Jenis Pupuk

Jenis pupuk…

Pupuk menjadi unsur hara penting bagi tanaman. Meski sejak lama ada penggunaan pupuk organik, tak ayal banyak yang menggunakan pupuk kimia sebagai penyubur. Pupuk kimia memiliki kelebihan pada unsur dan senyawa yang mudah larut, serta cepat diserap oleh tanaman tanpa memerlukan proses penguraian.

Meski begitu, terkadang pupuk kimia mengandung kalsium amonium nitrat. Sebuah aplikasi senyawa paling umum dan dapat merangsang pertumbuhan tanaman untuk kebun yang bisa berbahaya di sisi lain.

Alangkah baiknya, mengenal setiap ciri dan kegunaan dari masing-masing pupuk sesuai kebutuhan. Serta mengetahui cara penyimpanan yang tepat, demi mencegah terjadinya polusi, hingga ledakan tak diduga.

Berikut beberapa jenis pupuk organik dan kimia, beserta cara menyimpannya :

PUPUK KIMIA

  1. ZA (Zwavelzure Amonium)Pupuk Zwavelzure Amonium mempunyai rumus kimia (NH4)2SO4 yang mengandung sekitar 21% nitrogen dan 24% sulfur. Biasanya diterapkan sebagai pupuk dasar oleh petani, sebab reaksi kerja yang agak lambat.

    Manfaat lain dari pupuk ZA, mampu menambah unsur hara pada tanaman. Kemudian memperbaiki kualitas tanaman, serta menambah nilai gizi pada hasil panen. Kelebihan lainnya, ZA juga bisa membantu tanaman agar terhindar dari hama.

    Sifat dan Ciri Pupuk ZA

    • Pupuk ZA bersifat higroskopis atau mudah menyerap uap air. Terutama pada kelembapan 80 persen atau lebih, jadi mudah diserap tanaman.
    • Hampir sama dengan urea, reaksinya asam. Kurang baik diberikan pada tanah muda yang masih asama atau tanah yang kurang kandungan kalsium (alkali).
    • Cocok sebagai pupuk dasar.
    • Bentuk seperti kristal dengan beragam warna, seperti putih, merah muda, biru, abu-abu, dan kuning.

  2. SP-36 (super phosphate)

    Pupuk SP-36 (super phosphate) atau tertulis P2O5 dalam rumus kimia. Pupuk ini dibuat dengan pencampuran asam sulfat (belerang) dengan fosfat alam.

    Memiliki peran utama sebagai penambah unsur hara phosphor pada tanaman. Biasanya digunakan di berbagai macam tanaman, seperti perkebunan dan holtikultura.

    Pupuk SP-36 kerap digunakan petani untuk membantu tanaman menghasilkan buah yang lebih banyak. Kelebihan lain SP36, bisa membantu memperbaiki kualitas biji, merangsang pembelahan tanaman, mempercepat pemasakan buah, menguatkan batang tanaman, dan memperbesar jaringan sel.

    Reaksi kimia yang ditimbulkan tergolong netral. Pupuk SP36 mengandung sekitar 36 persen Fosfor dalam bentuk P205 (fosfat).

    Karena reaksi kimia yang cukup lambat, SP36 cocok digunakan sebagai pupuk dasar tanaman. Kemudian karena sifatnya higroskopis, pupuk ini bisa disimpan dalam kelembapan udara tinggi.

  3. NPK Phonska (Nitrogen Phospate Kalium)
    Pupuk NPK digunakan sebagai penyeimbang unsur hara makro dan mikro pada tanah. Sebab mengandung unsur zat hara yang paling banyak dan sangat dibutuhkan tanaman, yakni nitrogen, fosfat, kalium, magnesium, dan kalsium.

    Kelebihan pupuk NPK, mencegah tanaman supaya tidak kerdil. Serta pertumbuhan akar jadi lebih kuat, banyak, dan panjang, sehingga mudah menyerap zat hara di tanah.

    Pupuk ini bisa diaplikasikan di berbagai jenis tanah, sebab menimbulkan reaksi kimia yang netral. Pupuk jenis ini bisa digunakan sebagai pupuk dasar atau pupuk susulan.

     

Baca juga : Durian Cara Budidayanya

PUPUK ORGANIK

Berbeda dengan sebelumnya, pupuk organik berasal dari bahan alami sisa makhluk hidup. Bahan dasar utamanya, seperti sisa tanaman, kotoran hewan, kotoran manusia, dan pelapukan kayu.

Karena bahannya alami dan terbilang aman, pupuk ini bisa meningkatkan kadar kandungan bahan organik dan unsur hara dalam tanah. Serta meningkatkan produktivitas lahan pertanian.

Sehingga memudahkan proses pengolahan lahan yang dipakai untuk pertanian. Jenis pupuk organik yang umum digunakan sebagai berikut:

  1. Pupuk Kandang

    Tentunya pupuk kandang berasal dari kotoran hewan ternak maupun unggas, seperti kerbau, sapi, kambing, dan ayam. Jenis pupuk ini efektif dalam menyuburkan tanah dan tanaman.

    Pupuk kandang mengandung banyak unsur hara atau nutrisi makro seperti fosfor, nitrogen, dan kalium. Kemudian unsur mikro seperti magnesium, sulfur, kalsium, besi, natrium, molibdenum, dan tembaga.

  2. Pupuk Kompos

    Berikutnya jenis pupuk kompos yang terbentuk dari sisa bahan organik. Berasal dari tumbuhan, hewan, dan limbah organik, yang secara alami melalui dekomposisi atau fermentasi.

  3. Humus

    Selanjutnya jenis pupuk humus, yang dihasilkan dari proses dekomposisi atau pelapukan dari daun-daunan, serta ranting tanaman yang membusuk secara alami.

Cara Menyimpan Pupuk

Penyimpanan pupuk pada suhu rendah dapat menghambat kerusakan pupuk hayati, seperti kerusakan fisiologis, enzimatis maupun mikrobiologis. Dilansir dari jurnal UMM, penyimpanan pupuk merupakan suatu hal yang harus diperhatikan. Penyimpanan pupuk yang salah bisa merusak sifat kimia dan fisik pupuk.

Pupuk yang bersifat hidroskopis tidak boleh disimpan secara sembarangan, pupuk tersebut dapat menjadi lembab dan mencair atau bila kelembapan berkurang, pupuk menjadi keras dan membentuk bongkah-bongkah besar. Sehingga sulit diaplikasikan.

Tidak dibenarkan untuk mencampur tempat penyimpanan pupuk dengan tempat penyimpanan biji-bijian atau benih. Sebab dapat mempengaruhi kualitas pupuk.

Penyimpanan pupuk sebaiknya dipisahkan antara jenis pupuk yang satu dengan lainnya. Guna memudahkan pengawasan, serta untuk menjaga mutu pupuk.

, , , , , , , , , , , ,