaitas baik dan sangat disukai oleh pedet perlu diberikan serta mulai diperkenalkan kepada pedet umur 5 hari, Pakan pemula yang baik bagi pedet adalah pakan pemula atau konsentrat yang mempunyai kadar energi (gizi) yang tinggi dengan kadar protein kasa (PK) minimal 18%. Selain pakan, ketersediaan atau pemberian air minum yang bersih dan segar sangat dibutuhkan pada saat pedet usia 5 hari ini karena jika diberikan air makan kecenderungan jumlah konsumsi pakan akan lebih banyak sehingga akan menunjukan pertumbuhan yang baik.

            Adapun Standar Program Pemberian Pakan Pedet umur 0-9 minggu dapat dilihat pada bagan dibawah ini :

Umur (Minggu) Bobot badan (kg) Pemberian pakan
air susu (kg) Pakan formula (kg) Rumput kering/hay (kg)
Lahir 35 Kolostrum 0 0
1 35 4 0,1 0,1
2 39 4 0,2 0,1
3 43 4 0,2 0,1
4 47 4 0,4 0,2
5 51 4 0,4 0,3
6 55 4 0,5 0,4
7 59 4 0,8 0,6
8 63 4 1 0,8
9 67 1-0 1,0-1,2 0,8-1,0

            Dengan adanya hasil kaji terap di BPT SP & HPT Cikole Lembang maka target lepas sapih (pedet tidak diberikan susu lagi) sebaiknya pada saat umur 2 bulan. Namun itupun harus sudah bisa mengkonsumsi pakan konsentrat (makanan formula) dengan kualitas baik sebanyak 1,2 kg per hari selama 3 hari berturut-turut. Selain itu kondisi pedet tersebut juga menentukan kapan saat yang tepat pedet tersenbut disapih. Setelah pedet disapih, selanjutnya jangan mencampur konsentrat dengan air, karena dengan adanya air akan menghambat perkembangan rumen dan nafsu makan terhadap hijauan menjadi rendah. Dengan memakan konsentrat maka pedet akan haus, sehingga harus disediakan air minu yang bersih secara Adlibitum (tersedia sepanjang waktu).

Baca juga : Mengenal Jenis Potongan Daging Sapi

Standar Program Pemberian Pakan Pedet umur 2-3 Bulan dapat dilihat pada bagan dibawah ini :

Umur (Bulan) Bobot badan (kg) Pemberian Pakan
Pakan formula (kg) Rumput kering/hay (kg)
2 67 2,0 1,0-1,5
3 83 2,0 1,5-2,0
     

Pedet sampai umur 3 Bulan sebaiknya diberikan hijaun kering (hay), dan jangan diberikan pakan basah sepeti, rumput basah, ampas tahu, ampas ubi dan lain-lain.

Standar Program Pemberian Pakan Pedet umur 4-6 Bulan dapat dilihat pada bagan dibawah ini :

Umur (Bulan) Bobot badan (kg) Pemberian Pakan
Makan formula (kg) Rumput kering/hay (kg)
4 103 2,0 2,0-3,0
5 127 2,0 3,0-4,0
6 151 2,0 4,0-5,0

Dari umur 3 bulan sudah harus mulai diganti pakan formula ke konsentrat dengan protein kasar (PK) ≥ 16% dan TDN ≥ 70%. Pergantian pakan formula harus dilakukan secara bertahap dalam 1 minggu agar pedet tidak stress.

Standar Program Pemberian Pakan Pedet umur 7-12 Bulan dapat dilihat pada bagan dibawah ini :

Umur (Bulan) Bobot badan (kg) Pemberian Pakan
Makan formula (kg) Rumput kering/hay (kg)
7 175 1,5 10,0-12,0
8 198 1,5 12,0-14,0
9 224 1,5 14,0-15,0
10 250 1,5 15,0-18,0
11 274 1,5 18,0-20,0
12 297 1,5 ≥ 20,0

Setelah 7 bulan, pedet akan semakin tinggi nafsu makan rumputnya, tetapi fungsi organ pencernaan masih belum mencukupi. Jadi masih perlu diberikan konsentrtat sekitar 1,5 kg. Umur 12 bulan, pedet sudah cukup pertumbuhannya. Untuk membuat alat pencernaan yang sehat dan kuat, yang penting harus diberi hijauan. Bilamana kualitas dari hijauan kurang baik maka akan menyebabkan sapi kekuangan energi, bila hal ini terjadi makan pemberian konsentrat harus ditingkatkan namun jangan sampai sapi tersebut kegemukan karena akan berakibat pada siklus reproduksinya.

Cara Budidaya Ternak Sapi Potong

Cara Budidaya Ternak Sapi Potong dengan Keuntungan Fantastis

Negara Indonesia memiliki iklim tropis yang sangat cocok digunakan untuk beternak sapi, yang membuat bisnis budidaya ternak sapi potong itu sendiri menjadi salah satu peluang bisnis yang cukup menjanjikan untuk dijalankan.

Keperluan masyarakat Indonesia terhadap daging sapi sangatlah tinggi namun peternak lokal belum bisa memenuhinya secara baik, sehingga hal tersebut justru membuat harga daging sapi melambung tinggi.

Bahkan pasalnya harga daging sapi di Indonesia termasuk yang paling mahal se-negara ASEAN lho, yakni mencapai Rp. 120 ribu untuk satu kilogram.

Melihat kenyataan yang tengah terjadi, tentu bisnis budidaya ternak sapi potong bisa menjadi peluang usaha yang menjanjikan, baik itu di dalam maupun di luar kota.

Ditambah lagi bahwa permintaan daging sapi di Indonesia itu sendiri tergolong tidak pernah berhenti, khususnya pada saat hari-hari besar seperti Idul Adha dan Idul Fitri, yang mana hampir setiap umat muslim menggunakan daging sapi untuk membuat masakan khas hari lebaran.

Meski terdengar begitu menggiurkan dalam hal keuntungan, menjalankan bisnis budidaya ternak sapi potong ternyata tidak semudah yang kita kira lho.

Setiap pelaku usaha harus memiliki kesabaran dan ketelitian yang sangat tinggi, karena bisnis satu ini berhubungan dengan makhluk hidup.

Tetapi tentu seluruh pengorbanan dan kerja keras yang telah kamu lakukan dalam menjalankan bisnis budidaya ternak sapi potong akan segera terbayarkan karena keuntungan dari bisnis ini tidaklah main-main, bahkan bisa mencapai hingga puluhan juta.

Maka dari itu, bagi kamu yang tertarik dengan membangun bisnis budidaya ternak sapi potong, yuk pelajari dulu hal-hal yang perlu diketahui ini. Apa sajakah itu?

Jenis-Jenis Sapi Potong

Di Indonesia, jenis-jenis sapi potong dibagi menjadi tiga golongan, yaitu sapi lokal, sapi impor  dan sapi dari hasil persilangan.

Berikut adalah jenis-jenis sapi yang paling sering digunakan untuk bisnis budidaya ternak sapi potong di Indonesia, yaitu:

1. Sapi Ongole

Jenis sapi pertama yaitu sapi Ongole yang berasal dari India. Dengan sifatnya yang mampu beradaptasi dengan mudah di iklim tropis, jenis sapi ini menjadi sangat digemari oleh para pelaku usaha bisnis budidaya ternak sapi potong di Indonesia.

Hanya saja, pertumbuhannya cenderung lambat dan akan menjadi dewasa ketika telah mencapai usia 4 – 5 tahun.

Sapi Ongole terbagi menjadi dua jenis, yaitu peranakan Ongole (PO) dan Sumba Ongole (SO).

Ciri khas dari jenis sapi satu ini cukup mudah untuk dikenali, yakni warna kulitnya yang putih, warna daerah kepala yang sedikit lebih gelap dan cenderung mendekati abu-abu, postur tubuh yang sedikit panjang, leher sedikit pendek, dan kaki yang terlihat panjang.

2. Sapi bali

Jenis sapi lainnya yang sering digunakan untuk budidaya ternak sapi potong yaitu sapi Bali.

Jenis sapi ini pada awalnya akan berwarna coklat, namun warna tubuhnya akan berubah menjadi semakin gelap seiring dengan bertambahnya usia sang sapi.

Tekstur daging yang lembut dengan sedikit lemak membuat daging sapi Bali memiliki cukup banyak penggemar.

Sapi Bali hanya cocok dibudidayakan di deaerah tropis dengan ketinggian di bawah 100 meter pdl, seperti Bali, Sulawesi, NTB dan NTT.

3. Sapi Impor

Nah, jenis terakhir yang sering digunakan untuk budidaya ternak sapi potong yaitu sapi impor.

Dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih saat ini, sapi-sapi yang berasal dari negara sub tropis seperti Amerika, Eropa dan Amerika memungkinkan untuk dibudidayakan di Indonesia.

Sapi-sapi tersebut memiliki kelebihan yang mungkin tidak dimiliki oleh sapi lokal, seperti dalam hal ukuran tubuh dan pertumbuhan daging.

Beberapa yang paling terkenal yaitu sapi limosin dari Perancis, sapi aberdeen Angus dari Skotlandia, dan sapi simental dari dari Swiss.

Cara Budidaya Ternak Sapi Potong

Setelah mengetahui beberapa jenis sapi potong yang paling sering digunakan, sekarang saatnya mengetahui langkah-langkah yang harus kamu lakukan di dalam bisnis budidaya ternak sapi potong.

Perlu diingat bahwa setiap langkah sangat penting untuk dilakukan secara baik dan benar, karena hal tersebut akan mempengaruhi keberhasilan dari bisnis budidaya ternak sapi potong yang tengah kamu jalani.

1. Pemilihan Bibit Sapi

Langkah pertama untuk budidaya ternak sapi potong adalah pemilihan bibit.

Pemilihan bibit memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap generasi-generasi sapi selanjutnya, sehingga jika kamu memilih bibit sapi yang baik, pastinya kamu juga akan menghasilkan banyak sapi-sapi yang baik pula.

Lalu, apa sih yang harus dilihat ketika memilih bibit sapi?

Bibit sapi yang baik harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

  • Ukuran badan dan kepala harus seimbang, dengan leher sapi yang kekar serta tulang punggung yang lurus dan sejajar, tidak bengkok.
  • Umur bibit berkisar dari 2 – 3 tahun. Sapi berusia 2 tahun akan ditandai dengan gigi power sebanyak 4 biji. Sapi dengan usia tersebut akan memiliki potensi lebih tinggi untuk menambah bobot badannya. Selain itu usia juga tidak terlalu muda ataupun terlalu tua sehingga bagus untuk dibudidayakan.
  • Pilihlah sapi jantan. Tidak hanya karena harganya yang mahal, sapi jantan juga memiliki bobot badan yang lebih besar dibandingkan betina.
  • Ukuran sapi yang ideal untuk penggemukan yaitu 170 cm dengan tinggi pundak normal sekitar 135 cm.
  • Hindari cacat pada sapi
  • Berat minimal 200 Kg
  • Perhatikan bulunya. Bulu sapi yang baik yaitu pendek dan tidak berminyak. Selain itu, bulu juga harus halus, cerah dan tidak kusam atau berdiri.
  • Bentuk muka sapi sebaiknya panjang dengan mata yang berbinar.

Baca Juga: Tiga Jenis Pakan Sapi Potong

2. Penggemukan Sapi

Langkah kedua yang tidak kalah pentingnya di dalam budidaya ternak sapi potong yaitu penggemukan dari sapi itu sendiri.

Ada berbagai faktor yang bisa mempengaruhi cara penggemukan sapi, seperti mulai dari luas kandang, pemberian pakan, hingga usia.

Di Indonesia, proses penggemukan sapi lebih efisien dengan menggunakan kandangan atau kereman, karena dinilai bisa meningkatkan nilai jual serta adanya nilai tambah terhadap kotoran ternak yang dihasilkan.

Dalam melakukan penggemukan sapi dengan menggunakan kandangan atau kereman, maka caranya adalah sebagai berikut:

  • Sapi dimasukan ke kandang
  • pemberian pakan dan air minum tidak dibatasi
  • Pakan hijauan dan konsentrat
  • Sapi tidak dipekerjakan
  • Pemberian obat cacing dan suplemen secara teratur untuk meningkatkan nafsu makan dan daya tahan tubuh
  • Jangka waktu penggemukan dilakukan selama 100 hari

Pada umumnya, proses penggemukan sapi dilakukan cukup lama dan memakan waktu serta biaya.

Hanya saja, pemeliharaan yang baik dan tepat membuat proses penggemukan tersebut tidak menutup kemungkinan dapat dilakukan dalam 100 hari saja.

Perlu diketahui bahwa suplemen yang baik haruslah tersebuat dari bahan-bahan organik.

3. Pemberian Pakan

Pemberian pakan memiliki hubungan yang erat dengan proses penggemukan sapi, sehingga satu hal ini juga memiliki peran yang sangat penting di dalam budidaya sapi potong.

Pakan merupakan sumber protein yang diubah menjadi energi yang menunjang pertumbuhan sang sapi.

Kualitas dan jumlah pakan yang diberikan kepada setiap sapi haruslah diberikan secara cukup, sehingga energi tersebut dapat diubah ke dalam bentuk daging dan lemak.

Nah, dalam memilih pakan yang digunakan di dalam budidaya ternak sapi potong, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:

  • Pakan harus mudah diperoleh
  • Mangandung zat gizi yang tinggi
  • Harus tersedia setiap waktu dengan harga yang terjangkau
  • Pakan ternak sapi bisa diganti, selama memiliki kandungan gizi yang sama
  • Pakan tidak beracun, tidak dipalsukan ataupun dirusak

Hijauan merupakan makanan pokok bagi sapi, yang biasanya terdiri dari dedaunan, rerumputan, dan kacang-kacangan.

Harus diingat bahwa setiap hari sapi membutuhkan setidaknya 10% – 12% pakan hijauan dan 1% – 2% pakan tambahan dari bobotnya.

Pemberian pakan hijauan dilakukan sebanyak 3 kali sehari dan pakan tambahan diberikan sebelum kamu memberikan pakan hijauan.

Selain itu, jangan lupa untuk selalu memberikan suplemen kepada sapi demi menunjang penambahan berat badanya.

4. Kandang

Bisnis budidaya ternak sapi potong sepertinya tidak akan bisa berjalan tanpa adanya kandang yang menampung.

Nah, perlu diketahui bahwa konstruksi kandang untuk sapi potong bergantung pada skala peternakan dan ketersediaan dana dari sang pelaku usaha.

Namun secara umum, kandang setidaknya harus bisa melindungi sapi dari pengaruh iklim lokal dan perubahan cuaca.

Terdapat tiga tipe kandang sapi, yaitu kandang sapi dengan dinding terbuka, setengah terbuka, dan kandang sapi tertutup.

Biasanya, kandang sapi terbuka dan setengah terbuka diterapkan di lokasi dengan dataran rendah yang panas namun dengan tiupan angin yang tidak terlalu kencang.

Sedangkan kandang dengan dinding tertutup sering kali diterapkan di daerah dingin dan berangin atau kandang yang diperuntukan bagi anakan sapi.

Selain yang telah disebutkan di atas, kamu juga perlu memperhatikan beberapa hal ketika tengah mempersiapkan kandang sapi, yaitu:

  • Tempat pakan dan minum, yang sebaiknya terbuat dari bahan-bahan yang tidak melukai, seperti kayu atau tembok
  • Tempat tambat, yang merupakan tiang atau penyangga untuk mengikat sapi agar tidak terlalu banyak bergerak
  • Peralatan kandang, seperti sekop, sapu lidi, garu, selang, sikat dan tali

Dibandingkan bisnis budidaya lainnya, dapat dikatakan bahwa budidaya ternak sapi potong merupakan salah satu bisnis yang membutuhkan modal besar.