Peternakan

cara budidaya kelinci

CARA BUDIDAYA KELINCI

Kelinci adalah hewan mamalia dari famili Leporidae. Kelinci berkembangbiak dengan cara beranak yang disebut vivipar. Secara umum kelinci dibagi menjadi beberapa jenis seperti kelinci liar (Lepus Curpaeums), kelinci peliharaan (Oryctolagus Cuniculus) ada juga kelinci yang berdasarkan ras yang terdiri dari : Himalayan, English spot, Lyon, Angora, American chinchilla, Dutch, Kelinci Jawa dan Kelinci Sumatera. Kelinci banyak keunggulan dibandingkan hewan yang lain terutama kelinci pedaging. Salah satunya tingkat reproduksi kelinci yang cepat bahkan sekali melahirkan bisa mencapai 8 sampai 12 anak.

Berikut langkah-langkah dalam beternak kelinci bagi pemula :

1. Kandang Kelinci

     Luasan lahan dengan jumlah kelinci perlu dipertimbangkan untuk ketersediaan kandang yang ideal sehingga proses perkembangbiakan juga akan berlangsung maksimal.

  • Jarak Kandang. Jika beternak kelinci dipekarangan rumah harus memperhatikan faktor kesehatan. Jangan terlalu dekat dengan dapur maupun ruang makan. Faktor cahaya matahari juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan kelinci.
  • Besar Kandang. Besarnya kandang sangat berpengaruh bagi perkembangan kelinci. Besarnya kandang disesuaikan dengan banyaknya kelinci dan luasnya lahan. Biasanya satu kandang kelinci memiliki lebar tiga kali ukuran kelinci.
  • Jenis Kandang. Ada dua jenis kandang kelinci yaitu sistem terbuka dan tertutup. Biasanya kandang kelinci terbuat dari kayu, bambu ataupun berbahan dasar alumunium dan kawat. Jenis kandang harus mempertimbangkan banyaknya kelinci.

2. Pemilihan Bibit Kelinci

     Secara umum terdapat dua jenis kelinci yaitu pedaging dan hias. Jika tujuan pemeliharaan kelinci hias maka harus memilih jenis kelinci berbulu panjang. Sebaliknya, jika tujuan pemeliharaan kelinci pedaging maka harus memilih kelinci berbulu pendek. Berikut beberapa kriteria kelinci yang layak digunakan sebagai bibit : aktif, tidak nervous, bermata bersih, tidak sakit, terawat, tidak cacat, bulu tidak kusam dan fertilitas tinggi.

3. Cara membedakan jantan dan betina

     Ciri-ciri kelinci jantan :

  1. Kepala kelinci jantan lebih mirip balok atau kotak,
  2. Ukuran badan lebih kecil dibanding ukuran badan kelinci betina,
  3. Berat badan lebih ringan dibanding berat badan kelinci betina,
  4. Lebih ramah dan bersahabat,
  5. Memiliki tonjolan penis diatas anus,
  6. Saat cuaca panas, biasanya kelinci pejantan akan menunjukan testikel pada saat tidur atau duduk,
  7. Memiliki rasa ingin tahu yang besar.

     Ciri-ciri kelinci betina :

  1. Kepala kelinci betina lebih mirip bola,
  2. Ukuran badan lebih besar dibanding ukuran badan kelinci jantan,
  3. Berat badan lebih berat dibanding berat badan kelinci betina,
  4. Lebih temperamental dibandingkan kelinci jantan,
  5. Memiliki gundukan bercelah diatas anus.

4. Cara Mengawinkan

     Beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum proses kawin dilakukan antara lain :

  • Usia. Usia ideal kelinci untuk dikawinkan adalah 8 bulan. Jangan mengawinkan kelinci yang belum cukup usia karena akan mengakibatkan gangguan kesehatan maupun pertumbuhan. Salah satu resiko yang akan terjadi adalah gagal bunting.
  • Tingkah laku. Ciri-ciri kelinci yang sudah siap kawin yaitu lebih gelisah dari pada biasanya dan sering mendekati kelinci yang berbeda jenis kelamin, sering menggosok-gosokkan dagu dan bagian vulvanya akan berubah warna menjadi merah jambu.

      Berikut tahapan yang bisa anda lakukan dalam mengawinkan kelinci :

  1. Masukan kelinci betina kedalam kandang kelinci jantan. Jangan sampai terbalik. Ini sangat penting agar kelinci jantan memiliki rasa percaya diri yang lebih besar dibandingkan yang dimiliki kelinci betina karena mendominasi kandang,
  2. Biarkan beberapa saat,
  3. Jika kelinci jantan sudah menaiki kelinci betina, proses kawin, selama lebih dari 5 menit, angkat kelinci jantan dari kelinci betina dan keluarkan kelinci betina dari kandang,
  4. Biarkan kelinci betina beristirahat sekitar 15 menit sebelum dimasukan kedalam kandang lagi,
  5. Jika kelinci betina sudah dimasukan lagi kedalam kandang pejantan, perhatikan tingkah laku kelinci betina. Jika kelinci betina menghindar itu tandanya kelinci betina sudah tidak ingin dikawinkan lagi yang menandakan proses kawin sudah selesai,
  6. Pindahkan lagi kelinci betina kedalam kandangnya.

5. Kelinci Hamil

      Beberapa sifat yang bisa anda jadikan acuan seekor kelinci betina hamil atau tidak adalah :

  • Satu minggu setelah masuk fase kehamilan biasanya kelinci betina mengalami peningkatan porsi makan dan akan terus bertambah seiring waktu,
  • Kelinci betina akan semakin agresif,
  • Perut akan semakin membesar. Jika tidak bisa terlihat secara fisik, anda bisa meraba perut dari kelinci betina tersebut. Jika memiliki jendolan, itu menandakan kelinci sedang hamil,
  • Saat memasuki 2-3 hari sebelum hari kelahiran, kelinci betina biasanya akan membuat sarang untuk anak-anaknya nanti dengan cara mengumpulkan benda-benda menjadi satu.

Baca Juga : RAMUAN PENAMBAH NAFSU MAKAN PADA TERNAK KAMBING/DOMBA

6. Kelahiran Anak Kelinci

Beberapa hal yang harus dilakukan ketika kelinci melahirkan :

  • Siapkan tempat yang nyaman untuk anak kelinci yang baru lahir agar terhindar dari dingin, panas, dan juga angin,
  • Jangan biarkan induk kelinci yang baru saja melahirkan kekurangan konsumsi. Karena jika sampai induk kelinci kekurangan konsumsi, besar kemungkinan dia akan memakan anak-anaknya sendiri yang baru lahir,
  • Jika induk kelinci melahirkan anak kelinci yang banyak, besar kemungkinan terdapat anak kelinci yang tidak akan kedapatan susu. Untuk menyiasatinya, anda bisa menitipkan anak kelinci yang tidak dapat susu kepada kelinci betina lainnya agar mendapatkan susu.

Tips Beternak Kelinci Yang Harus Diperhatikan ;

  1. Makanan. Secara umum, kelinci dapat diberikan makan sayuran atau pelet tergantung daripada tujuan pemeliharaan. Jika beternak kelinci hias dengan diberi makan pelet kebutuhan gizinya lebih seimbang dan terjamin namun harganya relatif lebih mahal dibandingkan harga sayuran. Dengan harga jual kelinci hias yang tinggi tentu akan menutup biaya pelet tersebut. Berbeda jika memelihara kelinci pedaging dalam jumlah banyak dapat menggunakan sayur sebagai makanan utama karena harga lebih murah dibandingkan harga pelet. Buah-buah juga dapat dijadikan makanan sampingan bagi kelinci tersebut. Berikut sayuran dan buah untuk kelinci : Rumput, Seledri,  Daun paprika, Daun libak, Wortel dan daunnya, selada air, brokoli, daun papaya, ubi jalar, nanas, papaya, apel tanpa biji, anggur tanpa biji, pear, dan pisang.
  2. Kebersihan Kandang. Kebersihan kandang sangat berpengaruh terhadap daya tahan tubuh kelinci agar tidak mudah terserang penyakit. Kelinci yang sakit dapat berakibat tidak produktif lagi dan dapat menularkan penyakit kepada manusia.
  3. Bising. Faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap kelinci. Lingkungan yang bising akan menjadikan anak kelinci yang baru lahir menjadi ketakutan dan stres. Kelinci dewasa juga rentan stres akibat bising.

Itulah beberapa cara budidaya kelinci bagi pemula. Untuk menghasilkan kelinci dengan performa yang maksimal diperlukan faktor yang sangat mendukung antara lain genetik dan lingkungan. Semoga bermanfaat.

fakta unik tentang sapi

7 Fakta Menarik Tentang Sapi yang Wajib Kamu Tahu

Hi, guys! Siapa yang suka makan steak dan beef? atau yoghurt dan susu? Kira-kira persamaan dari produk-produk olahan tersebut apa sihYap, asal hewan ternaknya, yaitu sapi. Kali ini, aku akan mengajak kamu untuk lebih mengenal salah satu ternak yang super duper bermanfaat bagi manusia. Bukan hanya menghasilkan daging dan susu, melainkan juga tenaganya yang bisa dimanfaatkan oleh manusia.

Sapi yang dibahas lebih ke umum ya, guys. Aku di sini tidak mengkhususkan salah satu jenis sapi, seperti sapi perah atau potong. Intinya, di sini yang aku bahas adalah fakta menarik sapi secara umum. Mungkin banyak nih yang belum tau tentang lambung sapi, kebiasaannya, dan berbagai fakta menarik lainnya. Yuk, langsung aja kita bahas!

1. Sapi Memiliki 4 Lambung

Yap, kamu gak salah baca kok. Fakta menarik yang pertama adalah memiliki sistem pencernaan yang kompleks, maka dari itu mereka termasuk jenis ruminansia/poligastrik yang berlambung jamak. Mereka memiliki 4 kompartemen perut, yaitu rumen (perut besar), retikulum (perut jala), omasum (perut buku), dan abomasum (perut sebenarnya).

Lambung sapi yang terdiri dari 4 kompartemen: rumen, retikulum, omasum, dan abomasum 

Wah, apakah lambung tersebut memiliki fungsi yang sama? Oh, tentu saja tidak. Rumen berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara makanan yang udah ditelan. Retikulum berfungsi sebagai tempat pencampuran makanan dengan enzim. Omasum berfungsi membantu menghaluskan makanan secara kimiawi. Sedangkan, abomasum berfungsi sebagai perut sebenarnya, karena di sini organ pencernaan ruminansia secara kimiawi bekerja (pepsin dan HCl).

2. Sapi Punya Sebutan Khusus untuk Setiap Jenisnya

Mungkin kamu hanya mengenal sapi jantan dan betina, tapi sebenarnya sapi punya sebutan khusus untuk setiap jenisnya lho. Sapi “bull” digunakan untuk menyebut pejantan, yaitu jantan dewasa yang digunakan untuk berkembang biak. Sapi “steer” untuk menyebut jantan yang telah dikebiri, sehingga hanya dimanfaatkan dagingnya. Selanjutnya, ada “heifer” untuk betina yang belum memiliki anak, “bred heifer” untuk betina bunting, dan “cow” untuk betina yang pernah melahirkan.

Baca Juga : RAMUAN PENAMBAH NAFSU MAKAN PADA TERNAK KAMBING/DOMBA

3. Sapi Tidak Bisa Melihat Warna Merah

Fakta menarik sapi selanjutnya adalah hewan ini mengalami buta warna parsial. Mereka tidak bisa melihat warna merah/hijau. Wow, ini menarik. Padahal, kalau kita melihat pertunjukan matador, pasti akan mengira bahwa bull sangat membenci warna merah, itulah mengapa bull akan menyerang torero atau orang yang sedang membawa bendera warna merah.

Nah, sekarang pertanyaannya, kenapa bull terlihat marah dan menyerang torero? Dilansir dari Live Science, bull terlihat marah karena gerakan yang dilakukan oleh torero. Gerakan-gerakan yang mendadak tersebut membuat bull tertarik untuk menyerang, jadi bukan karena warnanya. Lalu, kenapa warna yang digunakan pada matador adalah merah? Karena, saat adu bull, ada kemungkinan bull yang terluka dan mengeluarkan darah, untuk menutupi/mengalihkan hal yang sering dianggap mengerikan itu, maka digunakan warna mencolok seperti darah, yaitu merah. Maka dari itu, kamu gak perlu takut lagi untuk memakai baju warna merah saat bertemu sapi ya, yang penting jangan melakukan gerakan mendadak.

Kalau begitu, warna apa aja sih yang bisa dilihat oleh hewan ini? Warna yang bisa dilihat sapi adalah abu-abu, hitam, dan samar-samar warna biru dan kuning. Yap, mata hewan ternak seperti sapi dan manusia tentu berbeda, mereka hanya memiliki dua reseptor warna yang memungkinkan mereka hanya bisa melihat atau lebih sensitif pada warna yang sangat kontras antara gelap dan terang. Misalnya, pagar kandang berwarna hitam, bangunan di dekat pagar berwarna putih. Hal itu bisa membuatnya menghindar. Nah, buat kamu yang tertarik memeliharanya, perhatikan juga aspek bangunan kandangnya ya, karena sapi menyukai keadaan yang tenang dan jauh dari stress.

4. Masa Bunting Sapi 9 Bulan

Wah iya? Ternyata sama seperti manusia ya, guys. Dilansir dari Institute of Agriculture and Natural Resources (UNL BEEF), lama masa bunting pada sapi dipengaruhi oleh ras dan jenis kelamin anak yang akan dilahirkannya. Kalau anak yang akan dilahirkannya jantan, maka waktu kehamilan akan sedikit lebih lama dibandingkan dengan sapi yang bunting anak betina. Umumnya, lama kebuntingan berkisar antara 279 – 287 hari. Rata-rata sih pada hari ke-283 juga udah lahiran.

5. Sapi Menyukai Jenis Musik Klasik

Dikenal sebagai hewan penyuka ketenangan, fakta menarik selanjutnya adalah sapi sebagai penyuka jenis musik klasik. Khususnya yang berjenis perah. Aku udah pernah membahas topik ini secara spesifik dan detail di artikel: Musik Bisa Meningkatkan Produksi Susu Sapi loh!

Sapi lebih menyukai musik yang lembut dan menenangkan, itulah mengapa hewan ini menyukai musik klasik dan tradisional. Berbeda dengan musik jazz dengan karakter musiknya yang cenderung berontak dan rumit, karena hal itu bisa membuat sapi stress. Kalau sapi stress, maka produksi susu akan menurun. Sedangkan, ketika bahagia dan tenang, maka ia akan memproduksi lebih banyak lagi.

6. Sapi Bisa Melihat 360 Derajat

Berbeda dengan manusia yang hanya bisa melihat sesuatu dalam rentang 180 derajat, sapi bisa melihat hingga 360 derajat. Dilansir dari Pets on Mom, matanya terletak di sisi kepala mereka, sehingga bisa memberikan jangkauan pandangan lebih dari 300 derajat. Hal itu bisa membuatnya dengan mudah melihat predator, kecuali jika predator tersebut berada pada titik buta sapi, yaitu bagian belakangnya.

Namun, ketika sapi merunduk atau dalam keadaan merumput, maka mereka bisa melihat hampir 360 derajat. Sedangkan, ketika mereka berdiri, mereka memiliki titik buta pada bagian belakang tubuhnya. Nah, jadi kalau kamu mau menggiring sapi, dari belakang ya, jangan dari samping, bisa-bisa kamu diseruduk karena dianggap predator. Hihihi.

7. Umur Sapi Bisa Dilihat Dari Giginya

Fakta menarik sapi selanjutnya yaitu untuk menentukan umurnya, kamu bisa melihat giginya. Lho, gimana caranya? Dilansir dari Noble Research Institute, sapi yang masih muda/pedet bisa dilihat dari jumlah gigi seri permanen yang terdapat pada rahang depan bawahnya. Sedangkan, untuk melihat usia sapi yang lebih tua bisa dilihat dari keausan gigi dan derajat jarak antar gigi.

Umumnya, sapi dara yang berusia kurang dari 18 bulan hanya memiliki gigi susu. Memasuki usia 18 bulan, mulai ada jarak antar giginya, sehingga gigi tidak saling bersentuhan. Pada usia 18 bulan ini sampai 2 tahun, hewan ini akan kehilangan dua gigi susu tengahnya dan diganti dengan gigi seri permanen. Kemudian, di tahun-tahun selanjutnya hewan ini akan kehilangan sepasang gigi susunya menjadi permanen hingga usia 5 tahun, saat itu gigi seri udah sepenuhnya permanen. Lalu, kalau udah lebih dari 5 tahun, udah gak bisa tau usianya donkOh tidak. Usia 6 tahun ke atas, usia mamalia ini dilihat dari keausan gigi dan lepas/hilangnya gigi.

Demikian fakta menarik tentang sapi yang mungkin masih banyak orang belum mengetahuinya. Semoga informasi di atas bermanfaat ya buat kamu. Have a nice day!

RAMUAN PENAMBAH NAFSU MAKAN PADA TERNAK KAMBING/DOMBA

Aflah Indonesia – Hasil-hasil penelitian menunjukkan, bahwa produktivitas ternak Kambing/domba, terutama pertumbuhan dan kemampuan produksinya dipengaruhi oleh faktor genetik (30%) dan lingkungan (70%). Pengaruh faktor lingkungan antara lain terdiri dari pakan, teknik pemelihraan, kesehatan, dan iklim. Di antara faktor lingkungan tersebut, pakan mempunyai pengaruh paling besar, yakni 60%. Besarnya pemgaruh pakan ini menunjukkan bahwa produktivitas domba yang tinggi tidak bisa tercapai tanpa pemberian pakan yang memenuhi persyaratan kuantitas dan kualitas.

Pakan yang dikonsumsi oleh ternak dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan perawatan tubuh (pokok hidup), yakni mempertahankan suhu tubuh, kerja tubuh yang normal (jantung berdenyut, bernafas), bergerak, dan memperbaiki jaringan yang aus. Kelebihan pakan di atas kebutuhan hidup pokok tersebut digunakan untuk produksi, yakni pertumbuhan, penggemukan, produksi susu, refroduksi, dan bekerja (tenaga).

RAMUAN PENAMBAH NAFSU MAKAN PADA TERNAK KAMBING/DOMBA

Kebutuhan pakan pada kambing/domba bervariasi, tergantung pada umur , ukuran ternak, lingkungan, keturunan, penyakit, aktivitas ternak, kondisi tubuh ternak, spesies, dan lain-lain. Kambing/domba akan dapat berproduksi tinggi apabila diberi pakan yang memenuhi kebutuhannya, baik kualitas maupun kuantitas.

Pakan supaya bisa dikonsumsi maksimal perlu adanya penambah nafsu makan karena sangat dibutuhkan agar kambing/domba dapat mencapai bobot ternak yang maksimal.  Faktor yang penting di dalam keberhasilan suatu peternakan adalah pemilihan pakan. Jika ternak diberikan atau disediakan  pakan dengan nutrisi yang bagus akan cepat meningkatkan bobot badan dalam waktu yang lebih singkat dibandingkann dengan  ternak yang diberikan pakan dengan asal-asalan saja.

Dalam menggeluti usaha peternakan, para peternak harus menyiapkan sumber bahan pakan yang bagus serta harus diberikan suplemen maupun ramuan agar bisa merangsang atau penambah nafsu makan kambing/domba sehingga dapat mempercepat pertumbuhan. Salah satu ramuan yang banyak digunakan di beberapa peternakan besar dengan hasil yang memuaskan seperti Sumplemen Organik Cair (SOC).

SOC atau suplemen lainnya yang mudah dijumpai dipasaran merupakan  sejenis suplemen ataupun ramuan yang terbuat dari jenis bahan organik cair. Dimana pemberian suplemen ini bisa memicu pertumbuhan secara cepat pada hewan ternak seperti kambing/domba. Beberapa kasus yang sering terjadi adalah ditemukan adanya ketidakcocokan antara pakan yang diberikan untuk hewan ternak kita.

Untuk mendapatkan hasil ternak yang dipelihara bisa gemuk, sehat, berkualitas dengan modal seminim mungkin agar mendapatkan keuntungan yang lebih besar.  Kendala juga ditemukan para peternak dilapangan dalam menentukan jenis pakan yang lebih sesuai standar serta mengandung nutrisi yang lengkap.

Saat kita menemukan suatu kondisi kambing/domba tidak doyan ataupun tidak nafsu makan berarti kita wajib menemukan penyebabnya, dan harus bisa segera kita atasi. Nafsu makan pada hewan ternak tidak stabil kadang bisa naik dan turun. Banyak sekali faktor yang mempengaruhi nafsu makan kambing/domba seperti : 1) Kondisi pakan yang jelek, kurang mengandung nutrisi dan juga tingkat palatabilitas rendah; 2) Kurang air minum; 3) Adanya penyakit pada kambing/domba; 4) Kambing/domba mengalami stress akibat manajemen kandang yang buruk; 5) Kondisi cuaca yang ekstrim seperti terlalu panas, Hal ini membuat kambing/domba akan terus minum, sehingga mengkonsumsi pakan akan berkurang.

Apabila semua masalah tersebut bisa diatasi, tapi kambing/domba masih tetap tidak nafsu makan, diperlukan adanya ramuan atau suplemen ataupun jamu. Ramuan penambah nafsu makan bisa berupa vitamin, dll. Apabila mengetahui ramuan ataupun obat penambah nafsu makan terbuat dari bahan herbal atau jamu yang ada disekitar rumah untuk bisa di manfaatkan.

Penambah nafsu makan kambing/domba karena adanya gangguan penyakit pada hewan ternak akan membuat para peternak menjadi resah. Peternak menyadari akan dampak negatif yang bisa ditimbulkan yaitu kerugian dalam usaha ternaknya. Dalam usaha menghindari resiko tersebut maka banyak upaya untuk menyembuhkan maupun memyelamatkan dengan mancari obat penangkat penyakit.

Baca juga : Formulasi Ransum Berbasis Bahan Pakan Lokal

Ramuan ataupun jamu memang sudah sejak lama dikenal karena manfaatnya yang sudah diterapkan dari jaman nenek moyang. Ramuan selain digunakan untuk pengobatan, juga bisa diberikan sebagai tindakan pencegahan. Obat nanti bisa digunakan walaupun kondisi ternak sehat, bisa sebagai obat luar maupun untuk obat dalam tubuh.

Ramuan bisa berasal dari hewan, tumbuhan, mineral maupun campuran dari bahan – bahan tersebut. Hakikat pemberian ramuan itu sendiri berdasarkan pengamalan yang sdah dipraktikan dari waktu ke waktu. Beberapa ramuan dapat kita bedakan seperti : 1) Dari tumbuhan Bisa berasal dari akar, kulit, batang, bunga, daun, biju, maupun umbi. Contohnya temulawak, kunyit, sirih, kencur, bawang putih, minyak tanak, gula merah, lada; 2) Dari hewan bisa dari kuning telur ayam dan juga madu.

Penambah nafsu makan kambing/domba  atau sapi sangat mempengaruhi pertumbuhan bobot ternak dengan cepat.  Para peternak biasanya memberikan campuran penambah napsu makan agar lahap memakann pakan yang disediakan dengan harapan supaya ternak hidup sehat dann cepat gemuk sehingga harga jualnya bagus.

Pemilihan pakan yang tepat menjadi perhatian terpenting bagi para peternak. Kebanyakan peternak pada umumnya merawat ternaknya dengan ala kadarnya, termasuk memberikan pakan ala kadarnya saja dengan pakan yang ada disekitarnya. Hasilnya tentu saja tidak akan pernah maksimal, masa penggemukan lebih panjang dan tentu saja rugi waktunya.

Kondisi tersebut diatas adalah kondisi yang sering kita temui, sehingga hasil dari peternakan tidak akan maksimal.  Membuat pakan yang nutrisinya sangat lengkap dimana peternak sudah tidak pusing lagi untuk memberikan suplemen, vitamin, jamu jamuan, kalsium, nutrisi pakan lainnya. membuat komposisi pakan komplit atau bisa dibilang pakan ternak instan karena  pakan dari berbagai sumber pakan sudah dicampur jadi satu dalam satu pakan. Pemilihan atau komposisi pakan tidak begitu saja dicampur asal asalan namun sudah dilakukan penelitian secara komprehensif di Laboratorium IPB oleh ahli Nutrisi Pakan.

Pakan ini sangat cocok untuk peternakan modern dimana sudah tidak perlu pakan dengan hijauan maupun rumput serta dan bisa untuk dimanfaatkan dilahan yang sangat sempit. Hasilnya sangat cepat  membuat penambahan bobot badan dengan cepat.

Pemilihan jenis pakan dan suplemen yang tepat sangat mempengaruhi keberhasilan usaha peternakan. Dengan memilih pakan yang tepat maka dapat meningkatkan pertambahan bobot ternak secara cepat dan signifikan. Biasa peternak membuat paduan  dan komposisi pakan tersendiri dengan memadukan bahan pakan dengan suplemen dengan harapan adanya peningkatan produktifitas dan kenaikan bobot dan produksi susu.

Formulasi Ransum Berbasis Bahan Pakan Lokal

Aflah Indonesia – Pakan merupakan unsur utama kebutuhan ternak.  Pakan bisa dikatakan faktor penentu keberhasilan usaha ternak.  Melalui pakan inilah, harapan terhadap produksi dapat ditambatkan.   Apabila pakan baik maka produksi akan baik begitu pula sebaliknya.  Mengapa demikian?  Karena dalam pakan tersebut mengandung nutrisi yang dibutuhkan ternak.  Beberapa nutrisi penting/umum terkandung dalam bahan pakan adalah sebagai berikut:

  1. Energi, diperlukan untuk memenuhui kebutuhna hidup pokok dan beraktifitas.  Energi biasa dinyatakan dalam NE, ME, GE, DE,
  2. Protein, diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan, produksi, dan reproduksi,
  3. Mineral, diperlukan ternak untuk pertumbuhan tulang dan perbaikan jaringan, kofaktor enzim/hormon, menjaga keseimbangan pH/cairan tubuh, dan pembentukan mineral susu,
  4. Vitamin, sebagai katalisator dalam proses metablisme.

Ada beberapa pengertian yang harus kita pahami sebelum kita membicakan tentang formulasi ransum.  Di dalam Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia nomor 119/Permentan/OT.140/10/2014 disebutkan, bahwa pengertian bahan pakan adalah: bahan hasil pertanian, perikanan, peternakan, atau bahan lain yang layak dipergunakan sebagai bahan pakan, baik yang telah diolah maupun yang belum diolah
ransum, sedangkan pakan adalah: makanan tunggal atau campuran, baik yang diolah maupun tidak, yang diberikan kepada hewan untuk kelangsungan hidup, berproduksi, berkembangbiak.  Selain itu kita juga harus memahami pengertian ransum, yaitu: pakan yang diberikan kepada  ternak selama 24 jam, pemberiannya   dapat  satu kali atau  beberapa kali.  Ransum seimbang, yaitu  ransum yang diberikan selama 24 jam yang mengandung   semua   zat   makanan  dalam kuantitas,   kualitas  serta   perbandingan yang   cukup   untuk  memenuhi  kebutuhan zat     makanan   yang   diperlukan    ternak sesuai  dengan tujuan pemeliharaan.

Formulasi Ransum Berbasis Bahan Pakan Lokal

Formulasi ransum adalah susunan/formula bahan pakan yang akan diberikan kepada ternak selama 24 jam.  Dalam menyusun formulasi pakan haruslah seimbang antara semua unsur nutrisi di atas.  Seimbang di sini dalam pengertian sesuai dengan kebutuhan ternak.

Langkah dalam membuat formulasi ransum adalah:

  1. Mengetahui status fisiologis ternak.  Sebelum kita akan membuat formulasi ransum, kita harus mengetahui ternak yang akan kita buatkan ransumnya sedang dalam fase apa, sebagai contoh apabila untuk ternak ruminansia : pedet, pedet lepas sapih, dara, bunting, laktasi, produksi (susu/penggemukan).
  2. Menentukan data kebutuhan nutrisi.  Kebutuhan nutrisi berkaitan erat dengan fase fisiologis ternak.  Setiap fase fisiologis berbeda kebutuhan nutrisi, oleh karena itu informasi status fisiologi ternak ini menjadi penting agar formulasi ransum yang kita buat menjadi tepat dan sesuai dengan kebutuhan.  Data kebutuhan nutrisi pada setiap fase dapat menggunakan standar yang sudah ada dan biasa digunakan, seperti NRC dan AEC.  Sebagai contoh dalam NRC disebutkan untuk sapi potong
  3. Menentukan bahan pakan dan kandungan nutrisinya.  Dalam menyusun ransum, kita harus menentukan bahan pakan apa saja yang akan digunakan dan apa saja kandungan nutrisi yang dimilikinya.  Sebuah ransum sederhana biasanya berpatokan pada energi dan protein kasar.  Pengetahuan bahan pakan sebagai sumber nutrisi tertentu, terutama pada bahan pakan lokal menjadi penting.  Karena dalam membuat formulasi ransum yang diinginkan adalah dengan harga yang murah namun memiliki kualitas yang baik.  Ransum yang seperti itu harus menggunakan bahan pakan lokal.  Hal penting lain dalam menentukan bahan pakan adalah informasi terkait dengan batasan penggunakan pakan tersebut dalam pakan/ransum, kandungan anti nutrisi, dan kualitas bahan pakan yang digunakan.
  4. Menentukan metode penyusunan ransum.  Ada beberapa metode penyusunan ransum, yaitu: pearson square, trial n error, yang paling paling praktis adalah menggunakan aplikasi.  Saat kita menyusun ransum bisa memilih salah satu metode tersebut sesuai dengan yang kita pahami dan butuhkan.
  5. Mulai membuat formulasi ransum sesuai dengan data yg sudah disiapkan
  6. Meneliti kembali formulasi yang telah dibuat

Baca juga : Manajemen Pemeliharaan Dan Pakan Pembesaran Sapi Perah

Dengan mahalnya harga pakan di pasaran, seharusnya pakan lokallah yang dapat menggantikan.  Sehingga dengan demikian peternak selalu mendapatkan pakan dengan harga murah dan berkualitas.  Penggalian sumber bahan pakan lokal perlu terus dilakukan dan dikembangkan sesuai dengan potensi daerah. Apabila menilik dari bahan pakan lokal yang sudah diketahui, ternyata banyak diantaranya yang memiliki kandungan nutrisi yang baik, baik itu sebagai sumber energi maupun sebagai sumber protein.

Sumber bahan pakan lokal itu dapat berupa hijauan (rumput dan legum), limbah pertanian, dan pakan alternatif.  Beberapa contoh berupa hijauan seperti : anggrass, rumput rawa, legum pohon (daun kaliandra, daun bauhemia, daun lamtoro, daun turi, dll), kayambang, eceng gondok.  Beberapa contoh berupa limbah pertanian adalah: jerami jagung, jerami kacang tanah, jerami kedelai, pangkal umbi singkong, singkong bagian batang dan daun.  Beberapa contoh berupa pakan alternatif: kulit kopi (yang keras), kulit ari kopi, kulit pisang, ampas maizena, keong mas, kopra, kulit kakao, bungkil inti sawit, ampas kecap, kulit ari kedelai, kulit ari kacang hijau.

Dengan adanya informasi terkait dengan sumber bahan pakan lokal yang terus menerus di diseminasikan kepada para peternak, maka peternak yang melakukan self mixing (mencapur pakan sendiri) tidak perlu mendatangkan bahan baku pakan dari luar daerah.  Dengan demikian setiap daerah dapat membuat formula pakan atau formulasi ransum sesuai dengan potensi yang ada di wilayah tersebut, sehingga peternak mendapatkan pakan/ransum dengan harga yang murah dan berkualitas.

Manajemen Pemeliharaan Dan Pakan Pembesaran Sapi Perah

Aflah Indonesia – Perawatan pada periode pertumbuhan sangat penting dalam manajemen sapi perah karena dengan perawatan sedini mungkin mulai pada periode pertumbuhan, maka produksi susu yang baik dan optimal akan tercapai saat periode sapi laktasi. Produksi yang baik dan optimal akan tercapai bilamana sapi tersebut memiliki kondisi tubuh yang sehat, kaki kuat, perkembangan ambing yang baik dan kemampuan makan sapi yang baik juga. Kondisi prima yang diharapkan ini akan tercapai bilamana sapi mempunyai alat pencernaan yang besar dan kuat, dari fakta-fakta tersebut diatas kita perlu membuat program bagaimana caranya agar memiliki kaki yang kuat, ambing yang baik dan alat pencernaan yang berkembang sesuai dengan pertumbuhannya dengan cara memelihara sapi perah sejak lahir secra terprogram.

Pedet yang baik, memiliki bobot lahir 31,5 sampai 51,5 kg, dengan bulu yang mengkilat, dan kondisinya sehat. Selain kelahiran yang baik, manajemen penanganan setelah lahir juga sangat penting, diantaranya :

  • Memeriksa alat pernafasannya sesegera mungkin
  • Memotong tali pusar dengan menyisakan 2 cm dari pangkal pusar dan diberikan desinfektan tali pusar dengan menggunakan yodium tintur 10% untuk mencegah peradangan.
  • Segera memberikan kolostrum secepat mungkin dalam 1 jam setelah melahirkan
  • Pisahkan pedet dari induknya dan tempatkan di kandang khusus untuk pedet.

Kolostrum adalah susu yang keluar setelah melahirkan, adapun kewajiban memeberkan kolstrum sesegera mungkin pada pedet karena kolostrum menyediakan zat antibodi bagi pedet, sehingga melindungi pedet yang baru lahir terhadap infeksi, zat antibodi pada kolostrum ini sangat mudah diserap oleh tubuh pedet yang baru lahir.  Jumlah pemberian kolostrum adalah sebanyak 10% bobot lahir dan minimum 2 liter, walaupun kolostrummemiliki nilai gizi yang tinggi dan manfaat untuk kekebalan bila diberikan pada waktu yang salah(misalnya diberikan kepada pedet setelah 24 jam dari lahir) maka tidak akan banyak memberikan manfaat bagi pedet tersebut. Cara pemberian kolostrum pertama kali kepada pedet adalah diajari menggunakan ember yang bersih dengan bantuan jari tangan kita sebagai pengganti puting susu. Bila sulit, dapat dibantu dengan menggunakan dot susu. Pemberian kolostrum sebaiknya 3 kali dalam sehari dengan interval waktu yang sama sampai pedet berumur 5 hari.

Perkembangan rumen pada sapi perah merupakan hal penting dalam manejemen pemberian pakan pada masa pembesaran. Cara yang efektif adalah dengan sedapat mungkin secepatnya memberikan pakan padat pada pedet, Abomasum pedet yang baru lahur berukuran lebih besar yaitu sekitar 70% dari total alat pencernaan, pada saat ini pakan yang dikonsumsi beruapa cairan yang akan masuk ke esophagus dan selajutnya masuk ke abomasum dan diserap disitu. Dengan perlakuan pemberian pakan padatan dalam hal ini formula calf starter yang lebih cepat maka perkembangan daya ruminasi akan lebih cepat pula, karena pakan padat terlebih dahulu akan masuk ke rumen dan merangsang perkembangan rumen. Setelah umur 2-3,5 bulan, volume rumen diharapkan 70% dari total volume alt pencernaan pedet tersebut, Pada sapi dewasa volume rumen mencapain 80% dan abomasum hanya7%.

Pengetahuan tentang perkembangan rumen pada ternak sapi perah sangat penting agar manajemen pemeliharaan terutama manajemen pakan didalamnya bisa lebih optimal. Adapun perkembangan rumen pada sapi perah sebagai berikut:

  • Mulai lahir sampai dengan umur 3 minggu : rumen tetap, tidak berkembang (fungsi perut sama dengan hewan monogastrik)
  • Umur 4 minggu sampai dengan 5 minggu : Fungsi rumen berkembang dengan makan-makanan padat
  • Umur 5 minggu sampai dengan 6 minggu : Kemampuan rumen dalam mencerna makanan telah seimbang
  • Umur 6 minggu sampai dengan 6 bulan : kapasitas rumen berkembang
  • Umur lebih dari 6 bulan : kapasitas rumen telah seimbang.

            Untuk lebih merangsang perkembangan rumen, maka pedet perlu segera diberikan makanan padatan yaitu, Calf Starter (pakan pemula pedet) serta rumput kering (hay). Pakan yang berkulaitas baik dan sangat disukai oleh pedet perlu diberikan serta mulai diperkenalkan kepada pedet umur 5 hari, Pakan pemula yang baik bagi pedet adalah pakan pemula atau konsentrat yang mempunyai kadar energi (gizi) yang tinggi dengan kadar protein kasa (PK) minimal 18%. Selain pakan, ketersediaan atau pemberian air minum yang bersih dan segar sangat dibutuhkan pada saat pedet usia 5 hari ini karena jika diberikan air makan kecenderungan jumlah konsumsi pakan akan lebih banyak sehingga akan menunjukan pertumbuhan yang baik.

            Adapun Standar Program Pemberian Pakan Pedet umur 0-9 minggu dapat dilihat pada bagan dibawah ini :

Umur (Minggu) Bobot badan (kg) Pemberian pakan
air susu (kg) Pakan formula (kg) Rumput kering/hay (kg)
Lahir 35 Kolostrum 0 0
1 35 4 0,1 0,1
2 39 4 0,2 0,1
3 43 4 0,2 0,1
4 47 4 0,4 0,2
5 51 4 0,4 0,3
6 55 4 0,5 0,4
7 59 4 0,8 0,6
8 63 4 1 0,8
9 67 1-0 1,0-1,2 0,8-1,0

            Dengan adanya hasil kaji terap di BPT SP & HPT Cikole Lembang maka target lepas sapih (pedet tidak diberikan susu lagi) sebaiknya pada saat umur 2 bulan. Namun itupun harus sudah bisa mengkonsumsi pakan konsentrat (makanan formula) dengan kualitas baik sebanyak 1,2 kg per hari selama 3 hari berturut-turut. Selain itu kondisi pedet tersebut juga menentukan kapan saat yang tepat pedet tersenbut disapih. Setelah pedet disapih, selanjutnya jangan mencampur konsentrat dengan air, karena dengan adanya air akan menghambat perkembangan rumen dan nafsu makan terhadap hijauan menjadi rendah. Dengan memakan konsentrat maka pedet akan haus, sehingga harus disediakan air minu yang bersih secara Adlibitum (tersedia sepanjang waktu).

Baca juga : Mengenal Jenis Potongan Daging Sapi

Standar Program Pemberian Pakan Pedet umur 2-3 Bulan dapat dilihat pada bagan dibawah ini :

Umur (Bulan) Bobot badan (kg) Pemberian Pakan
Pakan formula (kg) Rumput kering/hay (kg)
2 67 2,0 1,0-1,5
3 83 2,0 1,5-2,0
     

Pedet sampai umur 3 Bulan sebaiknya diberikan hijaun kering (hay), dan jangan diberikan pakan basah sepeti, rumput basah, ampas tahu, ampas ubi dan lain-lain.

Standar Program Pemberian Pakan Pedet umur 4-6 Bulan dapat dilihat pada bagan dibawah ini :

Umur (Bulan) Bobot badan (kg) Pemberian Pakan
Makan formula (kg) Rumput kering/hay (kg)
4 103 2,0 2,0-3,0
5 127 2,0 3,0-4,0
6 151 2,0 4,0-5,0

Dari umur 3 bulan sudah harus mulai diganti pakan formula ke konsentrat dengan protein kasar (PK) ≥ 16% dan TDN ≥ 70%. Pergantian pakan formula harus dilakukan secara bertahap dalam 1 minggu agar pedet tidak stress.

Standar Program Pemberian Pakan Pedet umur 7-12 Bulan dapat dilihat pada bagan dibawah ini :

Umur (Bulan) Bobot badan (kg) Pemberian Pakan
Makan formula (kg) Rumput kering/hay (kg)
7 175 1,5 10,0-12,0
8 198 1,5 12,0-14,0
9 224 1,5 14,0-15,0
10 250 1,5 15,0-18,0
11 274 1,5 18,0-20,0
12 297 1,5 ≥ 20,0

Setelah 7 bulan, pedet akan semakin tinggi nafsu makan rumputnya, tetapi fungsi organ pencernaan masih belum mencukupi. Jadi masih perlu diberikan konsentrtat sekitar 1,5 kg. Umur 12 bulan, pedet sudah cukup pertumbuhannya. Untuk membuat alat pencernaan yang sehat dan kuat, yang penting harus diberi hijauan. Bilamana kualitas dari hijauan kurang baik maka akan menyebabkan sapi kekuangan energi, bila hal ini terjadi makan pemberian konsentrat harus ditingkatkan namun jangan sampai sapi tersebut kegemukan karena akan berakibat pada siklus reproduksinya.

Mengenal Jenis Potongan Daging Sapi

Aflah Indonesia – Kita kerap masih bingung mengenali nama-nama potongan daging yang ada di pasaran. Kalau di supermarket tiap potongan tertulis namanya, tetapi seringkali tertulis dalam istilah asing, bukan dalam istilah Indonesia. secara umum Indonesia telah mengadaptasi cara pemotongan daging ala US seperti berikut ini:

 

Mengenal Jenis Potongan Daging Sapi
•    Neck (punuk)
Potongan daging sapi bagian ini diambil dari leher yang menyambung dengan bagian paha depan. Pada bagian tengahnya terdapat serat-serat kasar yang mengarah ke bagian bawah. Biasanya daging ini digunakan untuk membuat makanan khas Nusa tenggara Timur yaitu Se’i (sejenis daging asap).

•    Brisket (sandung lamur)
Sandung lamur terdapat pada bagian dada bawah sekitar ketiak. Potongan sandung lamur ini agak berlemak, dan sangat cocok diolah menjadi hidangan berkuah seperti soto, rawon atau asem-asem sandung lamur. Bagian lemaknya akan membuat kuah kaldu menjadi lebih nikmat.

•    Chuck (sampil)
Merupakan bagian daging yang diambil dari leher hingga bahu sapi. Warna dagingnya merah pekat, memiliki banyak serabut otot yang melintang namun sedikit lemak. Biasa digunakan untuk membuat sup, semur, adonan bakso atau rendang.

•    Fore shank (paha depan)
Diambil dari bagian atas paha depan sapi. Bentuk potongannya biasanya segi empat dengan ketebalan 2-3 cm. Bagian ini biasa digunakan untuk membuat adonan bakso.

Klik juga : MENGENAL BUDIDAYA RUMPUT PAKCHONG, TREND RUMPUT 2021

•    Rib (iga)
Bagian yang berasal dari sekitar tulang iga. Memiliki rasa yang khas karena daging ini dimasak bersama dengan tulang iganya sehingga kaldu yang dihasilkan memiliki aroma yang lezat. Biasa digunakan untuk membuat sup iga atau konro ala Makassar.

•    Short loin
Dikenal juga dengan sebutan striploin. Potongan ini menempel dengan bagian iga dan bagian tenderloin serta sirloin. Merupakan bagian sisi berdaging dari bagian T-Bone, yaitu salah satu potongan steak yang khas dengan tulang berbentuk T pada bagian tengahnya.

•    Tenderloin (has dalam)
Merupakan potongan daging yang memiliki tekstur paling empuk dan sedikit lemak. Dalam bahasa Prancis bagian ini dikenal dengan nama Filet Mignon. Harganya relatif mahal. Diambil dari bagian tengah sapi dan bentuknya seperti silinder panjang. Paling favorit diolah menjadi steak tenderloinkarena tidak memerlukan waktu yang lama untuk menjadi matang dan lunak.

•    Sirloin (has luar)
Seperti has dalam, potongan daging bagian sirloin juga favorit diolah menjadi steak sirloin, yakiniku, sukiyaki atau shabu-shabu. Daging ini memiliki lapisan otot pada sisi luarnya, seratnya lebih kasar dari tenderloin, sehingga tesksturnya agak lebih keras. Oleh karena itu, meskipun masuk dalam kategori potongan daging premium, namun harganya tidak semahal tenderloin.

•    Top Sirloin (has atas)
Merupakan bagian sirloin yang lebih disuka karena dianggap lebih enak dan lembut daripada bagian sirloin. Merupakan potongan daging yang biasa diolah dalam sajian steak.

•    Flank (samcan)
Merupakan bagian dari potongan otot perut, kurang lunak karena mengandung banyak otot namun rasanya sangat kuat akibat memiliki banyak lemak. Cocok digunakan untuk membuat sup atau semur yang membutuhkan daging berlemak yang dimasak dalam waktu cukup lama.

•    Short plate
Sama dengan bagian flank, short plate merupakan potongan daging dari bagian otot perut, bentuknya panjang dan datar, tetapi tekstur dagingnya kurang lunak. Dalam potongan daging ala Inggris, short plate dikategorikan sebagai bagian dari brisket. Daging bagian short plate biasanya digunakan untuk menjadi daging giling, kornet, semur atau diolah menjadi beef bacon.

•    Rump Cap (tanjung)
Bagian ini memiliki tekstur yang cukup lunak sehingga biasa digunakan untuk dipanggang, digoreng atau ditumis/oseng. Bagian inilah yang paling sering dipilih untuk membuat sate.

•    Round (gandik)
Tekstur daging bagian gandik ini padat, minim lemak, seratnya terlihat panjang-panjang dan warna merahnya lebih muda. Cocok digunakan untuk membuat empal, dendeng dan rendang.

•    Shank (sengkel)
Konon nama shank, diadaptasi dari bahasa Belanda, shenkel. Merupakan potongan sapi dari bagian betis sehingga memiliki banyak otot dan membutuhkan waktu cukup lama untuk dimasak hingga empuk. Banyak digunakan untuk membuat sup, soto atau menjadi adonan bakso urat

MENGENAL BUDIDAYA RUMPUT PAKCHONG, TREND RUMPUT 2021

Aflah Indonesia – Dalam dunia peternakan khususnya budidaya ternak ruminansia akan tidak lepas dengan jenis rumput satu ini. Bagi ternak ruminansia hijauan pakan ternak memiliki persentase tertinggi dalam biaya produksi yaitu sekitar 70%. Rumput ini begitu nge trend dikalangan peternak dengan segala keunggulannya, salah satunya adalah sangat disukai oleh sapi dan kambing karena pada bagian batang dan daunya tidak memiliki bulu-bulu halus.

budidaya rumput pakchong

Rumput Pakchong (Pennisetum purpureum cv Thailand) adalah jenis rumput yang berasal dari Thailand sering disebut rumput Pakchong. Awalnya para peternak mengenal jenis rumput ini dari mulut ke mulut. Rumput Pakchong diteliti dan dikembangkan oleh Prof. Dr. Krailas Kiyothong selama 6 tahun dan penanamannya dilakukan di daerah Pak Chong, Thailand. Rumput Pakchong merupakan salah satu jenis rumput unggul. Rumput Pakchong merupakan hasil persilangan antara rumput gajah (Pennisetum purpureum Schumach) dengan Pearl millet (Pennisetum glaucum). Menurut Suherman dan Herdiawan (2021) rumput Pakchong dapat tumbuh dengan baik diberbagai lokasi, tetapi akan berkembang sangat baik pada tanah yang kaya akan bahan organik.

Klik juga : PENTINGNYA PENERAPAN BIOSECURITY DI SEBUAH PETERNAKAN

Banyak jenis rumput Gajah yang sudah dibudidaya di Indonesia, tapi jenis rumput ini memiliki beberapa kelebihan dibandingkan jenis rumput yang lain. Menurut pembibitan CV. Cahaya Baru perbedaan rumput Pakchong dan rumput Kolonjono terletak pada ukuran tinggi, tinggi rumput Pakchong bisa mencapai sekitar 5 m namun batangnya relatif tidak keras sehingga bisa dikonsumsi oleh ternak. Itulah mengapa rumput Pakchong lebih disukai oleh hewan ternak seperti Sapi dan Kambing. Menurut Suherman dan Herdiawan (2021), produksi rumput Pakchong per tahun berkisar 250-275 ton/ha dan kandungan protein kasar 16-18%.  Berikut ini hasil penelitian Sarker et al. (2019) tentang produktifitas rumput Pakchong yang dipanen pada umur 70, 80 dan 90 hari (Tabel 1). Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa rumput yang dipanen pada umur 90 hari menghasilkan lebih tinggi biomassa dan parameter lain.
Komposisi nutrisi dari rumput Pakchong dapat dilihat pada Tabel 2. Kelebihan lain yang dimiliki rumput Pakchong dibandingkan dengan jenis rumput yang lain rumput Pakchong memiliki usia tanam dan panennya cukup panjang yaitu hingga 9 tahun. Dalam setahun rumput Pakchong bisa dipanen sampai 3 kali. Selain memiliki kelebihan dari rumput Pakchong terdapat pula kelemahan salah satunya pemanenan terlambat maka rumput akan mulai mengeras yang menyebabkan kandungan gizinya menurun.
Dengan mengenal lebih jauh karakteritik tentang rumput Pakchong dapat menambah pengetahuan tentang jenis hijauan pakan ternak (HPT) yang unggul. Namun demikian pengembangan HPT harus diikuti pengembangan inovasi dan teknologi baik untuk usaha budidaya rumputnya juga upaya untuk mengolah rumput tersebut sebagai cadangan pakan ternak di musim kemarau.

PENTINGNYA PENERAPAN BIOSECURITY DI SEBUAH PETERNAKAN

Aflah Indonesia – Kesehatan ternak merupakan aspek yang sangat penting dalam keberhasilan budidaya ternak. Biosekuriti dan manajemen kesehatan ternak merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan dalam rangka mencapai tujuan peningkatan produksi ternak dan status kesehatan ternak. Sasaran akhir tiap usaha peternakan adalah pencapaian keuntungan. Keuntungan maksimal hanya akan dicapai bila semua ternak berada dalam keadaan sehat, karena ternak mampu berproduksi dengan optimal jika dalam kondisi yang sehat.

PENTINGNYA PENERAPAN BIOSECURITY DI SEBUAH PETERNAKAN

Biosekuriti adalah semua tindakan yang merupakan pertahanan pertama untuk pengendalian wabah dan dilakukan untuk mencegah semua kemungkinan penularan/kontak dengan ternak tertular sehingga rantai penyebaran penyakit dapat diminimalkan. Dalam budidaya ternak, biosekuriti merupakan serangkaian kegiatan yang dirancang untuk mencegah penyakit masuk ke dalam peternakan ataupun menyebar keluar peternakan.

Klik juga : Kotoran Ayam Sebagai Pakan Alternatif

Tujuan dari biosekuriti adalah mencegah semua kemungkinan penularan dan penyebaran penyakit. Penerapan biosekuriti pada seluruh sektor peternakan, akan mengurangi risiko penyebaran mikroorganisme penyebab penyakit yang mengancam sektor tersebut. Penerapan biosekuriti yang ketat dan berkelanjutan sangat menentukan keberhasilan pengendalian penyakit selama budidaya. Meskipun biosekuriti bukan satu-satunya upaya pencegahan terhadap serangan penyakit, namun biosekuriti merupakan garis pertahanan pertama terhadap penyakit.

Komponen utama biosekuriti adalah isolasi, kontrol lalu lintas dan sanitasi.

  1.  Isolasi merupakan suatu tindakan untuk mencegah kontak diantara hewan pada suatu area atau lingkungan. Tindakan yang paling penting dalam pengendalian penyakit adalah meminimalkan pergerakan hewan dan kontak dengan hewan yang baru datang. Tindakan lain yaitu memisahkan ternak berdasarkan kelompok umur atau kelompok produksi. Fasilitas yang digunakan untuk tindakan isolasi harus dalam keadaan bersih dan didisinfeksi.
  2. Kontrol lalu lintas merupakan tindakan pencegahan penularan penyakit yang dibawa oleh alat angkut, hewan selain ternak (anjing, kucing, hewan liar, rodensia, dan burung), dan pengunjung. Hewan yang baru datang sebaiknya diketahui status vaksinasinya, hal ini merupakan tindakan untuk memaksimalkan biosekuriti. Oleh sebab itu, mengetahui status kesehatan hewan yang baru datang sangat penting. Kontrol lalu lintas di peternakan harus dibuat dengan baik untuk menghentikan atau meminimalkan kontaminasi pada hewan, pakan, dan peralatan yang digunakan. Alat angkut dan petugas tidak boleh keluar dari area penanganan hewan yang mati tanpa melakukan pembersihan (cleaning) dan desinfeksi terlebih dahulu.
  3. Sanitasi merupakan tindakan pencegahan terhadap kontaminasi yang disebabkan oleh feses. Kontaminasi feses dapat masuk melalui oral pada hewan (fecal-oral cross contamination). Kontaminasi ini dapat terjadi pada peralatan yang digunakan seperti tempat pakan dan minum. Langkah pertama tindakan sanitasi adalah untuk menghilangkan bahan organik terutama feses. Bahan organik lain yaitu darah, saliva, sekresi dari saluran pernafasan, dan urin dari hewan yang sakit atau hewan yang mati. Semua peralatan yang digunakan khususnya tempat pakan dan minum harus di- bersihkan dan didesinfeksi untuk mencegah kontaminasi.

Kotoran Ayam Sebagai Pakan Alternatif

Aflah Indonesia – Pakan merupakan faktor penting yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan suatu usaha peternakan selain bibit dan manajemen budidaya. Tetapi biaya produksi terutama dari segi pakan masih terlalu tinggi bila dibandingkan hasil yang diperoleh dari usaha peternakan. Oleh karena itu perlu adanya usaha untuk mencari pakan alternatif sebagai suatu usaha untuk menggunakan sumber bahan pakan baru yang belum dimanfaatkan oleh manusia, tersedia dalam jumlah banyak, mudah diperoleh, mempunyai nilai nutrisi bagi ternak dan harganya murah. Salah satu upayanya adalah dengan pemanfaatan limbah peternakan. Limbah peternakan dimanfaatkan oleh peternak sebagai pakan alternatif salah satunya kotoran ayam kering. Peternak biasanya kotoran ayam digunakan sebagai pengganti bekatul.

Kotoran Ayam Sebagai Pakan Alternatif

Kotoran ayam (manur) yang baru diambil dari kandang sebaiknya tidak langsung diberikan sebagai bahan pakan atau campuran pakan. Hal ini disebabkan kotoran ayam yang masih baru dan basah, banyak mengandung gas ammonia dan mikroorganisme patogen misalnya Steptococcus spSalmonella spMycobacterium sp yang dapat membahayakan kesehatan ternak. oleh karena itu kandungan gas ammonia dan mikroorganisme harus dihilangkan terlebih dahulu dengan cara pengeringan. Selain itu untuk meningkatkan kualitas pakan dengan campuran kotoran ayam ini, perlu mendapat perlakuan lebih dahulu misalnya dengan fermentasi dengan EM-4 dan molases. Berikut ini kandungan nutrisi dari kotoran ayam kering.

Tabel 1. Kandungan Nutrisi Kotoran Ayam Kering di Kelompok DTSM Tahun 2018.

No. Kandungan Nutrisi Hasil Analisa
1 Kadar Air (%) 16,86
2 Protein Kasar (%) 18,93
3 Lemak Kasar (%) 0,93
4 Serat Kasar (%) 17,25
5 Abu (%) 20,32
6 Ca (%) 2,31
7 P (%) 1,23

Kandungan protein kasarnya masih relatif tinggi, namun kandungan serat kasarnya juga relatif tinggi. Karena kandungan serat kasarnya relatif tinggi perlu diturunkan dengan cara difermentasi. Dikalangan peternak kotoran ayam diberikan secara langsung dan ada juga yang diproses fermentasi terlebih dahulu. Fermentasi adalah suatu proses aktivitas mikroorganisme untuk memperoleh energi yang diperlukan dalam proses metabolisme melalui pemecahan terhadap senyawa organik secara aerobik atau anaerobik dan terjadi perubahan pada substrat yang dilakukan fermentasi.

Baca juga : Penyakit IBR (Infectious Bovine Rhinotracheitis ) pada Sapi dan Pengendaliannya

Dalam proses fermentasi perlu adanya keseimbangan media C dan N. Kotoran ayam mengandung protein kasar yang cukup tinggi dengan kandungan NPN yang tinggi pula, tetapi memiliki kandungan energi yang rendah. Untuk mengatasi kendala tersebut maka ditambahkan molases dimana molases merupakan sumber energi yang mengandung karbohidrat dimana didalamnya terdapat unsur carbon (C), sedangkan pada kotoran ayam mengandung unsur nitrogen (N). Unsur C pada molases digunakan oleh mikroorganisme sebagai sumber energi untuk memecah substrat yaitu NPN dan mengikat nitrogen (N) sehingga dapat meningkatkan kualitas kotoran ayam. Menurut penelitian dari Fakultas Hasanudin hasil analisa kotoran ayam yang sudah difermentasi, sebagai berikut ini:

Tabel 2. Hasil Analisa Nutrisi Kotoran Ayam Sebelum Difermentasi dan Sesudah Difermentasi.

No. Kandungan Nutrisi Tanpa Fermentasi Fermentasi 7 Hari
1 Protein Kasar (%) 9,97% 12,67%
2 Serat Kasar (%) 30,63% 32,65%

         Dari hasil analisa tersebut menunjukan bahwa dengan proses fermentasi dapat meningkatkan kandungan protein, namun tidak dapat menurunkan kandungan serat kasar. Dengan hasil tersebut mungkin perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kelayakan kotoran ayam kering digunakan sebagai pakan alternatif. Selain itu penggunaan kotoran ayam untuk pakan alternatif ternak ruminansia perlu diperhatikan, terkait dengan kontaminasi tepung daging/ tepung tulang/ tepung darah/ tepung daging/ tepung tulang serta bahan lain asal ruminansia yang dapat menularkan penyakit Bovine Spongiform Encephalopathy (BSE).  Demikian informasi yang dapat kami sampaikan, semoga bermanfaat bagi peternak.

Penyakit IBR (Infectious Bovine Rhinotracheitis ) pada Sapi dan Pengendaliannya

Aflah Indonesia – Penyakit IBR (Infectious Bovine Rhinotracheitis ) adalah penyakit hewan yang bersifat menular dan mengganggu sistem reproduksi ternak. Terganggunya sistem reproduksi ternak akibat infeksi penyakit menular sangat merugikan karena dapat mengakibatkan keguguran, penurunan fertilitas, bahkan kemajiran ternak. IBR merupakan penyakit yang sangat infeksius disebabkan oleh Bovine herpesvirus-1 (BHV-1). Gejala klinis akibat penyakit ini seperti infeksi pustular vulvovaginithis pada sapi betina atau balanoposthitis pada sapi jantan, konjungtivitis, ensefalitis dan gejala sistemik lainnya seperti demam dan kelesuan (STRAUB, 1990). Infeksi pada sapi betina dewasa dapat menyebabkan penurunan produksi susu, menurunnya tingkat fertilitas, dan keguguran (MILLER et al., 1991)
Penyakit IBR (Infectious Bovine Rhinotracheitis ) pada Sapi dan Pengendaliannya
Gejala klinis
Berdasarkan gejala klinisnya, agen penyebab penyakit IBR yaitu virus BHV-1, terbagi menjadi 2 subtipe, yaitu subtipe 1 dan subtipe 2. Virus BHV-1 subtipe 1 berhubungan dengan galur yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan, sedangkan subtype 2 adalah galur yang dapat menyebabkan gangguan genital seperti Infectious Pustular Vulvovaginalis (IPV) dan Infectious Pustular Balanoposthitis (IPB) (RADOSTIT et al., 2000).
a. Gangguan pernapasan
IBR merupakan penyakit pernapasan pada sapi yang secara signifikan merugikan, khususnya bagi usaha perbibitan ternak sapi. Virus masuk ke dalam saluran pernapasan umumnya melalui udara (mengandung partikel air) yang mengandung virus IBR berasal dari hewan penderita. Utamanya, infeksi terjadi pada saluran pernapasan bagian atas, tetapi kadangkadang juga terjadi pada bagian bawah paru-paru. Setelah berinkubasi selama 2 – 3 hari, ternak akan demam yang diikuti dengan peningkatan frekuensi pernapasan, anoreksia, penurunan produksi susu (pada sapi perah), serta menjadi kurus. Dalam jangka waktu satu atau dua hari, terbentuk leleran hidung encer dan hidung tampak kemerahan (GIBBS dan RWEYEMAMU, 1977). Pada tahap berikutnya, leleran hidung yang encer menjadi mukopurulen. Tahap akut ini terjadi sekitar 5 – 10 hari setelah ternak sembuh dari demam. Kejadian klinis yang berat tergantung kepada jenis galur virus yang menginfeksi, status imunologik hewan, keadaan lingkungan, infeksi sekunder dan umur hewan. Faktor-faktor tersebut dapat menyebabkan sindrom pernapasan kompleks yang disebut sebagai “demam pengapalan” (shipping fever). Sindrom ini merupakan ciri khas infeksi BHV-1 yang diikuti dengan infeksi sekunder (biasanya bakteri Pasteurella haemolytica) yang mungkin dapat berpotensi menghasilkan pneumonia yang fatal (BABIUK et al., 1988). Meskipun jarang, IBR dapat terjadi pada pedetdan menyebabkan penyakit pernapasan yang ganas atau penyakit sistemik yang fatal dan cepat menimbulkan kematian. Infeksi IBR pada sapi yang baru lahir mungkin disebabkan oleh kekurangan antibody maternal dan komplikasi dengan faktor manajemen (MECHOR et al., 1987). Bila gejala klinis pernapasan pada sapi bunting terus berlanjut, sudah dapat dipastikan sekitar 25% ternak bunting akan mengalami keguguran. Lamanya masa inkubasi pada sapi bunting terjadi keguguran antara 3 – 6 minggu dan paling sering terjadi pada usia kebuntingan 5 dan 8 bulan (MUYLKENS et al., 2007).
b. Gangguan reproduksi
IPV merupakan infeksi vagina dan vulva yang ditandai dengan ekor tidak kembali ke posisi biasa. Kemudian timbul pustula (berdiameter 1 – 2 mm) yang menyebar melalui permukaan mukosa dan kadangkadang disertai oleh leleran mukopurulen. Pustula yang lama, pecah meninggalkan bercak berwarna merah muda yang mengikis lokasi infeksi. Pada IPV, leleran hidung tidak tampak jelas. Penyakit pada tahap akut terjadi antara 2 – 4 hari, dan lesi hilang dengan sendirinya setelah 10 – 14 hari dari saat terjadinya penyakit. Jika infeksi sistemik terjadi pada sapi bunting, maka akan terjadi keguguran (MUYLKENS etal., 2007). Pada ternak jantan, penyakit IPB berkembang setelah masa inkubasi 1 – 3 hari yang ditandai dengan lesi pustula yang menyebar pada penis, timbulnya eksudat kecil dan demam. Infeksi pada pejantan dapat menularkan IPB ke sapi lain walaupun tidak terdapat adanya lesi (MUYLKENS et al., 2007). Hal inilah yang menjadi alasan bahwa pejantan pada pusat inseminasi buatan (IB) harus memiliki seronegatif terhadap BHV-1.
c. Gangguan syaraf (ensefalitis)
Meskipun BHV-1 dapat menyebabkan gangguan pada organ syaraf, ensefalitis jarang sekali terjadi pada sapi. Ensefalitis diperkirakan terjadi sebagai suatuproses lanjutan yang berhubungan dengan pernapasanakut atau pengaktifan kembali virus laten dari gangliatrigeminal dan cenderung mendekati penyebarannya kepusat otak. Berbagai gejala klinis yang dapatditimbulkan setelah terjadinya infeksi olehalphahervesvirus yaitu terjadinya gangguan syaraf dan mengakibatkan infeksi laten yang menetap pada sistemsyaraf tepi inang (PRESTON, 2000).  Gejala klinis syaraf ditandai dengan tidak terkoordinasi, berputar-putar,otot gemetar, berbaring, kehilangan keseimbangan, kebutaan, selalu menjilat panggul dan akhirnya mati(ENQUIST et al., 2002). Kasus sporadis BHV-1 yang berhubungan dengan ensefalitis sudah umum terjadi diAustralia dan Argentina. Galur BHV-1 yang  menunjukkan neuropatogenik yang berpotensi mewakili bvarian antigenik dan dikelompokkan sebagai BHV-5. Gejala klinis lain yang berkaitan dengan BHV-1termasuk kekeruhan pada kornea mata, mastitis, enteritis, dan dermatitis (WYLER et al., 1989).
Cara penularan
a. Melalui saluran pernafasan
Penularan langsung melalui pernafasan dari virus BHV-1 sangat mudah dari satu ternak ke ternak lain atau dari kelompok satu ke kelompok lainnya. Hal ini disebabkan virus shedding dalam jumlah yang sangat banyak pada saluran pernapasan, mata, dan saluran reproduksi sapi yang terinfeksi. Virus dapat menyebar melalui sekresi hidung atau percikan yang mengandung virus (MARS et al., 2000). Dikarenakan mekanisme penyebaran virus yang demikian, maka kontak langsung antar hewan merupakan risiko transmisi yang sangat tinggi. Pada penggemukan sapi yang penuh sesak, dan bercampurnya ternak satu dengan yang lain mengakibatkan penyebaran virus akan lebih efektif (VAN DONKERSGOED dan BABIUK, 1991).
b. Melalui semen
Pada hewan jantan yang memperlihatkan balanopostitis atau pada kondisi laten (virus terdedah tanpa ada gejala klinis), maka semen menjadi sumber penularan virus yang sangat potensial. Virus IBR dapat menyebar melalui kawin alam atau kawin buatan melalui IB (WYLER et al., 1989). Penularan penyakit melalui semen sapi pejantan terjadi sebagai berikut, yaitu sapi pejantan akan mulai terinfeksi BHV-1 pada preputium antara 2 dan 7 hari setelah infeksi pertama. Setelah infeksi pertama, virus seringkali sulit untuk diisolasi (HUCK et al., 1971). Namun, sekali-sekali (intermitten) secara spontan dan seringkali terjadi virus shedding. Infeksi laten pada sapi akan mengakibatkan pengeluaran kembali virus apabila ternak tersebut mengalami cekaman, seperti saat transportasi, atau diberi perlakuan kortikosteroid (misalnya: dexamethazone). Dengan cara spontan atau perlakuan buatan akan memicu virus shedding dan seringkali tidak menunjukkan klinis dan virus tersebut dapat terdeteksi untuk waktu yang lama, bahkan dapat mencapai satu tahun setelah infeksi pertama MUYLKENS et al., 2007).
Pada umumnya, BHV-1 diekskresikan lebih banyak konsentrasinya pada tahap infeksi pertama dari pada infeksi kedua atau berikutnya yang hanya bersifat putus-sambung. Titer antara 105 – 108,5 Tissue Culture Infective Dose (TCID50) per ml dari bilasan preputium atau semen telah terdeteksi selama fase akut pada kasus infeksi alami maupun buatan (SPILKI et al., 2004). Selama masa pengeluaran kembali virus baik secara spontan maupun melalui rangsangan alami atau perlakuan dengan rangsangan buatan, titer virus sangat bervariasi yaitu titer virus antara 101 dan 105,2 TCID50 per ml asal bilasan praeputium atau semen telah pula dilaporkan (MEDINA et al., 2009). Akan tetapi virus tidak terdeteksi lagi setelah 14 pasca infeksi (SPILKI et al., 2004). Dosis yang diperlukan untuk menginfeksi sapi setelah inokulasi intra-nasal atau intra-vagina dengan menggunakan BHV-1 galur lapang yaitu 3,2 TCID50 (VAN OIRSCHOT, 1995). Virus IBR dalam semen beku (extended semen) yang disimpan pada suhu 4°C akan tahan selama 7 hari, sementara bila semen tersebut disimpan pada suhu ruang akan tahan selama 5 hari. Selanjutnya, DREW et al. (1987) juga melaporkan bahwa virus IBR dalam semen beku tidak akan kehilangan sifat infektivitas setelah dilakukan 5 kali proses pembeku-cairan (freezing-thawing). Penerapan IB yang menggunakan semen terinfeksi BHV-1 akan menyebabkan penurunan angka kelahiran, memperpendek siklus estrus, dan memicu endometritis (VAN ENGELENBURG et al., 1995).
DIAGNOSIS PENYAKIT IBR
Diagnosis penyakit IBR dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu dengan isolasi dan identifikasi virus dari sampel, uji serologi, pemeriksaan immunoassay, serta pendeteksian genetik material melalui teknik molekuler biologi.
a. Isolasi virus
Bovine herpesvirus-1 seringkali ditemukan pada mukosa hidung, mata dan preputium pada kasus balanopostitis. Pada kasus balanopostitis, semen BHV-1 selama proses ejakulasi. Hal ini terjadi karena pada sapi yang terinfeksi BHV-1, maka virus akan bereplikasi pada bagian mukosa preputium sapi tersebut. Teknik yang sering digunakan di laboratorium untuk mendiagnosis atau mendeteksi antigen BHV-1 diantaranya yaitu dengan isolasi virus yang ada dalam sampel mukosa hidung, mata atau semen pada kultur sel (DEKA et al., 2005). Sel kultur yang sering digunakan adalah sel MDBK atau sel lain yang rentan terhadap BHV-1. Keberadaan BHV-1 pada kultur sel ditandai dengan efek sitofatik (Cytopathic effect = CPE), virusnya kemudian diidentifikasi/ dikonfirmasikan dengan menggunakan immunofluorescence (KEUSER et al., 2004) atau dengan uji virus neutralisasi (VN) (LEMAIRE et al., 2000). Selanjutnya elektron mikroskop digunakan untuk mendeteksi virus secara morfologi.
b. Uji serologi
Uji serologi dilakukan untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap virus IBR dalam darah/serum hewan. Uji serologi meliputi uji netralisasi serum dan ELISA. Pada uji netralisasi serum, uji ini menggunakan media kultur sel dimana reaksi netralisasi antibodi oleh virus IBR dapat diketahui, yaitu pada sel tidak terjadi efek sitofatik (OIE, 2008). Sementara uji ELISA menggunakan reaksi enzimatik dengan indicator perubahan warna substrat (OIE, 2008). Bila hewan mengandung antibodi terhadap virus IBR sementara hewan tidak pernah divaksin, maka dapat disimpulkan bahwa hewan tersebut telah terinfeksi oleh virus IBR. Namun bila hewan pernah divaksinasi, maka uji ini dapat membedakan antibodi akibat vaksin atau infeksi alam.
c. Teknik immunoassay
Teknik immunofluorescence telah digunakan untuk mendeteksi BHV-1 dalam sediaan usapan mukosa nasal, bilasan preputium, paru, dan trachea (SILIM dan ELAZHARY, 1983). Kelebihan teknik ini yaitu dapat mendeteksi BHV-1 dengan cepat. Kemudian, teknik imuno elektron mikroskop seringkali digunakan dan merupakan metode yang cepat, akan tetapi diperlukan konsentrasi virus yang tinggi. Sementara, ELISA dengan menggunakan antibody monoklonal telah banyak digunakan untuk mendeteksi BHV-1 (SPILKI et al., 2005; OKAZAKI et al., 2006).
Selanjutnya, SMITS et al. (2000) telah membandingkan beberapa metode hibridisasi dengan imuno-elektron mikroskop dan berbagai jenis kultur sel. Hasilnya menunjukkan bahwa isolasi virus ternyata paling sensitif bila dibandingkan dengan metode di atas yaitu dapat mendeteksi 5 TCID50 virus pada semen.
d. Teknik molekuler biologi
Akhir-akhir ini, diagnostik virologi telah mengalami kemajuan pesat dengan dikembangkan teknik asam nukleat untuk mendeteksi keberadaan virus dalam sampel yang berasal dari hewan, baik yang menunjukkan klinis maupun normal. Hibridisasi asam nukleat dan reaksi berantai polimerase (polymerase chain reaction = PCR) telah dikembangkan sebagai perangkat uji yang sangat ideal dan handal untuk mendeteksi BHV-1 pada sampel karena uji tersebut sangat cepat, sensitif dan spesifik. Teknik PCR telah digunakan untuk mendeteksi secara langsung BHV-1 pada sampel klinis. Pendeteksian DNA BHV-1 gB, gC, dilaporkan (ROLLA et al., 2003; 2005; AFONSO et al., 007; LATA, 2009; MEDINA et al., 2009; MOORE et al., 2000). Pengembangan teknik PCR untuk mendeteksi BHV-1 pertama kali diperkenalkan oleh VILCEK (1993) dengan menggunakan primer berasal dari gen yang menggunakan gB BHV-1. Sementara itu, nested PCR untuk mendeteksi BHV-1 dalam sampel semen cair dan semen beku yang menggunakan target gen gD pertama kali diperkenalkan oleh WIEDMANN et al. (1993), kemudian nested PCR lainnya dikembangkan oleh ROLLA et al. (2003).
STRATEGI  PENGENDALIAN PENYAKIT  IBR 
Berdasarkan informasi dan bukti yang ada, termasuk sifat penyakit dan perkembangan situasi penyakit IBR di Indonesia, maka secara hipotetik strategi pengendalian penyakit IBR pada ternak sapi di Indonesia disarankan untuk dilakukan secara bertahap dan dimulai dari hulu (sumber bibit/benih) yang kemudian sampai ke hilir (peternakan rakyat) serta dengan beberapa prasyarat sebagai berikut:
1. Untuk pengendalian penyakit diperlukan perangkat pendukung, berupa teknik diagnosis (deteksi virus, deteksi antibodi) yang telah dikuasai oleh laboratorium veteriner.
2. Tersedia vaksin IBR tidak aktif dalam jumlah yang cukup sebagai pencegah infeksi pada populasi yang dinamis dan sulit dikendalikan melalui tindakan biosekuriti.
3. Tersedia perangkat lunak berupa peraturan/kebijakan dan petunjuk operasional pengendalian penyakit yang jelas, tegas, aplikatif di lapangan, serta para peternak telah menerima informasi yang cukup tentang penyakit IBR.
4. Tersedia dana yang cukup untuk pelaksanaan program pengendalian penyakit.
5. Strategi pengendalian penyakit dilakukan dari hulu ke hilir secara tuntas dan bertahap sesuai kemampuan pendanaan.
Strategi pelaksanaan pengendalian penyakit IBR dilakukan dengan tahapan prioritas sebagai berikut:
1. Prioritas pertama adalah pembebasan penyakit IBR pada sapi di pusat-pusat perbibitan dan inseminasi buatan (IB).
Upaya yang dilakukan adalah menerapkan persyaratan bahwa seluruh ternak yang ada di lokasi tersebut harus bebas dari penyakit IBR. Ternak bibit tidak divaksinasi untuk memudahkan pemantauan bila ternak kemudian berubah menjadi reaktor. Penerapan surveilans serologis/pendeteksian agen yang ketat untuk mengetahui sedini mungkin terhadap adanya hewan menjadi reaktor. Hewan yang dinyatakan sebagai maka hewan dikeluarkan dari kawasan dan tidak digunakan lagi sebagai bibit/sumber benih. Penerapan biosekuriti peternakan yang ketat mutlak dilaksanakan terhadap calon sapi bibit yang akan memasuki kawasan. Hanya ternak yang bebas IBR yang diperbolehkan memasuki kawasan dan kemudian menjadi bibit/sumber benih. Biosekuriti juga diterapkan bagi petugas pengelola hewan yang dan yang akan masuk kawasan melalui desinfeksi, penggunaan pakaian kandang, kebersihan diri, dll. Biosekurit juga diterapkan untuk pakan hijauan. Sumber hijauan pakan tidak berasal dari padang rumput dimana digembalakan ternak sapi/kerbau. Biosekuriti termasuk mencegah kontak ternak rakyat dengan kawasan dan ternak di dalamnya. Dengan demikian, lokasi kawasan telah didesain memiliki jarak yang cukup jauh dengan peternakan rakyat.
2. Prioritas kedua adalah pembebasan penyakit IBR
Pada sapi bibit di peternakan rakyat/VBC. Upaya yang dilakukan adalah menerapkan persyaratan bahwa semen yang digunakan untuk inseminasi buatan (IB) adalah semen berasal dari pusat pusat IB yang bebas dari IBR. Jika menggunakan pejantan unggul, maka pejantan unggul berasal dari pusat-pusat perbibitan yang bebas dari IBR atau bila pejantan berasal dari VBC maka pejantan tersebut telah dibuktikan secara laboratorium bebas dari penyakit IBR. Semua sapi betina bibit telah dibuktikan bebas dari penyakit IBR, atau bibit sapi betina berasal dari pusat-pusat perbibitan yang bebas dari penyakit IBR. Monitoring penyakit dilakukan secara berkala untuk mengetahui adanya dan ternak reaktor dikeluarkan dari kawasan dan tidak digunakan lagi sebagai bibit. perlakuan vaksinasi pada sapi betina bibit dapat dipertimbangkan tergantung pada situasi apakah pergerakan sapi bibit atau pencegahan kontak dengan sapi lainnya milik rakyat dapat dikendalikan. Sapi pejantan tetap tidak divaksin, bila menjadi reaktor maka pejantan dikeluarkan dari kawasan dan tidak digunakan sebagai pemacek. Lalu lintas ternak melewati kawasan diperketat sebagai upaya biosekuriti agen penyakit.
3. Prioritas terakhir adalah pengendalian penyakit IBR
pada ternak milik rakyat. Secara umum adalahbdengan penggunaan semen untuk inseminasi buatan (IB) berasal dari pusat-pusat IB yang bebas dari IBR, atau pejantan bebas penyakit IBR, serta melakukan vaksinasi rutin. Tahap ini dilaksanakan setelah dilakukan analisis peluang keberhasilan dan nilai ekonomi. Hal ini karena untuk kegiatan ini dana yang tidak sedikit, waktu yang panjang serta tingkat kesulitan yang tinggi terkait situasi dan kondisi sistem peternakan yang ada, aspek sosial dan budaya masyarakat yang kompleks.

WASPADA PENYAKIT CACING HATI PADA TERNAK

Aflah Indonesia – Penyakit kecacingan (helminthiasis) seringkali dianggap remeh oleh peternak karena resiko kematian yang ditimbulkan relatif kecil. Akan tetapi kerugian ekonomi yang ditimbulkan oleh penyakit kecacingan cukup besar, antara lain penurunan berat badan, penurunan kualitas daging, kulit, dan jerohan, penurunan produktivitas ternak sebagai tenaga kerja pada ternak potong dan kerja, penurunan produksi susu pada ternak perah dan bahaya penularan pada manusia serta kematian ternak pada infestasi yang parah.
WASPADA PENYAKIT CACING HATI PADA TERNAK
Apa itu Fasciolosis?
Fasciolosis adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing Fasciola sp. Spesies yang umum ditemukan pada ternak di Indonesia adalah Fasciola gigantica. 
Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh cacing hati Fasciola sp. yang hidup di dalam hati dan saluran empedu serta memakan jaringan hati dan darah.
Ternak Rentan
sapi, kerbau, kambing dan ruminansia lain. Ternak berumur muda lebih rentan daripada ternak dewasa.
Gejala Klinis
Pada Sapi penderita akan mengalami gangguan pencernaan berupa konstipasi atau sulit defekasi dengan tinja yang kering. Pada keadaan infeksi yang berat sering kali terjadi mencret, ternak terhambat pertumbuhannya dan terjadi penurunan produktivitas.
Pada Domba dan kambing, infeksi bersifat akut, menyebabkan kematian  mendadak dengan darah keluar dari hidung dan anus seperti pada penyakit anthrax. Pada infeksi yang  bersifat kronis, gejala yang terlihat antara lain  ternak malas, tidak gesit, napsu makan menurun, selaput lendir pucat, terjadi busung (edema) di antara rahang bawah yang disebut “bottle jaw”, bulu kering dan rontok, perut membesar dan terasa sakit serta ternak kurus dan lemah.
Diagnosis
Diagnosis didasarkan pada gejala klinis dan diteguhkan dengan pemeriksaan laboratorium terhadap sampel kotoran (feses) untuk mengidentifikasi adanya telur cacing. Pemeriksaan pasca mati juga dapat dilakukan untuk mengidentifikasi cacing dewasa pada organ yang terserang.
Pencegahan   
Tindakan pencegahan yang bisa dilakukan adalah dengan memberantas vektor penyakit yaitu memberantas siput secara biologik, misalnya dengan pemeliharaan itik/bebek, ternak jangan digembalakan di dekat selokan (genangan air), rumput jangan diambil dari daerah sekitar selokan.
Pengobatan
Pengobatan secara efektif dapat dilakukan dengan pemberian per oral  albendazole, dosis pemberian sebesar  10 – 20 mg/kg berat badan, namun perlu perhatian bahwa obat ini dilarang digunakan pada 1/3 pertama kebuntingan, karena menyebabkan abortus. Fenbendazole 10 mg/kg berat badan atau lebih aman pada ternak bunting. Pengobatan dengan Dovenix yang berisi zat aktif Nitroxinil dirasakan cukup efektif juga untuk trematoda. Dosis pemberian Dovenix adalah 0,4 ml/kg berat badan dan diberikan secara subkutan. Pengobatan dilakukan tiga kali setahun.

Mengenali Tanda-Tanda Birahi Pada Ternak Sapi

Aflah – Indonesia – Bagi seorang peternak sapi terutama breeder, mendapatkan keuntungan dari lahirnya anakan pedet merupakan suatu tujuan. Dalam prakteknya tujuan tersebut dapat dicapai dengan melakukan dan memastikan optimalisasi fertilitas ternak yang dimiliki yakni dengan melakukan deteksi birahi secara akurat, sebab deteksi birahi yang jelek merupakan alasan utama tertundanya kebuntingan pada sapi. Bagi peternak yang sudah lama bergelut di dunia ternak sapi, pasti sudah hafal dengan karakteristik dan perubahan tingkah laku pada sapi birahi, namun untuk peternak pemula sering kali mengalami kesulitan untuk mengenali tanda-tanda birahi pada ternak sapinya. Berikut kami coba rangkum dalam artikel ini.

Tanda-tanda birahi biasanya dapat bervariasi antar individu sapi dalam satu kelompok. Manifestasinya cenderung lebih tampak pada sapi dara daripada sapi indukan. Namun tanda birahi yang paling bisa diandalkan pada sapi dara maupun indukan adalah sapi betina diam/tidak bergerak saat dinaiki oleh sapi yang lain. Betina yang tidak sedang megalami kondisi estrus biasanya cenderung tidak mau untuk dinaiki.

Mengenali Tanda-Tanda Birahi Pada Ternak Sapi

Pada saat memasuki masa estrus, sapi akan cenderung gelisah dan terlihat menjilati dan mengendus bagian belakang sapi lain. Kadang-kadang juga terdapat tanda-tanda discharge (leleran) dari vulva yang berupa mucus transparant yang sangat elastis sehingga terlihat menggantung pada vulva. Pada vulva juga bisa terlihat bengkak dan memerah, serta suhunya juga mengalami kenaikan. Ekor sapi biasanya sedikit ditegakkan dan bulu di pangkal ekor terlihat lebih kusut dan kotor karena sapi pada satu kandang umbaran biasanya saling menaiki satu sama lain.

Klik juga : CARA MEMILIH SAPI BAKALAN YANG BAIK

Pada hari kedua dari dimulainya estrus, sering kali terdapat leleran vulva berupa mucus berwarna putih kekuningan yang mengandung banyak sel leukosit neutrophil dari uterus, kadang-kadang namun tidak selalu, leleran juga disertai warna sedikit kemerahan yang berasal daerah karunkula di dalam uterus. Selama masa estrus, bagian epitel dari vagina mengalami penebalan akibat dari pertumbuhan dan pembelahan sel-sel yang berbentuk kubus di bagian permukaannya.

Pada saat estrus, di saluran reproduksi betina terdapat beberapa perubahan sesuai dengan periode estrus yang dibagi menjadi beberapa tahapan yakni:

1. Proestrus
Pada periode proestrus maka uterus mengalami peningkatan suplai darah dan cairan mucus mulai terakumulasi di dalam lumen uterus 3 hari menjelang ovulasi.

2. Estrus
Pada kondisi ini sel sel endometrium mengalami penebalan hingga 2,5 kali dari volume normalnya akibat dari pengaruh hormon estrogen. Di bagian ovarium terdapat folikel yang sudah matang yang akan bertahan selama 12 jam setelah tanda tanda perubahan perilaku sapi (menaiki sapi lain).

3. Metestrus
Periode ini dimulai setelah terjadinya ovulasi, dan ovarium mulai membentuk Corpus Luteum (CL) yang masih berukuran kecil namun berisi cairan.

4. Diestrus
Selama masa diestrus, uterus berubah menjadi homogenous. Cairan di dalam uterus menjadi sedikit bahkan tidak ada. Korpus luteun juga menjadi lebih besar dan tidak mengandung cairan, dan hal ini juga menandakan berakhirnya satu siklus birahi pada saluran reproduksi betina.

CARA MEMILIH SAPI BAKALAN YANG BAIK

Aflah – Indonesia – Usaha penggemukan sapi memang diminati banyak peternak dan pengusaha. Periode cash flow yang cepat, keuntungan tinggi, pasar yang terbuka menjadikan usaha penggemukan ini bisnis yang menggiurkan. Namun banyak yang ingin memulai bisnis ini belum mengetahui bagaimana memulainya, salah satunya adalah bagaimana cara memilih bakalan.

Memilih bakalan yang tepat, sangat berpengaruh dalam kesuksesan usaha penggemukan, karena perdampak langung terhadap produktifitas ternak dan efisiensi pakan yang digunakan. Salah memilih bakalan, bisa membuat biaya pakan membengkak, namun pertambahan bobot badan tidak seberapa. Tetapi jangan khawatir, memilih bakalan tidak terlalu sulit, para pengusaha yang baru memulai usahanya di penggemukan sapi, bisa menerapkan tips-tips dibawah ini.

Memilih Bangsa Ternak

CARA MEMILIH SAPI BAKALAN YANG BAIK

Salah satu yang sering menjadi perhatian di usaha penggemukan sapi adalah PBB alias pertambahan bobot badan, karena PBB ini yang menentukan berapa banyak selisih bobot badan sapi yang bisa dikonversi menjadi keuntungan bagi pengusaha. Setiap bangsa memiliki keunggulan tersendiri, ras impor (Simental, Limousin) memang memiliki keungulan PBB harian yang bisa mencapai 1,2 kg. Namun pakannya harus berkualitas tinggi. Sementara sapi lokal (PO, Bali, Madura) biasanya memiliki PBB harian sekitar 0,6-0,8 kg, tetapi biaya dan kualitas pakanyang digunakan lebih rendah dibandingkan dengan yang impor. Jadi, untuk pemilihan bangsa ternak ini, sangat tergantung pada ketersediaan pakan didaerah/lokasi penggemukan dan juga biaya yang tersedia. Nah, silahkan dipilih bangsa mana yang cocok dengan lokasi penggemukan anda.

Menentukan Umur Ternak

Nah ini dia faktor yang seringkali peternak atau pengusaha terkecoh. Peternak atau pengusaha biasanya lebih fokus terhadap performa ternak, besar, bagus, dan sehat, tetapi melupakan umur ternak yang akan dijadikan bakalan, seringkali yang dipilih adalah umur tua atau lebih dari 3 tahunan. Alhasil, PBB harian tak seberapa, biaya pakan membengkak, dan keuntungan mengempis.
Perlu diketahui sapi dengan umur diatas 2,5 tahun memiliki pertumbuhan bobot badan yang lambat dibandingkan umur dibawahnya. Pembentukan/ sintesis daging minimal, sementara pembentukan lemak subkutan maksimal.

Baca juga : Cara Membuat Pupuk Cair dari Kotoran Kambing Dengan Mudah

Secara ekonomis, memelihara sapi umur tua sudah jelas merugi. Sebenarnya, berapa ya umur sapi yang ideal sebagai bakalan? yang ideal untuk bakalan adalah pada umur 1,5 sampai dengan 2,5 tahun. Pada umur tersebut pembentukan/sintesis daging sedang bagus-bagusnya, efesiensi saluran cerna juga optimal, sehingga pakan yang diberikan, diserap secara optimal untuk pertumbuhan. Alhasil, PBB optimal, biaya pakan minimal, sementara keuntungan maksimal. Jadi, untuk bakalan pilihlah umur 1,5-2,5 tahun jangan coba-coba pilih yang tua. Lalu bagaimana cara pilih sapi umur 1,5-2,5 tahun? Caranya gampang, lihat saja giginya. Pilihlah sapi dengan poel satu seperti gambar.

Jenis Kelamin

Pemilihan sapi sebaiknya berjenis kelamin jantan. Hal ini disebabkan sapi jantan pertumbuhannya lebih cepat dibanding sapi betina. Disamping itu juga untuk mencegah pemotongan ternak betina produktif.

Performa Baik dan Sehat

Performa bakalan bisa dilihat dari Body Condition Score (BCS). BCS yang baik untuk bakalan yaitu 3. Sapi dengan ciri-ciri sebagai berikut:

  • · Tidak ada legokan sekitar pangkal ekor
  • · Jaringan lemak dapat diraba dengan mudah pada seluruh bagian
  • · Pelvis dapat diraba dengan sentuhan
  • · Jaringan lemak yang melingkupi bagian permukaan tulang iga masih dapat diraba dengan sedikit tekanan sekitar daerah ini.

Kesehatan menjadi faktor penting dalam pemilihan bakalan. Kesehatan ternak bisa dilihat dari fisik ternak yang lengkap dan normal, seperti kaki tidak pincang, tidak terdapat luka pada kulit, rambut mengkilat, mata dan telinga lengkap, hidung berlendir, serta nafsu makan yang tinggi.

Cara Membuat Pupuk Cair dari Kotoran Kambing Dengan Mudah

Aflah Indonesia – Salah satu keunggulan yang dimiliki pupuk organik cair adalah konsentratnya lebih mudah diserap oleh tanaman, pupuk organik cair juga lebih efektif untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman. Bahan yang tidak boleh dilupakan untuk pupuk ini adalah kotoran kambing, ya, cara membuat pupuk cair dari kotoran kambing dapat kita pelajari dengan mudah dari beberapa sumber. Seperti halnya pupuk kandang yang memiliki kandungan sama, pupuk cair dari kotoran kambing ini dapat pula kita aplikasikan secara langsung pada tanaman.

Namun meskipun unggul dalam beberapa hal, pupuk cair mempunyai sejumlah kekurangan, diantaranya nutrisi yang terkandung dalam pupuk cair lebih rentan hilang oleh sebab terbawa erosi.

Cara Pembuatan Pupuk Cair ada 2 Jenis

Cara Membuat Pupuk Cair dari Kotoran Kambing Dengan Mudah

Menurut cara pembuatannya, pupuk cair dibedakan menjadi dua jenis. Yang pertama yaitu pupuk organik yang dilarutkan ke dalam air sebelum pengaplikasiannya, pupuk organik yang dilarutkan atau diencerkan dapat berupa pupuk apa saja seperti pupuk kompos, pupuk kandang, atau campuran antar keduanya.

Meskipun lebih instan serta praktis dalam mendapatkannya, namun banyak keluhan seputar penggunaan dan penerapnnya dalam tanaman. Pupuk ini memiliki suspensi yang kurang stabil dan mudah mengendap, dalam hal penyimpanannya pun tidak bertahan lama.

Sedangkan yang kedua adalah pupuk yang dibuat dengan cara memfermentasikan bahan-bahan organik dengan bantuan organisme hidup. Pupuk ini tentu saja memiliki suspensi yang lebih stabil karena unsur hara di dalamnya telah bersifat cair sepenuhnya. Nah, pada kesempatan ini, kita akan belajar membuat jenis pupuk cair yang kedua ini, bahan utamanya tidak lain adalah dari kotoran kambing.

Cara Membuat Pupuk Cair dari Kotoran Kambing

Yang pertama kita persiapkan bahan-bahan yang dibutuhkan terlebih dahulu, berikut diantaranya:

  • Kotoran kambing
  • Gula merah / gula pasir
  • Bioaktivator
  • Karung bekas
  • Urine kelinci (bisa pakai urine kambing)
  • Dedaunan
  • Air
  • Tong plastik

Cara Pembuatan:

Setelah bahan-bahan tersebut terkumpul, kini kita akan mulai proses pembuatan pupuk cair dari kotoran kambing, ikutilah tahapan berikut ini:

1. Campurkan kotoran kambing bersama dengan gula merah / gula pasir secukupnya ke dalam tong plastik

2. Kemudian masukkan secara perlahan dedaunan yang telah dirajang ke dalam tong plastik

3. Beri air bersih dan aduk semua bahan hingga tercampur rata. Takaran air yang dipakai adalah sebanyak setengah dari bahan organik yang telah dimasukkan terlebih dahulu

4. Langkah selanjutnya, kita persiapkan beberapa bahan tambahan seperti gula, urine kelinci, dan bioaktivator

5. Gula dan bioaktivator tersebut harus dicampur atau dilarutkan dengan 5 L air bersih terlebih dahulu

6. Masukkan bahan tambahan yang telah terkarut ke dalam tong plastik yang telah terisi bahan utama. Presentase ideal untuk mencampur bahan-bahan ini adalah 70 % bahan cair, 30 % bahan padat.

7. Proses pembuatan pupuk cair dari kotoran kambing telah memasuki tahap akhir, setelah semua bahan tercampur dalam tong plastik, kini saatnya menyimpan adonan pupuk setengah jadi tersebut. Tutup rapat tong plastik, dan beri lubang untuk selang pada bagian samping atasnya. Anda dapat melihatnya pada gambar yang telah kami berikan.

8. Hubungkan selang dengan botol berisi air, tujuannya adalah untuk menjaga suhu di dalam tong tetap stabil meskipun tanpa ada bantuan oksigen dari luar

9. Penyimpanan tersebut akan berlangsung selama kurang lebih 10 – 20 hari lamanya sebelum bisa dibuka. Tanda yang dapat kita pakai sebagai patokan adalah apabila dari dalam tong telah tercium bau seperti tape, maka itu artinya tong telah siap dibuka.

10. Proses selanjutnya adalah melakukan penyaringan adonan pupuk untuk memisahkan bagian yang cair dengan bagian ampas, yang akan kita gunakan nantinya adalah bagian cair.

11. Pupuk cair dari kotoran kambing sudah bisa diaplikasikan pada tanaman, simpan pupuk tersebut ke dalam jirigen atau botol plastik. Dapat langsung di siramkan ke media tanah, atau disemprotkan ke bagian tanaman.

Baca juga : MENGENAL BEBERAPA PENYAKIT PADA TERNAK DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Keunggulan pupuk cair dari kotoran kambing adalah dapat membantu memperbaiki struktur tanah yang telah hilang, karena di dalam pupuk cair ini terkandung banyak unsur hara mikro yang jumlahnya lebih besar dari pada pupuk kimia. Dampaknya tentu saja pertumbuhan tanaman lebih optimal, kekurangan unsur hara seperti Nitrogen (N), Phospor (P), serta Kalium (K) dapat diatasi dengan pengayaan unsur tersebut di dalam tanah.

Aplikasi pupuk cair dari kotoran kambing ini dapat dilakukan 1 minggu sekali, dengan dosis 1 gelas per tanaman. Untuk penerapan pada tanaman holtikultura, gunakan 15 cc pupuk cair lalu dicampur dengan 1 L air.

Kandungan Hara pada Pupuk Cair dari Kotoran Kambing

Berdasar penelitian, kadar unsur hara pada pupuk cair dari kotoran kambing meliputi:

Unsur N, K, serta C-organik pad abiourine atau pun biokulture lebih tinggi jika dibanding urine atau feses yang belum difermentasi
Meskipun beberapa unsur hara seperti yang kami sebutkan di atas meningkat, namun unsur P justeru menurun jika dibanding dengan urine atau feses yang tidak difermentasi
Meningkatnya unsur N dipengaruhi oleh kehadiran mikroba Azotobacter yang mampu mengikat N dari udara, sedangkan peningkatan unsur K dan C-organik dipengaruhi oleh R. bacillus

Untuk meningkatkan jumlah unsur P, maka perlu ditambahkan mikroba yang mampu mengikat unsur P, agar nutrisi yang terkandung dalam pupuk cair dari kotoran kambing menjadi lengkap.

Dengan membuat sendiri pupuk organik cair, Anda tentu akan banyak menghemat pengeluaran dari sisi produksi. Bahan yang digunakan pun adalah bahan alami yang tidak mencemari lingkungan serta membawa residu yang berdampak negatif bagi konsumen.

Semoga informasi ini bermanfaat, dan selamat mencoba. Itulah cara membuat pupuk cair dari kotoran kambing.

MENGENAL BEBERAPA PENYAKIT PADA TERNAK DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Aflah Indonesia – Keberhasilan Program NTB Bumi Sejuta Sapi (NTB BSS) 2009-2013 dalam meningkatkan populasi khususnya ternak Sapi yang sampai tahun 2013 telah mencapai lebih dari 1 Juta ekor populasi sapi, hal ini berdampak pada tingginya permintaan terhadap ternak sapi oleh provinsi lain untuk memenuhi kebutuhan ternak bibit maupun ternak potong. Selain keberhasilan meningkatkan populasi NTB mampu bebas terhadap beberapa penyakit hewan menular strategis (bebas Brucellosis di Pulau Lombok dan Sumbawa, dan Bebas Anthrax dan SE untuk Pulau Lombok), sementara untuk penyakit-penyakit lainnya kasusnya masih mampu dikendalikan.

Pembangunan Peternakan khususnya Kesehatan Hewan di Provinsi NTB bertujuan untuk menjamin masyarakat terbebas dari penyakt zoonosis, menjaga dan mengamankan potensi NTB sebagai sentra ternak sapi bali nasional dengan melindungi ternak dari ancaman penyakit untuk terciptanya lingkungan budidaya yang aman, ternak yang sehat dan produktif sehingga tercapainya Program NTB Bumi Sejuta Sapi dan mendukung Program Pencapaian Swasembada Daging Sapi dan Peningkatan Penyediaan Pangan Hewani yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal.

Berdasarkan laporan Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian, dari 43 jenis penyakit yang bersifat ekonomis, 14 jenis penyakit diantaranya bersifat strategis karena masih sering muncul dan mewabah diantaranya adalah Avian Influenza/Flu Burung, BEF, Rabies, SE, Anthrax, Brucellosis, Gumboro, Jembrana, Anaplasmosis, Surra, Babesiosis, ND, BVD, MCF dan IBR. Sementara di Provinsi NTB sendiri kasus Penyakit-penyakit tersebut masih terjadi di Tahun 2015 seperti Penyakit Anthrax sebanyak 2 kasus yaitu di Kabupaten Sumbawa, Penyakit Avian Influenza/Flu Burung sebanyak 28 kasus di Kabupaten Lombok Tengah, Kasus SE di Pulau Sumbawa sebanyak 82 kasus, kasus Penyakit Scabies sebanyak 8.074 kasus yang menyebar di 10 Kabupaten/kota se NTB, dan kasus-kasus penyakit lainnya ( Penyakit MCF : 132 Kasus, BEF : 2.776 Kasus, Helmintiasis : 8.338 kasus,Surra 38 Kasus dan Stangles : 227 kasus).
Menggingat masih tingginya kasus penyakit khususnya penyakit hewan menular strategis di NTB, maka perlu mengenal beberapa jenis penyakit tersebut sebagai berikut :

  1. ANTRAKS / RADANG LIMPA

ANTRAKS

Penyakit antraks (Anthrax) atau radang limpa merupakan salah satu penyakit yang bersifat zoonosis, endemi di beberapa wilayah di Indonesia, bersifat sporadis dan perlu diwaspadai cukup. Penyebaran penyakit ini cukup luas di dunia sedangkan di Indonesia tercatat 15 propinsi yang pernah terdapat kejadian penyakit antraks termasuk salah satunya NTB. Catatan kejadian antraks pertama kali di Indonesia adalah tahun 1885.

Antraks yang sering disebut dengan radang limpa menyerang hewan khususnya ruminansia (sapi, kerbau, domba, kambing, babi), burung unta dan hewan menyusui lainnya. Antraks relatif membahayakan manusia dan berdampak pada kerugian ekonomi. Antraks juga banyak mendapat perhatian karena di masa lalu sering digunakan dalam perang biologi, dengan cara menyebarkan spora melalui udara dan menyebabkan penyakit.

Penyebab penyakit ini adalah Bacillus anthracis. Kuman Anthrax dapat membentuk spora yang tahan hidup berpuluh-puluh tahun di tanah, tahan terhadap kondisi lingkungan yang panas, dan bahan kimia atau desinfektan. Oleh sebab itu, hewan yang mati karena menderita Anthrax dilarang melakukan pembedahan pada bangkainya agar tidak membuka peluang bagi organisme untuk membentuk spora. Penyakit ini tersebar di seluruh dunia terutama daerah tropis.

 Penularan Penyakit
Infeksi pada hewan dapat berasal dari tanah yang tercemar organisme/ kuman Anthrax. Kuman masuk tubuh hewan melalui luka, terhirup bersama udara atau tertelan. Pada manusia infeksi biasanya terjadi dengan perantaraan luka, dapat pula melalui pernafasan para pekerja penyeleksi bulu domba atau melalui saluran pencernaan bagi orang yang memakan daging hewan penderita Anthrax yang dimasak tidak sempurna.

 Tanda tanda penyakit
Tanda tanda penderita Anthrax adalah : Kematian mendadak dan adanya perdarahan di lubang-lubang kumlah (lubang hidung, lubang anus, pori pori kulit). Hewan mengalami kesulitan bernapas, demam tinggi, gemetar, berjalan sempoyongan, kondisi lemah, ambruk dan kematian secara cepat. Pada babi dan kuda gejalanya biasanya kronis dan menyebabkan kebengkakan pada tenggorokan. Sedangkan pada manusia dapat terjadi tukak/ luka pada kulit dan kematian mendadak.

Pencegahan dan Pengobatan Penyakit
Program yang paling baik untuk mencegah antraks adalah vaksinasi secara teratur setiap tahun terutama pada daerah-daerah endemi antraks. Beberapa vaksin sudah dihasilkan dan dikenal secara luas namun pemakaiannya harus dikontrol dan mengikuti prosedur Good Veterinary Practices. Program vaksinasi dilakukan satu kali dalam setahun dengan menggunakan vaksin spora antraks (hidup) galur 34 F2 (sterne strain) yang tidak berkapsul produksi Pusat Veterineria Surabaya. Dosis yang dianjurkan, untuk sapi dan kerbau adalah 1 ml/ekor sedangkan untuk kambing dan domba adalah 0.5 ml/ekor

Pengobatan penyakit antraks pada ternak sebetulnya tidak menguntungkan untuk strategi pengendalian jangka panjang. Ternak terserang antraks jika ditangani dengan cepat akan tertolong dengan antibiotika seperti penisilin, tetrasiklin, streptomisin dan antibiotika lainnya. Antibiotika tersebut juga sering digunakan pada orang yang secara klinis terkontaminasi antraks.

Walaupun demikian spora yang ada mungkin sulit dimusnahkan. Daerah terserang antraks sebaiknya dibebaskan untuk sementara dari ternak berdarah panas dan lakukan sanitasi dan fumigasi secara besar-besaran. Hewan yang mati tersangka antraks sangat dilarang untuk dibuka bangkainya. Bangkai harus dibakar atau dikubur dalam lubang sedalam 2 meter kemudian diberi desinfektan misalnya dengan formalin 10% dan ditimbun tanah. Tidak diperkenankan untuk membawa ternak keluar dari daerah terserang antrak. Begitu pula produk-produk hasil ternak seperti air susu dan lain-lainnya tidak diperkenankan untuk dibawa keluar dari daerah tersebut.

Mengingat penyakit Anthrax merupakan penyakit zoonosis (suatu penyakit yang dapat ditularkan antara hewan dan manusia) yang sangat berbahaya, oleh karena itu hewan yang menderita Anthrax dilarang keras untuk dipotong dan dikonsumsi.

  1. SEPTICHAEMIA EPIZOOTICA ( SE )/ NGOROK

SEPTICHAEMIA EPIZOOTICA

Penyakit SE merupakan penyakit menular terutama menyerang sapi dan kerbau. Penyakit biasanya berjalan akut. Angka kematian tinggi terutama pada penderita yang telah memperlihatkan penyakit dengan jelas.

 Penyebab Penyakit
Penyakit SE disebabkan oleh kuman Pasteurella multocida. Pasteurella multocida adalah kuman bersifat Gram-negative, non-motile coccobacillusyang sensitive terhadap penicillin. Dengan pewarnaan Giemsa atau methylene blue kelihatan bahwa kuman tersebut berbentuk kokoid bipolar. Penyakit bersifat zoonosis pada manusia. Pasteurella multocidapertama diketemukan pada 1878 bersamaan dengan infeksi fowl cholera pada unggas. Orang yang pertama kali mengisolasi kuman tersebut yaitu Louis Pasteurmendapat kehormatan untuk diabadikan sebagai nama genus Pasteurella

 Penularan
Infeksi berlangsung melalui saluran pencernaan dan pernapasan. Cekaman pada ternak merupakan predisposisi untuk terjangkitnya penyakit. Sapi atau kerbau yang terlalu bayak dipekerjakan, pemberian pakan yang berkualitas rendah, kandang yang penuh dan berdesakan, kondisi pengangkutan yang melelahkan, kedinginan dan keadaan anemia dapat memicu terjadinya infeksi.

 Tanda tanda penyakit
Penderita penyakit SE ditandai antara lain :

  • Kondisi tubuh lesu dan lemah.
  • Suhu tubuh meningkat dengan cepat diatas 41 º C.
  • Tubuh gemetar, mata sayu dan berair.
  • Selaput lendir mata hiperemik.
  • Nafsu makan, memamah biak, gerak rumen dan usus menurun sampai hilang disertai konstipasi.
  • Pada bentuk busung, terjadi busung pada kepala, tenggorokan, leher bagian bawah, gelambir dan kadang kadang pada kaki muka. Derajad kematian bentuk ini dapat mencapai 90 % dan berlangsung cepat (3 hari – 1 minggu). Sebelum mati, hewan terlihat mengalami gangguan pernapasan, sesak napas (dyspneu), suara ngorok dengan gigi gemeretak.
  • Pada bentuk pektoral, tanda tanda brhoncopnemoni lebih menonjol. Mula mula bentuk kering dan nyeri diikuti keluarnya ingus, pernapasan cepat dan susah. Pada bentuk ini proses penyakit berlangsung lebih lama (1 – 3 minggu).
  • Penyakit yang berjalan kronis, hewan menjadi kurus dan sering batuk, nafsu makan terganggu dan terus menerus mengeluarkan air mata, suhu badan normal tetapi terjadi mencret bercampur darah.

Baca juga : Jenis Usaha Peternakan, Ciri & Pengertiannya

Pencegahan Penyakit
Pada daerah bebas SE perlu peraturan yang ketat terhadap pemasukan ternak kedaerah tersebut. Bagi daerah tertular, dilakukan vaksinasi terhadap ternak yang sehat dengan vaksin oil adjuvant. Sedikitnya setahun sekali dengan dosis 3 ml secara intramuskuler. Vaksinasi dilakukan pada saat tidak ada kejadian penyakit.

Pengobatan Penyakit
Pengobatan dapat dilakukan dengan antibiotika Streptomisin, khloramfenikol, teramisin dan sejenisnya. Preparat sulfa juga cukup baik untuk digunakan. Pencegahan dapat dilakukan dengan vaksinasi

Ternak yang terserang penyakit dapat dipotong dan dagingnya dapat dikonsumsi dibawah pengawasan Dokter Hewan/ petugas kesehatan hewan. Jaringan yang terserang terutama paru paru dimusnahkan dengan dibakar atau dikubur. Semua pakan dan minuman yang tercemar harus dimusnahkan dan wadahnya disucihamakan.

  1. PENYAKIT INGUSAN (MALIGNANT CATRRAHAL FEVER = MCF )/ PENYAKIT MAKAN TANAH

 Penyakit ingusan merupakan penyakit menular yang bersifat akut dan fatal pada sapi dan kerbau. Gejala yang sangat menyolok adalah keluarnya ingus yang hebat dari hidung disertai demam yang tinggi, radang mukopurelen pada selaput epitel pernapasan maupun selaput mata dan encephalitis. Penyakit ini tersebar luas diberbagai negara di dunia.

Di Indonesia, kejadian yang terbanyak adalah pada sapi Bali dan kerbau. Penyakit ingusan ini dapat menyerang ternak segala umur, namun kebanyakan yang terserang berumur 4 – 6 tahun. Jenis kelamin dan musim tidak mempengaruhi kejadian penyakit. Angka kematian akibat penyakit ingusan sangat tinggi ( 95 % )

 Penyebab Penyakit
Agen penyebab penyakit ini digolongkan menjadi dua macam, yaitu; ACV-1 adalah herpes virus, merupakan anggota dari sub family Gamma herpesviridae, famili herpesviridae. Dan SAA adalah agen yang belum diketahui secara jelas klasifikasinya dan diperkirakan ditularkan oleh domba.

 Penularan Penyakit
Domba diduga sebagai carier atau pembawa penyakit, walaupun ternak -ternak tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda sakit. Kejadian penyakit ini lebih tinggi pada daerah peternakan campuran antara sapi/ kerbau dengan domba, atau pada daerah padang penggembalaan dimana sapi, kerbau dan domba digembalakan secara bersamaan. Cara penularan virus masih belum diketahui dengan jelas, namun pada sapi telah direkam beberapa kasus infeksi transplasental ( melalui plasenta ).

Tanda tanda penyakit

  • Demam tinggi ( 40 – 41º C ).
  • Keluarnya cairan dari hidung dan mata semula encer yang akhirnya menjadi kental dan mukopurulen.
  • Peradangan mulut dan erosi permukaan lidah, sehingga air liur menetes.
  • Moncong kering dan pecah pecah terisi eksudat (nanah).
  • Hidung tersumbat kerak sehingga kesulitan bernapas.
  • Kondisi badan menurun, lemah dan lama kelamaan menjadi kurus.
  • Kornea mata keruh dan keputihan, dalam keadaan yang serius dapat terjadi kebutaan.
  • Kadang kadang dapat terjadi dermatitis (radang kulit) dengan adanya penebalan dan pengelupasan kulit.
  • Kelenjar limfe luar tubuh membengkak.
  • Kadang kadang terjadi sembelit yang diikuti diare/ mencret.
  • Gejala kelainan syaraf timbul akibat peradangan otak.
  • Otot otot menjadi gemetar, berjalan sempoyongan, torticolis dan bersifat agresif.
  • Terjadi kelumpuhan sebelum mati.
  • Kematian terjadi biasanya antara 4 – 13 hari setelah timbul tanda tanda penyakit.

Pencegahan dan PengobatanPenyakit

  • Menghindari memelihara atau menggembalakan secara bersamaan antara sapi/ kerbau dengan domba pada satu lokasi.
  • Menghindari pemasukan domba dari daerah lain, karena domba adalah sebagai carrier/ pembawa penyakit. Meningkatkan sanitasi lingkungan dan tata laksana pemeliharaan ternak.
  • Sampai saat ini tidak ada obat yang efektif, oleh karena itu dianjurkan ternak yang menderita penyakit ingusan agar dipotong.

Ternak yang menderita atau tersangka penyakit MCF/Ingusan dapat dipotong dibawah pengawasan Dokter Hewan yang berwenang/ petugas kesehatan hewan dan dagingnya dapat dikonsumsi. Seluruh jaringan yang mengalami perubahan/ menyimpang dari normal diafkir. Sisa hasil pemotongan harus dimusnahkan dengan dibakar dan dikubur.

  1. BOVINE EPHERAL FEVER (BEF)/ DEMAM TIGA HARI

BEF hanya menyerang sapi dan kerbau dan tidak dapat menulari dan menimbulkan penyakit pada hewan lain. Sapi/ kerbau yang terserang penyakit ini akan sembuh kembali beberapa hari kemudian (2 – 3 hari). Angka kematian sangat kecil sekali tidak sampai 1 % tetapi angka kesakitan tinggi. Dari segi produksi dan tenaga kerja cukup berarti karena hewan yang sedang berlaktasi turun produksi sususnya dan hewan pekerja tidak mampu bekerja selama 3 –5 hari.

Penyebab Penyakit
Penyebab penyakit ini adalah virus dari genus yang tidak ada namanya, tetapi termasuk dalam keluarga Rhabdoviridae dari virus RNA.

Penularan Penyakit
Demam Tiga Hari disebarkan oleh Cullicoides sp. (serangga pengisap darah) dan nyamuk. Cullicoides yang terinfeksi dapat menyebarkan penyakit mencapai jarak 2.000 Km. Ada dugaan penyebaran dapat pula terjadi melalui angin.

Tanda tanda penyakit.
Demam ( 39º C sampai 42º C), Lesu, Kekakuan anggota gerak, Pincang, Kelemahan anggota gerak sampai tidak sanggup berdiri, Hypersalivasi, Sesak napas, Gemetar, Keluar sedikt cairan dari mata dan hidung, Sekali kali ditemukan busung di daerah submandibularis dan kaki, Sapi yang berlaktasi produksi air susunya turun atau berhenti sama sekali.

Pencegahan
Menjaga kebersihan lingkungan, Pemakaian insektisida untuk membunuh vektor penyakit (serangga pengisap darah dan nyamuk) disekitar daerah terjangkit, dan mengisolasi hewan sakit.

Pengobatan
Sampai saat ini belum ada pengobatan yang efektif, namun demikian pemberian antibiotika berspektrum luas perlu dianjurkan untuk mencegah infeksi sekunder dan pemberian vitamin untuk menghindari stres.

Ternak penderita BEF dapat dipotong dan dagingnya boleh dikonsumsi dan diperdagangkan. Namun, mengingat angka kematian relatif sangat rendah maka pemotongan sebaiknya hanya dilakukan pada keadaan sangat terpaksa ditinjau dari segi medis dan atas anjuran seorang Dokter Hewan. Sisa pemotongan beserta sisa pakan yang masih tertinggal harus dibakar dan dikubur dalam dalam. Tempat pemotongan dibersihkan dan disucihamakan.

  1. TRYPANOSOMIASIS/ SURRA

Penyakit ini merupakan penyakit parasiter yang bersifat akut ataupun kronis. Kerugian yang ditimbulkan oleh penyakit ini adalah berupa penurunan berat badan, gangguan pertumbuhan, penurunan produksi susu, penurunan tenaga kerja dan berkahir dengan kematian.

Penyebab
Penyakit ini disebabkan oleh protozoa Trypanosoma evansi. Parasit ini hidup dalam darah induk semang dan memperoleh glukosa, sehingga dapat menurunan kadar glukosa darah induk semangnya.

Penularan
Penularan terjadi secara mekanis dengan perantaraan lalat pengisap darah genus Tabanidae. Lalat jenis lain seperti Stomoxys, Lyperosia, Chrysops dan Hematobia serta jenis Arthropoda lain seperti kutu, pinjal dan lain lain dapat bertindak sebagai vektor. Penyakit ini biasanya terjadi secara sporadis di daerah endemi, namun dapat juga mewabah yang menimbulkan banyak korban kematian dan kerugian karena pengobatan dan perawatan.

Apabila kondisi tubuh menurun atau tedapat cekaman misalnya stres, kurang pakan, kelelahan, kedinginan dan sebagainya merupakan pemicu terjadinya penyakit.

Tanda tanda penyakit

  • Gejala gejala umum meliputi: demam, lesu, lemah dan nafsu makan berkurang.
  • Di daerah endemik, ternak mungkin terkena infeksi tetapi tidak terlihat adanya gejala.
  • Keadaan penyakit berlanjut, timbul anemia, bulu rontok, kurus, busung daerah dagu dan anggota gerak akhirnya ternak akan mati.
  • Keluar getah radang dari hidung dan mata.
  • Ternak berjalan sempoyongan, kejang, berputar putar hal ini disebabkan parasit dalam cairan serebrospinal sehingga terjadi gejala gangguan syaraf.

Pencegahan

  • Pemberian 10 % Naganol dosis pencegahan : 1 gram/ekor intravena.
  • Pembasmian serangga penghisap darah dengan insektisida.
  • Pembersihan tempat yang basah dan rimbun.
  • Pemotongan hewan sakit pada malam hari untuk menghindari lalat.

Pengobatan

  • Hewan yang sakit, dipisahkan dari yang sehat.
  • Pemberian 10 % Naganol dengan dosis pengobatan 3 gram/ekor intravena.
  • Moranyl 10 mg/ Kg berat badan.
  • Antrycide/ Quinapiramine 3 –5 mg/ Kg berat badan.
  • Berenil 3,5 mg/ Kg berat badan.

Ternak yang menderita penyakit Surra dapat dipotong di bawah pengawasan Dokter Hewan berwenang dan dagingnya dapat dikonsumsi/ diperdagangkan setelah dilayukan sekurang kurangnya 10 jam setelah pemotongan.

  1. SCABIES/ KUDIS MENUAR

Penyakit Scabies adalah penyakit pada ternak yang dikenal oleh masyarakat petani peternak disebut Kudis. Penyakit Scabies bersifat zoonosa, artinya dapat menular kepada manusia. Ternak yang terserang penyakit ini akan mengalami penurunan kondisi terutama berat badan, penurunan kualitas daging/ karkas, kerusakan dan penurunan nilai kulit.

 Penyebab
Penyakit ini disebabkan oleh sejenis tungau, pada sapi disebabkan oleh Chorioptes bovis, sedang pada kambing disebabkan oleh Psoroptes ovis.

 Cara penularan.
Penularan penyakit ini terjadi bila kontak langsung antara ternak sakit dengan ternak sehat, atau melalui peralatan kandang yang tercemar oleh penyakit.

 Tanda tanda penyakit

  • Gatal gatal hebat yang ditandai dengan menggosok gosokkan tubuh pada dinding kandang serta menggigit gigit bagian tubuh yang terserang penyakit (moncong, telinga, leher, dada, perut, pangkal ekor dan sepanjang punggung serta kaki). Akibat gosokan dan gigitan sehingga terjadi luka-luka dan lecet.
  • Lepuh-lepuh bernanah pada kulit.
  • Pada penyakit yang agak lanjut, kulit mengeras dan menebal serta melipat-lipat sehingga pada tempat tersebut bulunya lepas dan kelihatan gundul.

 Pencegahan

  • Sanitasi/ kebersihan kandang dan pemberian makanan yang bergizi
  • Ternak yang sakit dipisahkan dari yang sehat dan diobati sampai sembuh
  • Menghindari kontak langsung dengan ternak sakit.
  • Bila ada kasus Scabies segera dilaporkan kepada Dokter Hewan berwenang/ Poskeswan/ Dinas Peternakan setempat.

 Pengobatan
Pengobatan penyakit Scabies dapat dilakukan baik secara medis maupun pengobatan secara tradisional :

Pengobatan secara Medis :

  • Kulit yang luka diolesi dengan Benzoas Bensilikus 10 %.
  • Disemprot/ direndam dengan BHC 0,05 % atau Coumaphos 0,05 sampai 1 %.
  • Ivermectin (Ivomec), diberikan secara Subcutan.
  • Salep Coumaphos 1 – 2 % (dalam vaselin)
  • Salep belerang 5 % (5 gram bubuk belerang + 100 gram vaselin).

Pengobatan secara Tradisional:

  • Mengunakan Oli bekas + sebuk belerang, caranya: Ternak dimandikan dengan sabun kemudian dijemur. Setelah kering , obati dengan campuran tersebut diatas.
  • Mengunakan Air tembakau, caranya: Rendam tembakau di air sambil diremas remas, kemudian diperas diambil airnya. Gosokkan air tembakau pada kulit yang sakit.
  • Serbuk biji kamper (kapur barus) dicampur minyak kelapa, caranya: Tumbuk biji kamper sampai halus. Kemudian campur dengan minyak kelapa. Oleskan pada kulit yang sakit.
  • Belerang (dihaluskan) + kunyit + minyak kelapa (sedikit), caranya: Campuran tersebut dipanaskan, kemudian hangat hangat digosok gosokkan pada kulit yang sakit.

Ternak yang menderita penyakit diperbolehkan dipotong dan dagingnya dapat dikonsumsi sepanjang mutunya/ kualitasnya masih baik dan dapat dipertanggung jawabkan. Keputusan ini adalah wewenang Dokter Hewan/ petugas lapangan yang ditunjuk.

Jenis Usaha Peternakan, Ciri & Pengertiannya

Jenis Usaha Peternakan, Ciri & Pengertiannya – Usaha yang ada di Indonesia terbagi menjadi beberapa jenis dan macamnya. Masing-masing jenis usaha memiliki peranan serta tujuan yang berbeda untuk dapat memajukan perekonomian di Indonesia.

Usaha peternakan juga cukup menjanjikan apabila pengusaha dapat memanfaatkan usaha peternakan tersebut dengan baik dan memperoleh keuntungan yang besar. Agar mengetahui lebih lanjut, artikel satu ini akan menjelaskan mengenai usaha peternakan, mulai dari pengertian, jenis hingga ciri-cirinya.

Pengertian Usaha Peternakan

Jenis Usaha Peternakan, Ciri & Pengertiannya

Ada beberapa jenis usaha yang telah diatur dengan jelas dalam undang-undang seperti usaha kelompok dan usaha peternakan. Sama halnya dengan usaha kelompok, usaha peternakan telah diatur pada Undang-Undang Pokok Kehewanan, yaitu Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1967 tentang Ketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan yang tertera pada Bab 1 Pasal 1.

Usaha peternakan merupakan salah satu jenis usaha yang banyak dilakukan di Indonesia karena Indonesia memiliki lahan yang luas dan memang terkenal akan sumber daya alamnya. Selain itu, ada beberapa jenis usaha peternakan yang tidak membutuhkan banyak persyaratan maupun keahlian, seperti budidaya cacing maupun ikan yang notabene mudah untuk dikembangkan dibandingkan jenis usaha lainnya.

Cara Ternak Kambing Cepat Gemuk Dan Hasil Panen Maksimal

Aflah Indonesia – Dengan menggunakan cara ternak kambing yang baik dan benar maka sebuah usaha ternak kambing akan berjalan dengan lancar dan juga hasil panennya akan lebih maksimal. Kambing adalah salah satu binatang jenis mamalia berkaki empat yang keberadaannya sangat banyak kita jumpai di segala wilayah Indonesia. Saat ini memang ternak kambing menjadi hal yang biasa terutama untuk yang tinggal di pedesaan, rata-rata para penduduk desa memang berprofesi sebagai petani dan peternak, dan pada umumnya mereka akan memelihara kambing, sapi, ayam, dan binatang ternak lainnya. Namun, para masyarakat desa tidak sadar akan besarnya peluang ternak kambing di Negara kita, saat ini daging kambing sangat laris di pasaran karena seiring dengan semakin banyaknya penduduk di Negara kita dan juga memang dagingnya yang memiliki rasa khas untuk di sate atau olahan masakan lainnya.

Cara ternak kambing yang baik dan benar sehingga akan menunjang penghasilan belum di praktekkan oleh para masyarakat desa yang telah melakukan ternak kambing, di sana hanya memiliki beberapa ekor kambing saja. Mereka tidak ada target untuk mengembangkan ternaknya, dan kambing sifatnya adalah hanya sebagai harta simpanan di lain waktu jika membutuhkannya maka akan di jual di pasar atau melalui tengkulak. Padahal justru sangat tepat untuk memulai usaha ternak kambing di daerah pedesaan, lokasi yang tepat dan juga banyaknya sumber makanan kambing di sana. Para petani yang juga melakukan ternak kambing tidak memiliki target dalam ternaknya, seperti target jumlah setiap bulan atau tahunannya, karena sedikitnya kambing siap potong di Indonesia maka pemerintah masih melakukan impor daging. Untuk menaggapi hal ini maka dalam hati saya untuk membuat artikel tentang cara ternak kambing yang mungkin akan bermanfaat bagi yang ingin memulai usaha ternak kambing.

Cara Ternak Kambing Cepat Gemuk Dan Hasil Panen Maksimal

Dalam perawatannya, kambing ini sangat mudah untuk di budidayakan, ketahanan dari serangan penyakit dan juga biaya pakan yang minim menjadi peluang yang sangat menyedihkan jika kita lewati. Kambing memiliki tingkat perkembangbiakan yang sangat baik, dalam 7 bulan induk kambing sudah bisa di kawinkan lagi, dengan masa kehamilan sekitar 5-6 bulan, maka anak kambing akan terlahir. Pada umumnya 1 induk kambing akan beranak sekitar 1-4 ekor, jadi ini sangat bagus untuk kita kembangkan menjadi usaha ternak yang berpotensi.

Keuntungan dari cara beternak kambing yang tepat tentunya adalah maksimalnya pertumbuhan dan perkembangbiakan pada kambing.  Dari hal itu juga masih banyak keuntungannya, yaitu dari hasil susu peras yang di hasilkan (jika ternak kambing etawa/susu), keuntungan lainnya adalah pupuk kandang yang bisa dijual atau di gunakan pupuk sendiri. Pupuk yang di hasilkan dari kotoran dan pembuangan sisa pakan dai ternak kambing sangat bagus untuk di gunakan sebagai pupuk organik. Jadi tunggu apalgi segera kita mulai untuk melakukan ternak kambing sendiri!!

Proses Reproduksi Kambing

Sebelum memulai untuk menjalankan usaha ternak kambing, maka sebaiknya yang perlu kita ketahui adalah bagaimana prosesnya. Kambing memang memiliki tingkat reproduksi yang tinggi, bahkan kambing ini dapat melahirkan 2 kali dalam satu tahun. Paling tidak kambing akan beranak 3 kali dalam masa 2 tahun, jadi betapa menggiurkan untuk memulai usaha ternak kambing tersebut, apalagi jika induk mampu beranak 3-4 ekor setiap melahirkan tentunya akan mempercepat perkembangan ternak kambing yang kita lakukan.

Kambing ini akan dewasa setelah berumur 6 bulan, dan kambing siap di kawinkan saat berumur 10-12 bulan. Dengan lama waktu birahi sekitar  24 – 45 jam, dengan siklus birahi yang berselang selama 17 – 21 hari, birahi kambing dapat di tandai dengan sifatnya yang gelisah, memiliki nafsu makan dan minum berkurang, selalu mengibaskan ekornya, kencing lebih sering, kemaluan akan bengkak dan basah.

Klik juga : Cara Mudah Beternak Ayam Joper

Dalam ternak kambing, ratio jumlah pejantan dan betina adalah = 1 : 10, jika perkawinan sudah terbuahi maka lama waktu bunting adalah 144 – 156 hari (atau sekitar 5 bulan). Dan anak kambing akan di sapih setelah sekitar 3-4 bulan anak kambing terlahir.

Langkah Awal Cara Ternak Kambing Yang Benar

Dalam langkah awal tentunya di mulai dari persiapan pembuatan kandang sebagai tempat tinggal kambing dan di akhiri dengan masa panen. Dalam langkah-langkah cara ternak kambing yang baik dan benar memang sangat mudah untuk di lakukan, kita bisa melakukan usaha ini sebagai usaha sampingan. Dibawah ini adalah langkah-langkah yang harus kita lakukan terlebih dahulu agar ternak kambing yang akan kita jalankan menjadi semakin mantap dan berimbas dengan maksimalnya hasil panen.

Persiapan Pembuatan Kandang Kambing

Untuk modal awal cara ternak kambing yang tepat, kandang ini adalah salah satu hal penting yang nantinya akan menunjang keberhasilan dari usaha ternak kambing yang akan kita jalankan. Kandang yang baik juga akan menimbulkan kenyamanan yang membuat kambing menjadi mudah gemuk dan berkembangbiak. Tingkat minimal kandang ini adalah bersih, memiliki sinar matahari yang cukup, tidak panas (teduh), dan penempatan kandang paling minim adalah berjarak 5 meter dari rumah. Hal ini ditakutkan akan berimbas bau kotoran campur urine kambing yang tidak sedap, ingat selain kambing kita sehat, kita juga lebih penting untuk lebih sehat. Di bawah ini adalah ukuran ideal kandang untuk memulai ternak kambing.

  • Kandang untuk beranak untuk induk+dua anak : 120 cm x 120 cm /ekor
  • Kandang induk (baik yang hamil atau tidak hamil) untuk 1 ekor: 100 cm x 125 cm
  • Kandang pembesaran anak yang telah di sapih untuk satu ekor: 100 cm x 125 cm
  • Kandang pejantan per ekornya adalah : 110 cm x 125 cm
  • Kandang dara/dewasa (di siapkan sebagai kambing potong) per ekornya adalah : 100 cm x 125 cm

Persiapan Pemilihan Bibit Ternak Kambing

Dalam tahap ini tentunya kita sudah menentukan untuk melakukan ternak kambing dengan jenis tertentu, mengingat jenis kambing di Indonesia sangatlah banyak, bahkan sampai puluhan jenisnya di masing-masing wilayah. Dalam kasus ini, jika kita ingin ternak kambing sebagai kambing potong (pedaging) maka sebaiknya bibit yang kita siapkan adalah bibit jenis kambing kacang (jawa). Mengapa kambing ini, karena kambing ini sangatlah cepat untuk berkembangbiak, mudah gemuk, mudah adaptasi di semua lingkungan, lebih tahan penyakit, dan dagingnya paling diminati.

Jika kita ternak kambing dengan tujuan susu perah, maka bibit  jenis kambing yang harus kita siapkan adalah jenis kambing etawa,  kambing sangat bagus untuk menghasilkan susu.

Kambing etawa ini justru malah memiliki 2 opsi hasil panen, yaitu susu perah dan juga sebagai kambing potong/pedaging. Kambing etawa ini memiliki keunggulan tubuhnya yang berukuran yang besar, tentunya bobot daging yang di hasilkan juga lebih banyak daripada kambing jenis kacang/jawa. Baiklah, untuk menentukan bibit kambing sebagai induk dan pejantan yang baik harus memiliki kriteria seperti dibawah ini :

  1.    Kriteria Calon Induk Kambing Yang Ideal
  • Bentuk tubuhnya yang seimbang, memiliki dada yang dalam dan lebar, bentuk garis punggung dan pinggangnya lurus, tulangan/tubuhnya besar dan tidak gemuk (sehat) bukan obesitas
  • Berkaraktek jinak dan tidak galak
  • Memiliki keempat kakinya yang lurus dan tumitnya tinggi.
  • Memiliki jumlah gigi lengkap, mempunyai kriteria merumput dengan baik, dan rahang atas/bawah rata.
  • Terlahir dari 2 pranakan/bahkan anak tunggal.
  • Bentuk ambingnya simetris dan tidak menggantung atau memiliki puting 2 buah (bercabang).
  1.    Kriteria Calon Pejantan Kambing Yang Ideal
  • Memiliki ukur tubuh yang besar dan panjang (tulangannya besar), sangat bagus jika memiliki bagian belakang yang lebih tinggi dan lebih besar, memiliki bentuk dada yang lebar, serta kambing tidak teralalu gemuk, perawakannya gagah, aktif dan tentunya memiliki nafsu kawin yang tinggi.
  • Bentuk seluruh kakinya yang lurus serta kuat.
  • Di lahirkan dari 2 bersaudara atau tunggal.
  • Memiliki usia di antara 1,5 -3 tahun.

Cara Pemberian Pakan Ternak Kambing

Poin ini juga termasuk hal penting dalam cara ternak kambing yang baik dan benar, pakan juga salah satu masalah penting yang menunjang keberhasilan ternak kambing yang telah kita mulai. Sebenarnya dalam pemberian pakan ini sangatlah mudah, tidak seperti pemberian pakan pada ternak lainnya, karna kambing ini dapat memakan rumput/hijau-hijauan lainnya serta pakan tambahan yang nantinya akan menunjang agar kambing cepat gemuk dan juga berreproduksi dengan baik.

Pakan yang di berikan sebaiknya yang lebih mudah di dapatkan, tidak pakan yang harganya mahal agar bisa menekan seminimal mungkin pengeluaran untuk pakan. Namun pakan yang kita berikan haruslah mengandung karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral yang cukup untuk kebutuhan kambing setiap harinya. Pakan yang di berikan juga di anjurkan yang mudah di cerna, tidak beracun, dan di sukai kambing (lahap makannya). Kandungan pakan ini bisa kita dapatkan dengan memberinya hijauan seperti berbagai jenis rumput dan makan tambahan seperti konsentrat yang bisa di dapatkan dengan membelinya di toko pakan ternak terdekat.

Solusi lainnya untuk mengganti konsentrat agar kambing sehat dan gemuk adalah campuran dari beberapa bahan seberat 3kg (sebaiknya 1 ekor kambing setiap harinya di berikan dengan berat pakan tambahan 3 kg) yaitu ; ampas tahu 40%, bekatul 40%, dan racikan singkong 20%, pakan tambahan bisa di berikan pada siang hari (bukan pada saat memberi pakan hijau-hijauan).

Cara pemberian pakan yang baik adalah dengan memberinya pakan rerumputan 2 kali dalam satu hari, yaitu pagi di antara pukul 08.00 WIB – pukul 16.00 WIB, berat rumput yang di butuhkan adalah 10% dari berat badan kambing setiap harinya. Dan pemberian pakan tambahan konsentrat/campuran bahan yang saya sebutkan diatas, adalah paling bagus diberikan pakan tambahan dengan berat 3kg setiap harinya, pakan tambahan bisa di berikan pada saat siang hari.

Untuk indukan kambing yang sedang hamil, menyusui, atau pejantan yang sering di kawinkan, sebaiknya di berikan pakan penguat yang bisa di beli di toko pakan ternak terdekat. Jangan lupa untuk memberinya minum setiap harinya, pemberian minum paling bagus setelah memberikan pakan tambahan.

Cara Pengendalian Penyakit Pada Kambing               

Dengan pencegahan terjadinya serangan penyakit pada kambing maka sebaiknya di cegah dengan melalui sanitasi kandang yang tepat dan pemberian makanan yang mencukupi gizi, serta vaksinansi. Penyakit yang sering menyerang kambing adalah sebagai berikut ; cacingan, kudis (scabies), kembung perut (bloat), paru-paru (pneumonia), orf, dan koksidiosis. Semua penyakit ini bisa di kendalikan dengan cara ternak kambing yang baik dan benar, dengan itu kambing akan lebih sehat dan terhindar dari penyakit. Jika ada kambing yang terserang penyakit, maka sebaiknya di lakukan pemisahan dan pengobatan.

Cara Panen Ternak Kambing

Panen kambing ini tentunya terbagi dua jenis, yaitu sebagai kambing pedaging (potong) atau sebagai kambing susu perah. Dalam hal ini tentunya harus di usahakan agar selalu meningkatkan nilai tambah hasil  produksi ternak kambing yang kita jalankan yaitu  mencakup daging, susu, kulit, tanduk, atau kotoran yang nantinya bisa di jadikan pupuk organik.

Untuk waktu yang tepat menjual kambing adalah di saat berat badan kambing sudah tidak dapat bertambah lagi (berat maksimal) agar nilai jualnya tinggi karena dagingnya juga banyak. Kambing di usia 1-1,5 tahun berat tubuhnya sudah tidak dapat bertambah lagi (kambing normal tidak kurus), jadi saat umur tersebut sangat ideal untuk menjualnya.

Sangat mudah untuk menjalankan cara ternak kambing yang baik dan benar agar mencapai hasil produksi yang maksimal, Segera untuk memulai usaha ternak ini, karena permintaan daging kambing, susu kambing selalu mengalami kenaikan, dan peternakan di Negara kita belum mampu menjawab hal itu, solusinya pemerintah melakukan impor daging, jadi Anda tahu apa yang menjadi peluang usaha ini!!

Cara Mudah Beternak Ayam Joper

Aflah Indonesia – Seperti bisnis ternak ayam lainnya, budidaya ayam joper membutuhkan perawataan intensif agar hasilnya lebih maksimal. Selain itu juga membutuhkan suhu kandang yang hangat pada pekan pertama.  Ketelatenan dan keuletan dalam menjalankan bisnis budidaya ayam joper penting dibutuhkan. Paling penting sebelum melakukan bisnis usaha ayam joper ini Anda terlebih dahulu mengetahui informasi analisa usahanya.

Cara Mudah Beternak Ayam Joper

Keuntungan beternak ayam joper yaitu ayam joper memiliki kemampuan tumbuh lebih cepat dari pada ayam kampung biasa sehingga masa panennya pun lebih cepat, harga jual ayam Joper di pasaran cenderung tinggi dan stabil sehingga bisa memberikan keuntungan lebih pada peternak.  Karena kelebelihan yang dimiliknya, sehingga masyarakat banyak yang tertarik untuk terjun dalam usaha ternak ayam Joper. Beternak ayam Joper sebenarnya tidaklah sulit. Anda sebagai pemula pun bisa melakukannya. Hanya saja memang dibutuhkan kerja keras dan ketekunan dalam memeliharanya.

Dilansir dari ayam joper.id, Bagi pemula, berikut cara beternak ayam Joper yang dapat menjadi referensi Anda:

Kandang & Peralatannya

Pemanas
Untuk DOC ayam dengan jumlah 100-300 ekor cukup menggunakan lampu bohlam ukuran 60-100 watt, per 100 ekor 1 bohlam Untuk DOC ayam lebih dari itu lebih baik menggunakan pemanas LPG.

Tempat Pakan
Untuk tempat pakan, lebih baik menggunakan yang ukuran kecil, namun jumlahnya banyak, agar ayam bisa mendapatkan pakan secara merata dan tidak rebutan.

Tempat Minum
Sama seperti tempat pakan, lebih baik menggunakan ukuran kecil namun jumlahnya banyak daripada yang besar namun jumlah terbatas

Untuk ayam yang masih kecil, tempat minum di berikan kerikil/batu kecil-kecil agar ayam hanya bisa mengambil minum, tanpa harus masuk ke dalam tempat minum (Jika ayam sering masuk ke tempat minum, ditakutkan terkena virus atau mungkin kedinginan, sehingga menyebapkan kematian)

Ukuran kandang
Untuk masa grower, 1 meter persegi sudah cukup untuk 100 ekor ayam, nanti semakin lama semakin besar ukuran ayam, pindah ke kandang yang lebih besar. Untuk ukuran rata rata, ayam joper umur 2 bulan per 1 m2 kandang, cukup menampung 9-10 ekor ayam

Lantai kandang

Untuk masa Breeding, gunakan sekam lalu di campur dengan pasir untuk menyerap kotoran dan agar tidak bau. Bisa juga di bawah sendiri dikasih kertas koran.  Untuk masa pembesaran dan masa finisher, pindahkan ke kandang yang lebih luas dan yang memiliki lantai kandang sekam + pasir yang lebih tebal.

Baca juga : CARA MEMBUAT BIOGAS DARI KOTORAN TERNAK

Pemilihan Bibit Yang Tepat

Kesuksesan beternak ayam joper, sangat ditentukan oleh bibit ayam yang bagus. Jika di persentasi, bibit menyumbang 40% kesuksesan beternak, Karena seahli apapun peternak, kalau pas dapat bibit yang kurang bagus, bisa dipastikan akan ada kegagalan.  Untuk anda yang membutuhkan bibit ayam joper, bisa menghubungi ayamjoper.id, kami selalu berusaha untuk memberikan bibit yang terbaik untuk para peternak kami.

Pemilihan Pakan Ayam

Yang sering di tanyakan oleh peternak pemula kepada kami adalah “Pakannya pake apa ya? kira kira kebutuhan pakannya sampai panen berapa banyak?”

Baik, secara umum, ayam joper menggunakan pakan persis ayam broiler. Dikarenakan ada beberapa fase dalam pertumbuhan ayam : fase starter, fase pembersaran, fase finisher. Setiap masa membutuhkan kebutuhan nutrisi / vitamin sendiri sendiri sehingga kebutuhan pakannya pun berbeda

Untuk masa starter bisa menggunakan pakan starter seperti 511 , … ,… , Untuk masa pembesaaran bisa menggunakan pakan pembesaran. Kebutuhan pakan mulai dari umur 1-60 hari, per 100 ekor ayam joper membutuhkan 2 kwintal / 4 karung pakan.

Persiapan DOC Pertama Kali Datang

Setelah kandang dan pakan siap, dan sudah ada jadwal DOC pesanan anda dikirim, maka anda harus bersiap siap. Yang palin penting adalah mengecek apakah pemanas, tempat pakan dan minum sudah siap?, Kalau sudah siap berarti kandang siap di isi DOC.

Sebelum DOC datang anda harus menyiapkan air gula merah, air gula ini nanti akan diberikan kepada ayam pertama kali setelah ayam melalui perjalanan yang jauh. Tujuan dari pemberian air adalah untuk memulihkan tenaga ayam. Pemberian air gula ini cukup sekali saja, setelah 1/2 – 1 jam setelah itu baru di berikan pakan dan minumnya.

Masa Breeding

Masa breeding adalah fase ayam umur 1-10 harian. Pada fase ini ayam harus “dimanjakan” karena sangat mempengaruhi fase selanjutnya. Jika penanganan ayam di masa ini salah, maka gampang terjadi kematian atau kalau ndak gitu pertumbuhan ayam di fase selanjutnya sangat lambat.

Pada masa ini yang paling urgent adalah pemanas. Pemanas yang di pasang untuk ayam harus cukup. Kalau ayam jumlahnya 100-300 box cukup pakai pemanas bohlam. Jika ayam lebih dari itu disaran kan menggunakan pemanas sejenis kompor. Selama 1-10 harian, pemanas tersebut harus di nyalakan.

Masa Pembesaran

Pada masa ini, ayam sudah mulai di lepas di kandang umbaran / kandang liter. Ayam harus di rawat dengan baik, seperti pemberian pakan dan lain lain harus teratur.

Harga jual budidaya ayam joper

Patokan harga untuk budidaya ayam joper dapat Anda buat dalam hitungan per ekor dimana harga mulai Rp 40.000 hingga Rp 80.000. Ini tergantung dari harga ayam joper yang ada di pasaran.

Keuntungan dalam menjalankan bisnis budidaya ayam joper

Keuntungan bila Anda memilih terjun dalam peluang bisnis budidaya ayam joper ini yakni merupakan bisnis peternakan ayam joper yang paling menguntungkan. Sebab pemasaran ayam joper terbilang mudah.

Kekurangan bisnis budidaya ayam joper

Segi kekurangan bisnis budidaya ayam joper ialah budidaya ayam joper memiliki tingkat persaingan yang tinggi dan ketat.

Kebersihan kandang, tempat minum, tempat pakan juga harus benar benar dijaga karena sangat rentan tersebar penyakit dari kandang yang kotor.

Akan lebih baik jika anda punya probiotik khusus untuk kandang, kita punya rekomendasi menggunakan produknya bapak Betha Sutrisno dari bumi ternak klaten yaitu sebuat racikan khusus untuk pembersihak kandang, yang bisa di pakai beerapa hari sekali dengan cara di semprot ke alas kandang.

Panen

Ayam joper bisa di panen umur 60-75 hari, tergantung perawatan dan ingin dipanen pada bobot berapa. Anda harus sudah bersiap siap mencari bakul ayam jika usia dan bobot ayam dirasa sudah mencukupi.

Ingat, anda telat panen beberapa hari saja sudah bisa mempengaruhi kalkulasi, karena pakan harus anda keluarkan setiap hari.

CARA MEMBUAT BIOGAS DARI KOTORAN TERNAK

CARA MEMBUAT BIOGAS DARI KOTORAN TERNAK

Permintaan kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) dunia dari tahun ketahun semakin meningkat, menyebabkan harga minyak melambung. Pemerintah berencana menaikkan lagi harga minyak untuk mengurangi sudsidi yang harus ditanggung oleh APBN. Yang menjadi pertanyaan adalah jika BBM mahal, apakah kita tidak bisa hidup tanpa menggunakan bahan bakar minyak tersebut. Ternyata tidak demikian. Sumber energi alternatif telah banyak ditemukan sebagai pengganti bahan bakar minyak, salah satunya adalah Biogas.

Pemerintah sudah saatnya mengalokasikan sebagian dari pengurangan subsidi BBM untuk mengembangkan biogas dari kotoran ternak keseluruh pelosak pedesaan.

Sudah saatnya pula kita berfikir dan berusaha mengembangkan kreatifitas untuk mengembangkan energi alternatif dari kotoran ternak, karena sudah banyak hasil penelitian ilmiah yang berhasil. Kegiatan yang harus kita lakukan sekarang adalah mengaplikasikan hasil penelitian tersebut untuk kepentingan masyarakat. Usaha ini juga harus didukung dengan mengubah pola pikir masyarakat untuk menerima kehadiran teknologi baru.

PRINSIP PEMBUATAN BIOGAS

CARA MEMBUAT BIOGAS DARI KOTORAN TERNAKPrinsip pembuatan biogas adalah adanya dekomposisi bahan organik secara anaerobik (tertutup dari udara bebas) untuk menghasilkan gas yang sebagian besar adalah berupa gas metan (yang memiliki sifat mudah terbakar) dan karbon dioksida, gas inilah yang disebut biogas.

Proses dekomposisi anaerobik dibantu oleh sejumlah mikroorganisme, terutama bakteri metan. Suhu yang baik untuk proses fermentasi adalah 30-55°C, dimana pada suhu tersebut mikroorganisme mampu merombak bahan bahan organik secara optimal. Hasil perombakan bahan bahan organik oleh bakteri adalah gas metan seperti yang terlihat dibawah ini:

Komposisi biogas : kotoran sapi dan campuran kotoran ternak dengan sisa pertanian
Jenis gas: Biogas, Campuran kotoran + sisa pertanian: Metan (CH4), Karbon dioksida (CO2), Nitrogen (N2), Karbon monoksida (CO), Oksigen (O2), Propena (C3H8), Hidrogen sulfida(H2S), sedikit Nilai kalor (kkal/m2).

MEMBANGUN INSTALASI BIOGAS
Bangunan utama dari instalasi biogas adalah Digester yang berfungsi untuk menampung gas metan hasil perombakan bahan bahan organik oleh bakteri. Jenis digester yang paling banyak digunakan adalah model continuous feeding dimana pengisian bahan organiknya dilakukan secara kontinu setiap hari. Besar kecilnya digester tergantung pada kotoran ternak yang dihasilkan dan banyaknya biogas yang diinginkan.

Lahan yang diperlukan sekitar 16 m2. Untuk membuat digester diperlukan bahan bangunan seperti pasir, semen, batu kali, batu koral, bata merah, besi konstruksi, cat dan pipa prolon.

Lokasi yang akan dibangun sebaiknya dekat dengan kandang sehingga kotoran ternak dapat langsung disalurkan kedalam digester. Disamping digester harus dibangun juga penampung sludge (lumpur) dimana slugde tersebut nantinya dapat dipisahkan dan dijadikan pupuk organik padat dan pupuk organik cair.

Klik juga : NUTRISI DAN PAKAN TERNAK SAPI

Proses pembuatan biogas dengan langkah langkah sebagai berikut:

1. Mencampur kotoran sapi dengan air sampai terbentuk lumpur dengan perbandingan 1:1 pada bak penampung sementara. Bentuk lumpur akan mempermudah pemasukan kedalam digester

2. Mengalirkan lumpur kedalam digester melalui lubang pemasukan. Pada pengisian pertama kran gas yang ada diatas digester dibuka agar pemasukan lebih mudah dan udara yang ada didalam digester terdesak keluar. Pada pengisian pertama ini dibutuhkan lumpur kotoran sapi dalam jumlah yang banyak sampai digester penuh.

3. Melakukan penambahan starter (banyak dijual dipasaran) sebanyak 1 liter dan isi rumen segar dari rumah potong hewan (RPH) sebanyak 5 karung untuk kapasitas digester 3,5 – 5,0 m2. Setelah digester penuh, kran gas ditutup supaya terjadi proses fermentasi.

4. Membuang gas yang pertama dihasilkan pada hari ke-1 sampai ke-8 karena yang terbentuk adalah gas CO2. Sedangkan pada hari ke-10 sampai hari ke-14 baru terbentuk gas metan (CH4) dan CO2 mulai menurun. Pada komposisi CH4 54% dan CO2 27% maka biogas akan menyala.

5. Pada hari ke-14 gas yang terbentuk dapat digunakan untuk menyalakan api pada kompor gas atau kebutuhan lainnya. Mulai hari ke-14 ini kita sudah bisa menghasilkan energi biogas yang selalu terbarukan. Biogas ini tidak berbau seperti bau kotoran sapi. Selanjutnya, digester terus diisi lumpur kotoran sapi secara kontinu sehingga dihasilkan biogas yang optimal.

Pengolahan kotoran ternak menjadi biogas selain menghasilkan gas metan untuk memasak juga mengurangi pencemaran lingkungan, menghasilkan pupuk organik padat dan pupuk organik cair dan yang lebih penting lagi adalah mengurangi ketergantungan terhadap pemakaian bahan bakar minyak bumi yang tidak bisa diperbaharui.

NUTRISI DAN PAKAN TERNAK SAPI

Aflah Indonesia – Pakan ternak adalah makanan atau asupan yang diberikan kepada hewan ternak atau hewan peliharaan. Pakan ternak merupakan faktor yang sangat penting dalam kegiatan budidaya di sektor peternakan. Oleh karena itu, pemilihan pakan ternak yang tepat sangat menentukan keberhasilan dalam usaha ternak tersebut.

Pakan Ternak Sapi

Demikian halnya dengan usaha ternak sapi, kualitas pakan yang diberikan sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan usaha ternak tersebut. Kalaupun bibit sapi yang digunakan berasal dari bibit unggul dan memiliki sifat genetis yang baik, tetapi jika tidak diimbangi dengan pemberian pakan yang tepat dan berkualitas, maka kelebihan yang dimiliki tidak akan memberikan nilai tambah yang signifikan. Pemberian pakan yang tepat dan berkualitas dapat meningkatkan potensi keunggulan genetis pada sapi yang dipelihara sehingga dapat meningkatkan hasil produksi agar sesuai dengan target yang telah ditetapkan.

NUTRISI DAN PAKAN TERNAK SAPI

Pemberian pakan yang tepat dan berkualitas harus dilakukan secara konsisten. Jika pemberiannya tidak dilakukan secara konsisten, maka akan mengakibatkan pertumbuhan sapi tersebut terganggu. Hal ini sering terjadi terutama di negara-negara tropis, seperti Indonesia, dimana pada umumnya pakan ternak yang diberikan pada saat musim kemarau memiliki kualitas yang lebih rendah dibanding dengan pakan ternak yang diberikan saat musim hujan. Dengan demikian, pertumbuhan sapi peliharaan akan mengalami kurva naik turun, pada saat musim kemarau pertumbuhan ternak akan mengalami penurunan, sementara pada musim hujan pertumbuhan ternak akan meningkat dengan cepat, karean pakan yang diberikan memenuhi persyaratan yang dibutuhkan.

Pada musim kemarau, biasanya terjadi penurunan energi, minaral, dan protein yang terkandung dalam pakan hijauan akibat tanaman hijauan mengalami kekurangan air, bahkan pada musim tersebut sering kali terjadi kekurangan volume pemberian pakan akibat kelangkaan bahan pakan berupa hijauan. Dengan demikian, pakan yang diberikan pada saat musim kemarau sering kali tidak memenuhi syarat dan berkualitas rendah. Kondisi seperti ini mengakibatkan pertumbuhan ternak menjadi terhambat, pada sapi dewasa akan mengalami penurunan berat badan dan prosentase karkas yang rendah. Selain itu, perkembangbiakan ternak juga akan mengalami penurunan karena terjadi penurunan fertilitas.

Baca juga : JENIS PAKAN TERNAK DAN KANDUNGAN NUTRISINYA

Oleh karena itu, peternak atau pembudidaya sapi harus memberikan pakan yang memenuhi syarat bagi pertumbuhan sapi. Pakan yang memenuhi syarat dan berkualitas adalah pakan yang mengandung protein, karbohidrat, lemak, vitamin-vitamin, mineral, dan air. Pakan tersebut bisa disediakan dalam bentuk hijauan dan konsentrat.
Kebutuhan Zat Makanan Dalam Pakan Ternak.

a. Protein
Pakan yang baik harus mengandung protein yang cukup. Protein memiliki peran yang sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan ternak. Berikut ini dijelaskan secara singkat mengenai peran dan fungsi protein pada ternak sapi.

  • Protein berfungsi untuk emperbaiki dan menggantikan sel tubuh yang rusak, terutama pada sapi yang sudah lanjut usia.
  • Protein berperan dalam membantu pertumbuhan atau pembentukan sel-sel tubuh, terutama pada pedet dan sapi muda.
  • Protein berperan dalam mendukung keperluan berproduksi, terutama pada sapi-sapi dewasa yang masih produktif.
  • Protein akan diubah menjadi energi, terutama pada sapi-sapi yang dimanfaatkan untuk kerja.

Sapi muda yang masih berada pada fase pertumbuhan membutuhkan asupan protein yang lebih tinggi daripada sapi-sapi yang sudah dewasa. Protein merupakan zat yang tidak bisa dibentuk atau diproduksi dalam tubuh, sehingga untuk mencukupi kebutuhan protein, binatang ternah harus mendapatkan suplai protein dari makanan. Oleh karena itu, makanan yang diberikan harus memiliki kandungan protein yang cukup bagi petumbuhan dan perkembangan sapi.

Untuk memenuhi kebutuhan protein, peternak atau pembudidaya sapi harus menyertakan protein tersebut dalam pakan. Beberapa sumber protein yang bisa dimanfaatkan untuk menopang pertumbuhan dan perkembangan ternak diantaranya adalah:

  • Pakan hijauan terutama yang berasal dari famili leguminosae atau kacang-kacangan, seperti centrosema pubescens, daun turi, lamtoro, daun kacang tanah, daun kacang panjang, daun kedelai, dan lain-lain.
  • Makanan tambahan, terutama yang berfungsi sebagai makanan penguat, seperti bungkil kelapa, bungkil kacang tanah, katul, tepung darah, tepung ikan, tepung daging dan lain-lain.

Pemenuhan kebutuhan protein yang diperoleh dari protein hewani memiliki kualitas yang lebih unggul dibanding dengan pemberian protein nabati. Protein hewani mengandung asam amini esensial serta nilai gizi yang lebih kompleks. Bahan makanan yang memiliki kandungan protein dengan mutu tinggi adalah bahan makanan yang memiliki kandungan protein mendekati susunan protein tubuh, misalnya protein hewani. Kelebihan lain dari protein hewani ialah protein tersebut lebih mudah untuk diproses menjadi jaringan tubuh dangan resiko kerugian yang lebih kecil dibandingkan dengan protein nabati.

Kebutuhan protein pada hewan ternak ruminansia, seperti sapi, tidak begitu memerlukan kualitas protein yang bermutu tinggi karena di dalam rumen dan usus banyak terjadi aktifitas penguraian oleh mikroorganisme yang terkandung di dalamnya. Hal yang perlu diperhatikan adalah untuk membangun kembali protein yang telah terurai, maka dibutuhkan protein dengan kandungan asam amino yang lengkap. Oleh karena itu, jika sapi peliharaan terpaksa hanya diberi pakan jerami, maka untuk memenuhi kebutuhan zat-zat makan yang tidak terkandung pada jerami tersebut harus diberikan melalui pakan tambahan yang mengandung protein, lemak, dan karbohidrat tinggi. Selain itu, pakan yang berupa jerami mengandung banyak serat kasar yang tidak mudah dicerna dan sedikit mengandung protein, lemak, dan karbohidrat.

b. Lemak
Lemak memiliki peranan penting bagi pertumbuhan dan perkembangan sapi, sebab lemak dapat menjadi cadangan sumber energi bagi ternak peliharaan. Berikut ini akan diuraikan secara singkat beberapa fungsi lemak bagi pertumbuhan dan perkembangan sapi:

  • Lemak berfungsi sebagai sumber energi atau tenaga.
  • Lemak berfungsi sebagai pembawa vitamin A, D, E, dan K. Vitamin-vitamin tersebut merupakan jenis vitamin yang larut dalam lemak.

Lemak yang berasal dari bahan makanan dapat disimpan dalam jaringan sel-sel tubuh dalam bentuk lemak cadangan. Namun, jika dibutuhkan, lemak juga dapat diubah menjadi pati dan gula yang digunakan sebagai sumber energi. Tubuh ternak akan membentuk lemak dari karbohidrat maupun lemak makan yang belum digunakan. Setiap kelebihan lemak, akan disimpan sebagai lemak cadangan terutama di bawah kulit. Berbeda dengan domba, yang meyimpan kelebihan lemak terutama pada ekornya, sapi memiliki tempat khusus untuk menyimpan kelebihan lemak ini terutama pada punuknya yang terletak di belakang leher. Di samping itu kelebihan lemak juga dapat disimpan di sekitar buah pinggang, selaput penggantung usus dan di antara otot-otot.

Pada dasarnya, tubuh binatan tersusun atas tiga jaringan utama, yaitu tulang, otot, dan lemak. Lemak merupakan jaringan tubuh yang dibentung paling akhir. Sapi yang dipelihara sebagai sapi potong biasanya jaringan lemak tersebut akan menyelubungi serabut-serabut otot, sehingga otot dan daging sapi tersebut akan terasa lebih lembut. Lemak pada tubuh binatang memiliki sifat yang berbeda-beda, tergantung pada jenis binatang yang bersangkutan, mutu makanan yang dikonsumsi, umur, aktivitas, serta kesehatan. Sapi yang dimanfaatkan sebagai pekerja memiliki daging yang lebih liat dibanding dengan sapi potong, apalagi jika mutu makan yang dikonsumsinya hanya mengandung sedikit lemak. Dalam pemberian ransum pakan ternak bahan yang banyak mengandung sumber lemak, antara lain bungkil kacang tanah, bungkil kelapa dan bungkil kacang kedelai.

c. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan salah satu zat dalam makanan yang merupakan sumber utama energi bagi ternak, Beberapa fungsi karbohidrat antara lain:

  • Karbohidrat sebagai sumber utama tenaga atau energi.
  • Karbohidrat berfungsi sebagai komponen pembentukan lemak di dalam tubuh.

Setelah dicerna, karbohidrat yang terkandung dalam bahan makanan diserap oleh darah dalam bentuk glukosa dan langsung dioksidasi untuk menghasilkan energi atau disimpan sebagai cadangan lemak dalam tubuh. Komponen yang termasuk dalam karbohidrat antara lain serat kasar, BETN yaitu bahan makanan yang banyak mengandung gula dan pati. Jagung merupakan salah satu bahan makanan yang mengandung karbohidrat tinggi. Kebutuhan karbohidrat juga bisa dipenuhi dari hijauan, sehingga dalam pemenuhan kebutuhan akan karbohidrat, ternak peliharaan bisa mendapatkannya dengan mudah.

d. Mineral
Beberapa fungsi mineral pada sapi antara lain:

  • Mineral berperan dalam pembentukan jaringan tulang dan urat.
  • Mineral berperan dalam membantu keperluan berproduksi.
  • Mineral berperan dalam membantu proses pencernaan dan penyerapan zat-zat makanan.
  • Mineral yang diberikan melalui pakan berperan untuk menggantikan mineral dalam tubuh yang hilang, dan memelihara kesehatan.

Sekalipun tidak dibutuhkan dalam jumlah yang besar, tetapi mineral memiliki peran yang sangat penting terutama bagi kelangsungan hidup ternak. Mineral terdapat pada tulang dan jaringan tubuh. Hewan ternak muda yang masih dalam fase pertumbuhan sangat membutuhkan mineral. Demikian juga untuk pertumbuhan janin, keberadaan mineral merupakan suatu keharusan.

Unsur mineral pada umumnya banyak terdapat pada pakan ternak yang diberikan. Unsur mineral yang sering dibutuhkan oleh ternak antara lain natrium, khlor, kalsium, phosphor, sulfur, magnesium, kalium, seng, selenium, dan tembaga. Diantara unsur-unsur tersebut, kadang-kadang binatang ternak membutuhkan unsur mineral tertentu dalam jumlah lebih banyak dibanding unsur mineral lain. Unsur mineral yang sering dibutuhkan dalam jumlah lebih banyak diantaranya adalah natrium klorida, kalsium, dan phosphor.

Pakan yang berasal dari tanaman padi-padian biasanya banyak mengandung unsur phosphor, sementara unsur kalsium biasanya banyak terdapat pada pakan yang berbentuk kasar. Sapi yang mengalami kekurangan unsur mineral ini biasanya menunjukkan perilaku sering makan tanah. Kekurangan unsur mineral berpotensi mengakibatkan penurunan fertilitas serta penyakit tulang. Sumber mineral bisa diperoleh dari pakan hijauan maupun pemberian feed supplement-mineral.

e. Vitamin
Kesehatan dan kelangsungan hidup ternak bahkan pada kebanyakan mahluk hidup tidak lepas dari keberadaan vitamin di dalam tubuh. Beberapa fungsi vitamin pada ternak antara lain:

  • Vitamin berperan dalam mempertahankan dan meningkatkan kekuatan tubuh.
  • Vitamin berperan dalam meningkatkan kesehatan ternak terutama dalam berproduksi.

Bahan-bahan pakan yang berasal dari hijauan biasanya mengandung banyak vitamin, sehingga pemenuhan kebutuhan vitamin pada ternak peliharaan tidak terlalu mengalami kesulitan. Disamping itu, kebanyakan vitamin dapat dibentuk dalam usus binatang pemamah biak, terutama vitamin B kompleks. Kandungan vitamin yang terdapat pada pakan dari hijauan dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti: tanah, iklim, waktu pemotongan dan penyimpanan. Vitamin A dan E banyak terdapat pada tanaman hijauan dan padi-padian. Hal yang perlu diperhatikan oleh peternak atau pembudidaya sapi tidak boleh menyepelekan pemenuhan pemenuhan kebutuhan vitamin pada sapi yang dibudidayakannya, terutama pada musim kemarau, dimana bahan-bahan pakan hijauan biasanya mengalami kekurangan kadar vitamin A. Oleh karena itu, pada musim kemarau perlu ditambahkan vitamin A dalam ransum pakan ternak.

Kelebihan vitamin A dapat disimpan di dalam hati. Sapi memiliki kemampuan untuk menyimpan vitamin A selama enam bulan, sementara itu kambing hanya memiliki kemampuan untuk menyimpan vitamin A selama tiga bulan. Sumber vitamin A bisa diperoleh dari bahan pakan yang berupa hijauan, terutama terdapat pada bagian pucuk tanaman. Bagian pucuk tanaman biasanya mengandung karotin yang tinggi, dimana karotin tersebut akan diubah menjadi vitamin A di dalam tubuh hewan.

Proses pembentukan vitamin dalam tubuh binatang:

  • Vitamin A dapat dibentuk dari karotin yang banyak terdapat pada ransum pakan hijauan.
  • Vitamin B dapat dibentuk sepenuhnya di dalam tubuh hewan.
  • Vitamin C dibentuk sendiri oleh semua jenis hewan yang telah dewasa
  • Vitamin D akan dibentuk dalam tubuh dengan bantuan sinar matahari.

f. Air
Air merupakan komponen yang sangat penting dalam kehidupan mahluk hidup. Tanpa air, kemungkinan tidak akan berlangsung kehidupan. Beberapa fungsi air, khususnya pada binatang ternak antara lain:

  • Air berfungsi sebagai pengatur suhu tubuh.
  • Air berperan besar dalam membantu proses pencernaan.
  • Air berfungsi untuk mengeluarkan bahan-bahan yang tidak berguna di dalam tubuh, baik dalam bentuk keringan, urine, maupun feses (80% air).
  • Air berfungsi sebagai pelumas persendian dan membantu mata untuk dapat melihat.

Pada umumnya komposisi tubuh hewan ternak lebih dari 50% terdiri dari air. Sebagian besar jaringan tubuh hewan ternak mengandung air sebanyak 70-90%. Mahluk hidup yang mengalami kekurangan air akan lebih cepat mati dari pada kekurangan pakan. Hal tersebut membuktikan bahwa peran air sangat vital dalam kehidupan. Oleh karena itu, peternak atau pembudidaya sapi harus betul-betul memperhatikan kebutuhan air pada ternak peliharaannya.

Beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan air pada hewan ternak, antara lain jenis ternak, umur, ternak, suhu lingkungan, jenis pakan yang diberikan, volume pakan yang diberikan, dan aktivitas yang dilakukan. Bagi sapi yang dimanfaatkan sebagai pekerja, maka kebutuhan airnya akan lebih tinggi daripada sapi yang dipelihara sebagai sapi potong.

Pada umumnya hewan ternak dapat mencukupi kebutuhan air yang diperoleh dari air minum, air dalam bahan makanan dan air metabolik yang berasal dari glugosa, lemak dan protein. Bagi sapi pekerja dewasa, kebutuhan air minum yang harus disediakan kurang lebih 35 liter per hari, sedangkan bagi sapi dewasa yang tidak digunakan sebagai pekerja cukup 25 liter per hari.

JENIS PAKAN TERNAK DAN KANDUNGAN NUTRISINYA

Aflah Indonesia – Pentingnya ilmu pakan ternak demi kesuksesan usaha peternakan Anda. Bagi seorang peternak, bisa dikatakan sukses ketika berhasil membangun peternakan yang besar, memiliki hewan ternak yang banyak, dan memiliki hasil yang besar pula dari sana. Apakah Anda juga demikian?

Memang untuk beternak tidaklah semudah yang dilihat. Butuh pengetahuan, pengalaman, dan ketekunan sejati sebagai peternak dan memberikan yang terbaik pada peternakan yang dimilikinya. Dengannya, Anda dapat menjalankan peternakan dengan lebih baik, berkembang dengan pesat dan mendapatkan hasil seperti yang Anda dan peternak lain inginkan.

Terlepas dari pengalaman yang dimiliki, bagi seorang peternak ulung maupun peternak pemula, satu hal yang tidak dapat dinomor duakan adalah pengetahuan tentang pakan ternak. Karena hal ini sangat berpengaruh bagi pertumbuhan dan perkembangan hewan ternak Anda.

Dengan pengetahuan pakan yang tepat, maka peternak dapat fokus pada apa yang ingin ditingkatkan, ingin mempercepat pertumbuhan hewan ternak, penggemukan, atau memaksimalkan dan menjaga kualitas dari hasil hewan ternak tersebut.

BAHAN PAKAN TERNAK

Memang banyak jenis bahan makanan yang dapat digunakan untuk pakan ternak. Tetapi secara umum, bahan pakan ternak dibagi menjadi 5 jenis, pakan kasar, pakan penguat/ konsentrat, mineral, vitamin, dan pakan tambahan.

1. Pakan Kasar

Pakan kasar adalah pakan yang bervolume besar tetapi berat dari setiap unit volume-nya rendah. Makanan yang termasuk pakan kasar dapat berasal dari hijauan, antara lain:

  • Rumput, bisa rumput lapangan, rumput tanaman, rumput grinting, rumput benggala, rumput kolonjono, rumput tuton.
  • Daun leguminos.
  • Sisa hasil panen seperti jerami, baik jerami padi, jerami kedelai, jerami jagung, maupun jerami kacang tanah.

Pakan ternak yang berasal dari hijauan memiliki kandungan serat kasar sekitar 18% tetapi memiliki kandungan energi yang rendah. Hijauan yang menjadi sumber nutrisi yang baik adalah hijauan yang mengandung protein kasar sebanyak 20 % total bahan kering seperti leguminosa/ kacang – kacangan.

Sedangkan, pakan dari sisa hasil panen seperti jerami, hanya memiliki kandungan protein kasar sekitar 3 – 4 % bahan kering. Dari pakan hijau – hijauan yang berasal dari daun dan rumput yang berkualitas, hewan ternak seperti sapi hanya dapat berproduksi 70% dari kemampuan seharusnya.

Namun bagaimanapun juga, pakan kasar sangat diperlukan untuk hewan ternak ruminansia karena memiliki serat kasar tinggi yang dibutuhkan untuk merangsang rumen serta menentukan kadar lemak susu.

JENIS RUMPUT UNGGULAN UNTUK PAKAN TERNAK HIJAUAN

1) Rumput Gajah

Rumput Gajah

Rumput gajah toleran terhadap berbagai macam jenis tanah. Rumput gajah dapat tumbuh dari dataran rendah hingga dataran tinggi, yang tahan terhadap lingkungan sedang, serta curah hujan yang cukup, suka dengan tanah lempung yang subur, tetapi tidak tahan terhadap genangan.

2) Rumput Benggala

Rumput jenis ini memiliki ciri – ciri bersifat perennial, batangnya kuat dan tegak, serta membentuk rumpun dengan akar membentuk serabut dalam. Memiliki bunga berwarna hijau atau keunguan.

Rumput benggala tumbuh di daerah dataran rendah sampai dataran tinggi 0 – 1200 meter di atas permukaan laut.

3) Rumput Raja

Pengembangan rumput raja biasanya dilakukan dengan stek batang atau pols dan mampu tumbuh dengan baik pada daerah dengan tanah yang ringan sampai berat. Rumput raja mampu hidup dan tumbuh di dataran dengan ketinggian 0 – 3000 meter di atas permukaan air laut dengan curah hujan tahunan sebesar 1000 meter atau lebih.

Ciri – ciri rumput raja antara lain, berdaun tunggal, batang berbentuk persegi dan silindris, berakar serabut, dan tumbuh di daerah yang kering. Memiliki struktur daun yang kasar, batang keras dan tebal. Bentuk daunnya panjang, dengan permukaan daun yang luas.

4) Rumput Meksiko

Seperti namanya, rumput ini berasal dari Mexico dan Amerika Tengah. Yang dapat hidup di daerah tropis yang basah dan juga di daerah subtropis dengan tanah berair. Serta memiliki ciri daun yang lebih lebar dari rumput jenis lain, dengan panjang daun sekitar 1,5 meter dan memiliki lebar daun sekitar 10 centimeter.

Rumput meksiko dapat tumbuh dengan baik pada daerah yang memiliki tanah dengan struktru sedang ataupun berat, dengan ketinggian sampai 1200 meter di atas permukaan air laut. Serta curah hujan 2000 meter per tahunnya.

5) Rumput Setaria

Rumput setaria atau sering juga dikenal dengan nama Rumput Golden Timothy yang berasal dari Afrika dan memiliki siklus hidup parenial. Cirinya tumbuh membentuk rumpun yang kuat dan lebat, dengan daun yang lebar dan sedikit berbulu pada bagian permukaan atasnya.

Rumput Setaria kalau sudah berumur cukup dewasa, maka dapat tumbuh hingga mencapai ketinggian 180 centimeter. Memiliki karakter yang tahan terhadap lingkungan kering maupun bergenang. Dapat hidup pada dataran dengan ketinggian 1000 kaki, dengan curah hujan 25 inchi/ tahunnya.

Oh ya, untuk mempermudah pemberian pakan rumput sapi, sebaiknya menggunakan mesin pencacah aneka rumput untuk mengecilkan ukuran rumput. Manfaatnya sapi akan mudah mencerna rumput yang akan dikonsumsi.

2. Pakan Penguat (Konsentrat)

Pakan Penguat

Pakan penguat atau disebut juga konsentrat adalah pakan ternak yang memiliki kandungan serat kasar rendah, dibawah 18%. Nutrisi utama dari pakan konsentrat berupa energi dan protein. Ada dua perbedaan konsentrat, yakni konsentrat sebagai sumber energi dan sebagai sumber protein.

Konsentrat sumber energi adalah konsentrat yang memiliki kadar protein kurang dari 20%. Sebaliknya, konsentrat sumber protein adalah konsentrat yang memiliki kadar protein di atas 20%.

Konsentrat merupakan suatu bahan pakan ternak yang diberikan bersamaan dengan bahan pakan ternak lainnya untuk meningkatkan kandungan gizi pakan ternak yang dicampurkan sebagai pakan pelengkap.

Perternak sapi perah, agar dapat menjaga produksi susu sapi, pakan ternak yang diberikan harus sebagian besar dari pakan ternak konsentrat. Karena sapi yang hanya diberikan pakan ternak dari hijauan akan memproduksi susu 30% lebih rendah dari sapi yang diberikan pakan ternak hijauan yang juga ditambahkan dengan pemberian pakan ternak konsentrat.

Sebab, sapi tidak mampu menampung pakan kasar sesuai dengan energi yang dibutuhkan. Karenanya, untuk mencukupi energi, maka diperlukanlah tambahan pakan konsentrat. Pakan konsentrat bisa berasal,

Dari hewan:

  • Tepung daging
  • Tepung daging dan tulang
  • Tepung darah
  • Tepung bulu
  • Tepung cacing
  • Hasil sampingan pengolahan ikan, yaitu tepung ikan
  • Hasil sampingan pengolahan susu seperti lemak susu dan bubuk susu skim.

Untuk pakan ternak konsentrat yang berasal dari hewan ditandai dengan protein kualitas tinggi yang jumlahnya relatif banyak, serta kandungan mineral yang cukup tinggi juga. Mengandung protein lebih dari 47%, mineral Ca lebih dari 1%, P lebih dari 1,5%, dan serat kasar kurang dari 2,5%.

Dari tumbuhan:

  • Hasil panen pertanian seperti kedelai, kacang hijau, jagung, dan yang lainnya.
  • Sisa industri pertanian seperti bungkil kelapa/ kelapa sawit, bungkil wijen, bungkil kedelai, biji palm, biji karet, ampas tahu, dedak sekam padi, dan yang lainnya.

Pakan ternak konsentrat memiliki kandungan energi dan protein yang tinggi. Kelompok yang memiliki kandungan terbanyak seperti jagung, biji – bijian, sorghum, yang SE dan TDN yang tinggi, serat kasar yang rendah, kandungan protein kasar sedang, serta kandungan mineral yang bervariasi.

Pakan ternak konsentrat yang berasal dari tumbuhan memiliki kandungan protein 47%, mineral Ca kurang dari 1%, P kurang dari 1,5 %, dan serat kasar yang lebih dari 2,5%.

Agar dapat sesuai sasaran yang diinginkan, maka penggunaan pakan ternak konsentrat harus memperhatikan 2 hal berikut ini:

  • Pemberian pakan ternak konsentrat harus memperhatikan kebutuhan nutrisi hewan ternak, jangan sampai pemberian pakan ternak konsentrat terlalu berlebihan karena konsentrat hanyalah penguat atau pakan tambahan untuk mencukupi kebutuhan nutrisi saja.
  • Pemberian pakan ternak konsentrat harus sesuai dengan imbangan jumlah produksinya, susu ataupun daging.

3. Pakan Fermentasi

Pakan fementasi adalah hasil dari proses amoniasi, atau sering juga disebut sebagai peragian/ pemerana. Tujuan pembuatan pakan fermentasi adalah untuk memaksimalkan pengawetan kandungan gizi pada pakan hijauan ataupun bahan pakan lainnya agar dapat disimpan dalam waktu yang lama dan tanpa mengurangi jumlah nutrisinya.

Kebutuhan gizi dan nutrisi yang tercukupi, maka banyak efek positif yang didapatkan. Kualitas hewan ternak yang semakin baik yang sudah pasti akan berdampak pada nilai jual hewan ternak.

Dengan menggunakan metode fermentasi, maka penyediaan pakan ternak akan lebih efisien. Adapun ciri – ciri dari pakan fermentasi yang sudah jadi, seperti ada peningkatan suhu, ada perubahan warna, dan menjadi lebih lapuk/ empuk.

Untuk tahu lebih lengkap tentang pakan ternak fermentasi, bagaimana cara membuat pakan ternak fermentasi sendiri, dan bagaimana pula cara tepat memberikannya pada hewan ternak Anda, bisa kunjungi artikel Fermentasi Pakan Ternak.

4. Mineral

Mineral atau zat – zat garam sangat dibutuhkan untuk hewat ternak perah. Zat anorganik seperti : Kalsium, Kalium, Zat besi, Fosfat, Natrium, Magnesium, dan yang lainnya adalah macam – macam zat yang dibutuhkan oleh tubuh hewan ternak.

Tambahan mineral memang dibutuhkan sebagai tambahan pada beberapa pakan ternak, tetapi tidak semua, karena sebagian besar mineral tersebut dapat diperoleh dari bahan – bahan makanan ternak yang diberikan. Maka dari itu sangat penting untuk mengetahui kandungan dari pakan ternak yang diberikan, apakah sudah mencukupi kebutuhan mineral hewan ternak atau tidak.

5. Vitamin

Vitamin sangat penting untuk mengoptimalkan pertumbuhan, dan menjaga fungsi alami dari sistem tubuh hewan ternak.

Ada dua 2 kelompok vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh hewan ternak, yaitu vitamin yang larut dalam air diantaranya vitamin B kompleks, B6, B12, C, biotin, kholin, inondol, niacin. Dan vitamin yang larut dalam lemak seperti vitamin, A, D, E, dan K.

Memang vitamin hanya sedikit yang dibutuhkan, tetapi hal ini sama sekali tidak boleh diabaikan karena tidak semua bahan pakan ternak mengandung vitamin yang lengkap, mengingat resiko dari hewan ternak yang jika kekurangan vitamin maka dapat mengakibatkan tubuh hewan ternak lemah, sakit – sakitan, dan bahkan kematian.

6. Pakan Tambahan

Adalah pakan yang digunakan hanya sebagai tambahan dan bukanlah untuk konsumsi pokok bagi hewan ternak. Pakan tambahan yang dimaksudkan adalah produk yang tidak bernutrisi, namun berguna untuk menjaga kesehatan, mencegah penyakit, ataupun menyembuhkan hewan ternak. Diantaranya, antibiotik, anti toksin, obat cacing, hormon, dan yang lainnya.

Pada pemberian antibiotik sendiri, dimaksudkan untuk memodifikasi keseimbangan bakteri yang berada dalam saluran pencernaan hewan ternak. Keseimbangan antara bakteri yang menguntungkan dan bakteri yang merugikan akan mencegah terjadinya penurunan produksi ternak.

Setelah mengetahui 5 jenis bahan pakan ternak di atas, semoga bisa bermanfaat dan menjadi informasi tambahan untuk Anda para peternak yang belum begitu paham dengan jenis – jenis pakan ternak.

PENCEGAHAN PENYAKIT AFRICAN SWINE FEVER (ASF) DI INDONESIA

Aflah Indonesia – African Swine Fever (ASF) adalah penyakit pada babi yang sangat menular dan dapat menyebabkan kematian pada babi hingga 100 % sehingga mengakibatkan kerugian ekonomi yang sangat besar. Virus ASF sangat tahan hidup di lingkungan serta relatif lebih tahan terhadap disinfektan.

Saat ini, ada 16 Kabupaten/ Kota di Sumatera Utara yang terdampak penyakit ASF, diantaranya Dairi, Humbang Hasundutan, Deli Serdang, Karo, Toba Samosir, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, Samosir, Simalungun, Pakpak Bharat, Langkat, Tebing Tinggi, Pematang Siantar, dan Medan.

PENCEGAHAN PENYAKIT AFRICAN SWINE FEVER (ASF) DI INDONESIA

ASF tidak berbahaya bagi manusia dan bukan masalah kesehatan masyarakat. ASF bukan penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia (zoonosis), jadi produk babi dipastikan tetap aman untuk konsumsi.

Tanda-tanda Klinis ASF

  • –      Kemerahan di bagian perut, dada dan scrotum
  • –      Diare berdarah
  • –      Berkumpul bersama dan kemerahan pada telinga
  • –      Demam (41 derajat Celsius), Konjungtivitis, anoreksia, ataksia, paresis, kejang, kadang2 muntah, diare atau sembelit
  • –      Pendarahan Kulit Sianosis
  • –      Babi menjadi tertekan, telentang, kesulitan bernapas, tidak mau makan.

ASF dapat menyebar melalui :

  • –      Kontak langsung
  • –      Serangga
  • –      Pakaian
  • –      Peralatan peternakan
  • –      Kendaraan
  • –      Pakan yang terkontaminasi

Baca juga : Sapi, Kerbau dan Kambing Jadi Prioritas Kementan Penuhi Kebutuhan Konsumsi

Untuk babi yang terkena penyakit ASF, isolasi hewan sakit dan peralatan serta dilakukan pengosongan kandang selama 2 bulan.

Untuk babi yang mati karena penyakit ASF dimasukkan ke dalam kantong dan harus segera dikubur oleh petugas untuk mencegah penularan yang lebih luas.

Tidak menjual babi/ karkas yang terkena penyakit ASF serta tidak mengkonsumsinya.

Hingga saat ini, belum ditemukan vaksin untuk pencegahan penyakit ASF.

Penyakit ini merupakan ancaman bagi populasi babi di Indonesia yang mencapai kurang lebih 8,5 juta ekor

Berdasarkan kajian analisa risiko, ada beberapa faktor yang menyebabkan masuknya ASF ke Indonesia diantaranya melalui

  • –      pemasukan daging babi dan produk babi lainnya,
  • –      sisa-sisa katering transportasi intersional baik dari laut maupun udara,
  • –      orang yang terkontaminasi virus ASF
  • –      kontak dengan babi di lingkungannya. 

Langkah strategis utama dalam mencegah terjadi ASF adalah melalui penerapan biosekuriti dan manajemen peternakan babi yang baik serta pengawasan yang ketat dan intensif  untuk daerah yang berisiko tinggi

Upaya deteksi cepat melalui kapasitasi petugas dan penyediaan reagen untuk mendiagnosa ASF ini telah dilakukan oleh laboratorium Kementerian Pertanian yakni Balai Veteriner dan Balai Besar Veteriner di seluruh Indonesia yang mampu melakukan uji dengan standar internasional

Sedang dikaji untuk kebijakan ketat terhadap importasi babi hidup dan produk-produk daging babi, terutama dari negara-negara yang tertular ASF

Pemerintah menghimbau agar provinsi lain dengan populasi babi yang tinggi, seperti NTT, Sulut, Kalbar, Sulsel, Bali, Jateng, Sulteng, Kepri, dan Papua agar waspada dan siap siaga terhadap kemungkinan terjadinya penyakit ASF. Hal penting yang perlu dilakukan antara lain sosialiasi kepada peternak dan advokasi kepada pimpinan daerah terkait ancaman ASF.

Sapi, Kerbau dan Kambing Jadi Prioritas Kementan Penuhi Kebutuhan Konsumsi

Aflah Indonesia – Produksi daging sapi, kerbau dan kambing menjadi prioritas Kementerian Pertanian (Kementan) dalam mencapai swasembada komoditas daging. Langkah ini perlu dilakukan mengingat kebutuhan konsumsi dalam negeri masih menggunakan cara impor.

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) I Ketut Diarmita mengatakan, setidaknya ada enam parameter keberhasilan yang telah dicapai kementan dalam meningkatkan produksi daging.

Keenam parameter itu diantaranya adalah peningkatan populasi ternak sapi dan unggas, peningkatan PDB sub sektor peternakan, peningkatan investasi, peningkatan NTP dan NTUP, peningkatan jumlah tenaga kerja di subsektor peternakan dan terakhir perkembangan ekspor komoditas peternakan.

“Semua parameter keberhasilan ini dikerjakan dalam waktu empat tahun dibawah kepemimpinan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman. peningkatan populasi ternak sapi dan kerbau, merupakan kinerja yang paling menonjol,” kata Ketut, Sabtu (15/12).

Sapi, Kerbau dan Kambing Jadi Prioritas Kementan Penuhi Kebutuhan Konsumsi

*_Peningkatan Populasi Ternak Sapi dan Kerbau_*

Pada tahun 2015 populasi sapi dan kerbau tercatat 17.285.000 ekor. Kemudian dalam setiap tahunya, populasi itu terus meningkat. Pada tahun 2018 misalnya, jumlah yang tercatat sebanyak 18.957.000 ekor atau meningkat 1.672.000 ekor.

Dengan pencapaian tersebut, swasembada daging sapi maupun kerbau bisa dicapai melalui peningkatan populasi. “Kondisinya yang sudah seimbang atau stabil, meski terjadi pemotongan untuk konsumsi,” ujar Ketut.

Cara lain yang digunakan adalah peningkatan produktivitas, yaitu dengan pertambahan bobot badan menjadi lebih besar. Dua faktor ini sangat menentukan produksi daging dalam waktu setahun. Dengan begitu jumlah populasi tidak menurun.

“Berikutnya adalah melalui upaya khusus (Upsus). Jadi antara sapi betina wajib bunting (Siwab). Hasilnya, dari target Inseminasi Buatan (IB) 7.000.000 dapat direalisasikan 7.586.932. Kemudian, dari target kebuntingan 5.100.000 ekor, realisasinya mencapai 3.660.885. Dari yang bunting ini, didapat kelahiran sebanyak 2.385.357 ekor,” kata Ketut.

Ketut mengatakan, untuk mengurangi resiko kerugian usaha ternak, pemerintah sejak tahun 2016, menyediakan asuransi usaha ternak sapi (AUTP) yang mendorong peternak mengembangkan usahanya.

Pemerintah juga menyediakan fasilitas KUR usaha peternakan rakyat dengan tingkat bunga rendah 7 persen. Program ini diyakini bisa meningkatkan jumlah sapi karena bisa digunakan untuk pembelian bibit sapi.

“Peningkatan populasi ini tidak terlepas dari keberhasilan pembinaan terhadap industri peternakan khususnya ayam ras dari hulu sampai hilir termasuk perbibitan, industri pakan, industri penyiapan daging unggas dan pengolahannya,” katanya.

*_Produksi Ayam Meningkat_*

Selain sapi dan kerbau, produksi daging daging ayam potong juga mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari jumlah 1.628.000 ton di akhir tahun 2015 bertambah menjadi 2.144.000 ton pada tahun 2018.

“Bahkan, pemerintah juga melakukan impor jagung melalui Bulog sebanyak 100 ribu ton untuk membantu peternak kecil yang kesulitan pakan ternak karena melonjaknya harga jagung dalam negeri. Sebab jagung merupakan 40 persen dari seluruh kebutuhan pakan ternak unggas,” tandasnya.

Cara Budidaya Ternak Sapi Potong

Cara Budidaya Ternak Sapi Potong dengan Keuntungan Fantastis

Negara Indonesia memiliki iklim tropis yang sangat cocok digunakan untuk beternak sapi, yang membuat bisnis budidaya ternak sapi potong itu sendiri menjadi salah satu peluang bisnis yang cukup menjanjikan untuk dijalankan.

Keperluan masyarakat Indonesia terhadap daging sapi sangatlah tinggi namun peternak lokal belum bisa memenuhinya secara baik, sehingga hal tersebut justru membuat harga daging sapi melambung tinggi.

Bahkan pasalnya harga daging sapi di Indonesia termasuk yang paling mahal se-negara ASEAN lho, yakni mencapai Rp. 120 ribu untuk satu kilogram.

Melihat kenyataan yang tengah terjadi, tentu bisnis budidaya ternak sapi potong bisa menjadi peluang usaha yang menjanjikan, baik itu di dalam maupun di luar kota.

Ditambah lagi bahwa permintaan daging sapi di Indonesia itu sendiri tergolong tidak pernah berhenti, khususnya pada saat hari-hari besar seperti Idul Adha dan Idul Fitri, yang mana hampir setiap umat muslim menggunakan daging sapi untuk membuat masakan khas hari lebaran.

Meski terdengar begitu menggiurkan dalam hal keuntungan, menjalankan bisnis budidaya ternak sapi potong ternyata tidak semudah yang kita kira lho.

Setiap pelaku usaha harus memiliki kesabaran dan ketelitian yang sangat tinggi, karena bisnis satu ini berhubungan dengan makhluk hidup.

Tetapi tentu seluruh pengorbanan dan kerja keras yang telah kamu lakukan dalam menjalankan bisnis budidaya ternak sapi potong akan segera terbayarkan karena keuntungan dari bisnis ini tidaklah main-main, bahkan bisa mencapai hingga puluhan juta.

Maka dari itu, bagi kamu yang tertarik dengan membangun bisnis budidaya ternak sapi potong, yuk pelajari dulu hal-hal yang perlu diketahui ini. Apa sajakah itu?

Jenis-Jenis Sapi Potong

Di Indonesia, jenis-jenis sapi potong dibagi menjadi tiga golongan, yaitu sapi lokal, sapi impor  dan sapi dari hasil persilangan.

Berikut adalah jenis-jenis sapi yang paling sering digunakan untuk bisnis budidaya ternak sapi potong di Indonesia, yaitu:

1. Sapi Ongole

Jenis sapi pertama yaitu sapi Ongole yang berasal dari India. Dengan sifatnya yang mampu beradaptasi dengan mudah di iklim tropis, jenis sapi ini menjadi sangat digemari oleh para pelaku usaha bisnis budidaya ternak sapi potong di Indonesia.

Hanya saja, pertumbuhannya cenderung lambat dan akan menjadi dewasa ketika telah mencapai usia 4 – 5 tahun.

Sapi Ongole terbagi menjadi dua jenis, yaitu peranakan Ongole (PO) dan Sumba Ongole (SO).

Ciri khas dari jenis sapi satu ini cukup mudah untuk dikenali, yakni warna kulitnya yang putih, warna daerah kepala yang sedikit lebih gelap dan cenderung mendekati abu-abu, postur tubuh yang sedikit panjang, leher sedikit pendek, dan kaki yang terlihat panjang.

2. Sapi bali

Jenis sapi lainnya yang sering digunakan untuk budidaya ternak sapi potong yaitu sapi Bali.

Jenis sapi ini pada awalnya akan berwarna coklat, namun warna tubuhnya akan berubah menjadi semakin gelap seiring dengan bertambahnya usia sang sapi.

Tekstur daging yang lembut dengan sedikit lemak membuat daging sapi Bali memiliki cukup banyak penggemar.

Sapi Bali hanya cocok dibudidayakan di deaerah tropis dengan ketinggian di bawah 100 meter pdl, seperti Bali, Sulawesi, NTB dan NTT.

3. Sapi Impor

Nah, jenis terakhir yang sering digunakan untuk budidaya ternak sapi potong yaitu sapi impor.

Dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih saat ini, sapi-sapi yang berasal dari negara sub tropis seperti Amerika, Eropa dan Amerika memungkinkan untuk dibudidayakan di Indonesia.

Sapi-sapi tersebut memiliki kelebihan yang mungkin tidak dimiliki oleh sapi lokal, seperti dalam hal ukuran tubuh dan pertumbuhan daging.

Beberapa yang paling terkenal yaitu sapi limosin dari Perancis, sapi aberdeen Angus dari Skotlandia, dan sapi simental dari dari Swiss.

Cara Budidaya Ternak Sapi Potong

Setelah mengetahui beberapa jenis sapi potong yang paling sering digunakan, sekarang saatnya mengetahui langkah-langkah yang harus kamu lakukan di dalam bisnis budidaya ternak sapi potong.

Perlu diingat bahwa setiap langkah sangat penting untuk dilakukan secara baik dan benar, karena hal tersebut akan mempengaruhi keberhasilan dari bisnis budidaya ternak sapi potong yang tengah kamu jalani.

1. Pemilihan Bibit Sapi

Langkah pertama untuk budidaya ternak sapi potong adalah pemilihan bibit.

Pemilihan bibit memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap generasi-generasi sapi selanjutnya, sehingga jika kamu memilih bibit sapi yang baik, pastinya kamu juga akan menghasilkan banyak sapi-sapi yang baik pula.

Lalu, apa sih yang harus dilihat ketika memilih bibit sapi?

Bibit sapi yang baik harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

  • Ukuran badan dan kepala harus seimbang, dengan leher sapi yang kekar serta tulang punggung yang lurus dan sejajar, tidak bengkok.
  • Umur bibit berkisar dari 2 – 3 tahun. Sapi berusia 2 tahun akan ditandai dengan gigi power sebanyak 4 biji. Sapi dengan usia tersebut akan memiliki potensi lebih tinggi untuk menambah bobot badannya. Selain itu usia juga tidak terlalu muda ataupun terlalu tua sehingga bagus untuk dibudidayakan.
  • Pilihlah sapi jantan. Tidak hanya karena harganya yang mahal, sapi jantan juga memiliki bobot badan yang lebih besar dibandingkan betina.
  • Ukuran sapi yang ideal untuk penggemukan yaitu 170 cm dengan tinggi pundak normal sekitar 135 cm.
  • Hindari cacat pada sapi
  • Berat minimal 200 Kg
  • Perhatikan bulunya. Bulu sapi yang baik yaitu pendek dan tidak berminyak. Selain itu, bulu juga harus halus, cerah dan tidak kusam atau berdiri.
  • Bentuk muka sapi sebaiknya panjang dengan mata yang berbinar.

Baca Juga: Tiga Jenis Pakan Sapi Potong

2. Penggemukan Sapi

Langkah kedua yang tidak kalah pentingnya di dalam budidaya ternak sapi potong yaitu penggemukan dari sapi itu sendiri.

Ada berbagai faktor yang bisa mempengaruhi cara penggemukan sapi, seperti mulai dari luas kandang, pemberian pakan, hingga usia.

Di Indonesia, proses penggemukan sapi lebih efisien dengan menggunakan kandangan atau kereman, karena dinilai bisa meningkatkan nilai jual serta adanya nilai tambah terhadap kotoran ternak yang dihasilkan.

Dalam melakukan penggemukan sapi dengan menggunakan kandangan atau kereman, maka caranya adalah sebagai berikut:

  • Sapi dimasukan ke kandang
  • pemberian pakan dan air minum tidak dibatasi
  • Pakan hijauan dan konsentrat
  • Sapi tidak dipekerjakan
  • Pemberian obat cacing dan suplemen secara teratur untuk meningkatkan nafsu makan dan daya tahan tubuh
  • Jangka waktu penggemukan dilakukan selama 100 hari

Pada umumnya, proses penggemukan sapi dilakukan cukup lama dan memakan waktu serta biaya.

Hanya saja, pemeliharaan yang baik dan tepat membuat proses penggemukan tersebut tidak menutup kemungkinan dapat dilakukan dalam 100 hari saja.

Perlu diketahui bahwa suplemen yang baik haruslah tersebuat dari bahan-bahan organik.

3. Pemberian Pakan

Pemberian pakan memiliki hubungan yang erat dengan proses penggemukan sapi, sehingga satu hal ini juga memiliki peran yang sangat penting di dalam budidaya sapi potong.

Pakan merupakan sumber protein yang diubah menjadi energi yang menunjang pertumbuhan sang sapi.

Kualitas dan jumlah pakan yang diberikan kepada setiap sapi haruslah diberikan secara cukup, sehingga energi tersebut dapat diubah ke dalam bentuk daging dan lemak.

Nah, dalam memilih pakan yang digunakan di dalam budidaya ternak sapi potong, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:

  • Pakan harus mudah diperoleh
  • Mangandung zat gizi yang tinggi
  • Harus tersedia setiap waktu dengan harga yang terjangkau
  • Pakan ternak sapi bisa diganti, selama memiliki kandungan gizi yang sama
  • Pakan tidak beracun, tidak dipalsukan ataupun dirusak

Hijauan merupakan makanan pokok bagi sapi, yang biasanya terdiri dari dedaunan, rerumputan, dan kacang-kacangan.

Harus diingat bahwa setiap hari sapi membutuhkan setidaknya 10% – 12% pakan hijauan dan 1% – 2% pakan tambahan dari bobotnya.

Pemberian pakan hijauan dilakukan sebanyak 3 kali sehari dan pakan tambahan diberikan sebelum kamu memberikan pakan hijauan.

Selain itu, jangan lupa untuk selalu memberikan suplemen kepada sapi demi menunjang penambahan berat badanya.

4. Kandang

Bisnis budidaya ternak sapi potong sepertinya tidak akan bisa berjalan tanpa adanya kandang yang menampung.

Nah, perlu diketahui bahwa konstruksi kandang untuk sapi potong bergantung pada skala peternakan dan ketersediaan dana dari sang pelaku usaha.

Namun secara umum, kandang setidaknya harus bisa melindungi sapi dari pengaruh iklim lokal dan perubahan cuaca.

Terdapat tiga tipe kandang sapi, yaitu kandang sapi dengan dinding terbuka, setengah terbuka, dan kandang sapi tertutup.

Biasanya, kandang sapi terbuka dan setengah terbuka diterapkan di lokasi dengan dataran rendah yang panas namun dengan tiupan angin yang tidak terlalu kencang.

Sedangkan kandang dengan dinding tertutup sering kali diterapkan di daerah dingin dan berangin atau kandang yang diperuntukan bagi anakan sapi.

Selain yang telah disebutkan di atas, kamu juga perlu memperhatikan beberapa hal ketika tengah mempersiapkan kandang sapi, yaitu:

  • Tempat pakan dan minum, yang sebaiknya terbuat dari bahan-bahan yang tidak melukai, seperti kayu atau tembok
  • Tempat tambat, yang merupakan tiang atau penyangga untuk mengikat sapi agar tidak terlalu banyak bergerak
  • Peralatan kandang, seperti sekop, sapu lidi, garu, selang, sikat dan tali

Dibandingkan bisnis budidaya lainnya, dapat dikatakan bahwa budidaya ternak sapi potong merupakan salah satu bisnis yang membutuhkan modal besar.

Tiga Jenis Pakan Sapi Potong

Tiga Jenis Pakan Sapi Potong

Tiga Jenis Pakan Sapi Potong – Peternakan, khususnya yang berfokus pada penggemukan sapi potong adalah jenis usaha yang menggiurkan. Maka tak heran jika banyak orang serta perusahaan besar yang terjun ke industri ini. Demi bisa bertahan dalam persaingan itu, kualitas dan kuantitas produk menjadi hal mutlak yang harus diperhatikan.

Pakan adalah kunci untuk menjaga kualitas serta kuantitas produksi. Pakan yang baik dengan komposisi nutrien seimbang dan tingkat kecernaan tinggi akan membuat sapi potong cepat gemuk dan memiliki daging yang kualitasnya baik.

Pakan memilliki definisi sebagai bahan yang dapat dimakan, disukai, dapat dicerna, tidak menimbulkan penyakit, serta bermanfaat bagi ternak. Ada banyak jenis pakan yang bisa diberikan pada ternak sapi potong. Secara garis besar, pakan sapi potong dapat digolongkan jadi 3, yaitu pakan hijauan, pakan konsentrat, dan pakan tambahan.

1.  Pakan hijauan

Pakan hijauan adalah pakan yang berasal dari tanaman, mulai dari ujung akar hingga pucuk daun. Hijauan merupakan jenis pakan yang penting dalam usaha peternakan sapi potong sebab menjadi sumber selulosa dan hemiselulosa (serat kasar) yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan pada rumen (lambung hewan pemamah biak).

Hijauan harus diberikan sesuai dengan kebutuhan. Ketiadaan selulosa dan hemiselulosa bisa mengakibatkan pH rumen menjadi asam dan menimbulkan kematian. Sebaliknya, kelebihan hijauan membuat sapi tidak cepat gemuk karena laju kecernaan dari dua senyawa itu dapat dikategorikan lemah.

Jenis hijauan yang direkomendasikan sebagai pakan sapi potong berasal dari bagian tumbuhan yang muda (sebelum berbunga), terutama daun dan batang tanaman rumput dan kacang-kacangan. Tanaman muda yang belum berbunga punya nilai gizi yang lebih baik, entah dari kandungan karbohidrat, protein, maupun vitaminnya sebab semua kandungan gizinya belum dialokasikan untuk perkembangan bunga.

Hijauan yang umum diberikan pada ternak sapi potong diantaranya yaitu: rumput gajah, rumput benggala, rumput setaria, rumput ilalang, jerami padi, dan jerami kacang tanah. Jerami padi diberikan ke sapi potong bukan karena nilai gizinya, melainkan sebab harganya yang murah dan ketersediaannya yang stabil sepanjang tahun.

2.  Pakan penguat (konsentrat)

Pakan penguat adalah bahan dengan kadar serat kasar yang rendah (<18%) sehingga relatif lebih mudah dicerna dibandingkan hijauan. Bahan pakan konsentrat dapat dikelompokkan menjadi konsentrat sumber karbohidrat dan konsentrat sumber protein. Keduanya jenis konsentrat itu penting untuk usaha penggemukan sapi potong.

Pakan konsentrat inilah yang bisa mempercepat penggemukan sapi potong, tetapi, peternak tak bisa memberikan pakan konsentrat sebanyak 100%. Harga yang  relatif tinggi dibandingkan hijauan dan kemungkinan kelainan metabolisme pada tubuh ternak adalah dua hal yang dijadikan pertimbangan mengapa pakan konsentrat harus dicampurkan dengan pakan hijauan.

Limbah pertanian merupakan sumber pakan konsentrat yang umum digunakan  untuk peternakan sapi potong. Harganya yang relatif murah serta nilai gizi yang masih tinggi menjadi alasan mengapa limbah pertanian menjadi primadona di kalangan peternak rakyat maupun perusahaan besar.

Pakan konsentrat yang umum digunakan untuk usaha sapi potong yaitu: bekatul, dedak, ampas singgkong, ampas tahu, DDGS, bungkil kelapa, polard, dan tepung ikan.

3.  Pakan tambahan

Pakan tambahan adalah pakan yang diberikan pada ternak dalam jumlah yang sedikit. Sapi potong yang dipelihara secara intensif membutuhkan pakan penguat untuk meingkatkan performanya. Pakan tambahan dapat berupa vitamin, mineral, urea, dan mikroorganisme.

Vitamin yang biasa diberikan pada sapi potong adalah vitamin A dan vitamin D. Vitamin A berfungsi untuk fungsi penglihatan dan antioksidan sementara vitamin D berguna dalam menjaga kekokohan tulang.

Mineral Ca dan P umum diberikan pada sapi potong guna menjaga agar tulangnya tetap kuat. Tulang yang kuat dibutuhkan sapi demi menjaga tubuhnya yang berat agar tidak rubuh.

Urea adalah sumber protein yang baik untuk sapi potong. Urea dapat tercerna seluruhnya dalam tubuh sapi potong. Sayangnya, urea bisa membahayakan karena laju kecernaannya yang tinggi. Laju kecernaan yang tinggi itu dapat membuat pH rumen menjadi basa. Maka dari itu pemberian urea dibatasi maksimal 2% saja dari jumlah total pakan yang diberikan.

Mikroorganisme sering dicampurkan ke pakan untuk meningkatkan nilai kecernaannya. Mikroorganisme yang ditambahkan tersebut akan bekerja sama dengan mikroorganisme yang ada di rumen sapi untuk merombak nutrien-nutrien yang ada pada pakan. Hasil rombakan itu akan dimanfaatkan oleh sapi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Tiga jenis pakan yang disebutkan di atas biasanya diberikan dalam bentuk ransum. Ransum merupakan campuran dari dua atau lebih bahan pakan yang diberikan selama 24 jam. Jika diberikan secara terpisah, maka pertama kali sapi potong akan diberikan ransum berupa konsentrat dan pakan tambahan. Baru kemudian setelah beberapa lama diberikan pakan hijauan. Ransum dapat juga diberikan dalam bentuk campuran dari pakan konsentrat, pakan hijauan, dan pakan tambahan.